Bab 41: Maleficent

151 10 2
                                    

Praang!!

"Gue gak mau minum!" Sudah sejak pagi Grey berteriak - teriak, bahkan melempar gelas susunya ke lantai, hingga pecah berderai. Rosaline yang setia membezuk Grey tiap hari ke Rumah Sakit begitu gundah melihat tingkah Grey.

"Baby Grey, itu kan susu minuman favorit lo? Biasanya lo suka...," kata gadis itu.

"Gak suka!" Grey menutup mulutnya dengan tangan kanan.

"Ya udah, kalo gitu minum air putih aja," tawar Rosaline.

"Gak mau," tolak pemuda itu berkeras.

"Ayolah, liat badan lo panas, lo demam, Baby Grey, lo bahkan gak tidur semalaman kata mbak Sapphirra," keluh Rosaline prihatin.

"Nona, biar saya saja yang membujuk Tuan Grey," kata Sapphirra caregiver Grey yang diperintahkan Harry Adinegoro untuk mengurus Grey selama di Rumah Sakit.

Rosaline menghela napas melihat Grey yang kini sedang mengacak - acak makanannya sambil bergumam sendiri, seperti sedang menghapal rumus - rumus Matematika.

"Tuan Grey kenapa gak mau minum? Nanti badannya tambah panas loh," Sapphirra membujuk.

Grey menunjuk tenggorokannya.

"Sakit," sahutnya

"Ooh tenggorokannya sakit, ya udah nanti saya bilang Dokter ya biar dikasi obat. Sekarang dicoba minum ya sedikit," Sapphirra menuang air ke dalam gelas baru, dan menyodorkan pada Grey.

"Aaaarrgh!"

Tapi reaksi yang diperlihatkan Grey justru mengejutkan. Pemuda itu tiba - tiba meringkuk melindungi wajah dengan tangannya yang tidak digibs,  seperti sangat ketakutan melihat gelas berisi air yang disodorkan Sapphirra

"Kenapa Baby Grey? Kok kayak dia takut sama air?" Rosaline memandang Sapphirra yang juga sedang memandangnya. "Sakit tenggorokan gak segitu juga kali takutnya dengan air,"

"Tu - tuan Grey kayak terkena Phobia..," Sapphirra mendekap mulutnya, terlihat begitu khawatir.

"Phobia?" Rosaline mengerutkan kening. "Phobia apa?"

*******

Pov Harry Adinegoro

Kian hari tingkah Grey semakin memprihatinkan semua orang. Pemuda itu sering mengalami sakit kepala hebat, sering demam, insomnia, hilang selera makan, seperti orang linglung, tidak ingat kejadian - kejadian atau orang - orang di masa lalunya, kadang - kadang  menjawab pertanyaan orang lain dengan hapalan pelajaran sekolah, dan phobia dengan air, hingga begitu sulit membujuknya minum atau mandi.

"Maafkan kami, Tuan Adinegoro, berdasarkan hasil check laboratorium, kami menemukan ada virus pada darah anak Tuan, dan  melihat gejala - gejala yang timbul pada anak Tuan,  kami mencurigai anak Tuan sudah disuntik...,"

"Di - disuntik apa? Apa maksud anda, Dokter?" Harry Adinegoro begitu gusar mendengar informasi  dari Dokter pagi itu.

"Tuan,  begini, hasil visum kepolisian, menemukan bekas suntik di lengan kanan anak anda," Dokter berusaha menjelaskan.

"Lalu?" Tanya Harry Adinegoro tidak sabar.

"Ja - jadi kami khawatir,  anak anda sudah terganggu ingatannya karena disuntik gila...," sahut Dokter pelan. "Mungkin dosisnya tidak terlalu tinggi, ta - tapi...,"

"What?!! Heh, yang benar saja, Dokter, bagaimana bisa?! Jangan sembarangan bicara anda!" Konglomerat itu tak dapat menahan emosi, mencekal kerah seragam Dokter. "Anak saya baru mengalami musibah, menjadi korban perampokan, kenapa jadi melenceng ke suntik gila?"

Baby Grey ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang