41. Pengakuan Bu Ceci dan Jeno 💤

7.2K 911 731
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Triple up 🔥🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Triple up 🔥🔥

Gak berasa udah part ke-41 😭
Biasanya cerita yang kutulis mentok sampai part 40 aja. Part 41 udah masuk epilog, tapi cerita ini mungkin masih lama tamatnya. Prediksiku akan tamat di part 50~60 soalnya masih ada konflik besar yang belum dibahas. Semoga kalian betah ya, jangan pindah lapak sampai tamat 😭

Okay, cukup sekian basa-basinya.
Kuy ramaikan lagi seperti biasa 💪

💤💤💤

Misya bernapas lega setelah mendengar kabar baik dari Bu Ceci. Bu Ceci selamat dan kandunganya masih baik-baik saja. Bu Ceci hanya mengalami pendarahan kecil dan perlu rawat inap sehari.

Misya datang bersama Jeno membawa beberapa buah-buahan untuk menjenguk Bu Ceci di rumah sakit seusai kerja.

Di dalam kamar sudah ada beberapa guru dan murid yang datang menjenguki Bu Ceci.

Tidak seperti biasanya, orang-orang menjauhi atau membisikkan Misya, kali ini Misya disambut dengan senyuman sumringah. Bahkan, beberapa murid datang menarik tangan Misya ke dalam ruangan seolah menunggu kehadirannya.

"Penyelamat kita datang juga," celetuk salah seorang guru. Dia merasa bangga sama sikap Misya yang sudah menyelamati Bu Ceci.

Misya menggaruk tengkuk tidak gatal disebut 'penyelamat'. Ia hanya tersenyum simpul sembari menaruh buah-buahan ke atas meja.

"Sini, Misya." Bu Ceci menepuk sisi kasurnya.

Murid-murid yang semula di sana langsung memberi jalan untuk sang penyelamat. Persepsi buruk mereka terhadap Misya mulai berubah. Apalagi Bu Ceci, salah satu guru favorit mereka di sekolah. Misya telah menyelamati guru mereka. Misya tidak sejahat yang mereka pikirkan.

"Iya, Bu." Misya duduk di pinggiran kasur.

Bu Ceci segera meraih kedua tangan Misya dan menggenggamnya. Air mata Bu Ceci mulai berlinang. "Terima kasih. Terima kasih. Kalau gak ada kamu, saya udah gak tau nasib anak saya akan seperti apa."

After Being Happy, Then? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang