💤💤💤
"Yakin nih gak mau ikut?"
"Yakin."
"Serius? Duarius? Tigarius? Aquarius? Manurius?"
"Merkurius demi panda!" Misya meninggikan nadanya. Misya memberhentikan aktivitas baca dari layar ponsel untuk menatap malas Quin yang sedang duduk di sampingnya. "Gue gak mau ikut. Titik! Gak pakai tanya lagi."
Quin menghela. Padahal niatnya ingin ajak Misya ke puncak di saat liburan nanti supaya Misya enggak galau lagi. Liburan keluarga sih tepatnya, karena perginya sama keluarga Quin juga. Namun, niat baiknya malah ditolak Misya.
Sejujurnya Misya juga pengen ikut Quin ke Puncak buat refreshing, hilangin penat dan mumet. Ke Puncak juga bisa hirup udara segar yang polusinya tidak tercemar seperti di Jakarta. Belum lagi bisa merasakan ademnya cuaca pada subuh hari. Menghilang sejenak dari ibu kota memang enak sih, tapi ... Misya melirik lagi kalender yang terpampang estetik di layar ponselnya. Waktunya kenapa harus bentrok?! Kenapa? Kenapa Tanggal berangkat ke Puncaknya bertepatan sama rencana Misya?
"Lo gila." Quin bersuara.
Misya menaruh ponselnya untuk kembali fokus kepada Quin. Quin menyelipkan pulpen di telinga, berhenti dari aktivitas nulisnya. Quin tahu betul kenapa Misya menolaknya.
"Demi dia banget lo gak mau ke Puncak bareng gue?"
Misya mengangguk cepat. "Udah ritual tiap tahun gue ngerayain ultah dia. Tahun ini juga gak boleh absen dong."
"Rayain ultah mantan banget nih ceritanya?" goda Quin dengan senyuman miring.
Hei! Misya malah merasa tertohok. "Bisa gak jangan ingatin kata "mantan" mulu? Lo bisa ganti katanya jadi teman atau musuh kek."
"Teman? Musuh? Teman musuh yang udah bikin lo sedih? Yang sempat pacaran gak nyampe dua minggu habis itu putus? Yang ciuman sama adik tiri lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Being Happy, Then? [TERBIT]
Teen Fiction(Telah terbit dengan ending yang berbeda) Misya Margaretha, gadis yang dicap antagonis oleh seisi sekolah membuat orang-orang enggak berani mendekatinya. Misya juga langganan ruang BK karena masalah-masalah yang ia perbuat. Di saat semua orang menu...