Menghembuskan napas pelan, akhirnya perjalanan yang cukup panjangku selesai juga, setelah kuda kami memasuki gerbang barat istana. Sepertinya ini sudah hampir tengah malam, sebenarnya aku tidak tahu pasti karena memang tak ada jam di masa ini. Tetapi dilihat dari sepinya keadaan istana maka bisa dipastikan sebagian besar orang telah tertidur.
Badanku terkesiap saat Raden Panji Kenengkung mengangkat badanku untuk membantuku turun. Terlalu banyak melamun membuatku tak sadar bahwa sepertinya dia telah turun dari kuda dari tadi. Sekarang bukan hanya hatiku yang dag - dig - dug tak jelas tetapi badanku ikut merinding. Astagaaa..
Menatap mata hitam legam yang juga tengah memandangku lalu berkata, "Ra__Raden bisa menurunkan hamba se__sekarang. Terima kasih telah membantu hamba turun dari kuda." Menggerakkan badan gelisah karena dia bukannya langsung menurunkanku malahan tetap membopongku.
Mataku melotot ke arahnya untuk memberi isyarat karena ada sekelompok prajurit penjaga yang tengah berpatroli keliling istana. Tidak sadarkan dia bahwa mereka sedang menuju ke arah kami. Para prajurit itu pastinya memandangi posisi kami yang tidak lazim. Namun, mereka hanya sekilas memandang kemudian berlalu begitu saja karena aturan pertama dalam istana adalah tidak ikut campur urusan orang yang memiliki strata tinggi. Tentu Raden Panji Kenengkung berada di strata tersebut.
Rasanya ingin sekali mengubur diriku dalam tanah yang ada di bawahku ini. Tak terbayang kabar apa lagi yang akan tersiar di antara pelayan hingga penghuni istana. Tahu sendiri gosip menyebar lebih cepat daripada virus. Maksudku berita ini akan menyebar cepat dan menginfeksi pikiran orang - orang berubah menjadi negatif saat memandangku.
Padahal namaku belum bersih sebab rumor dahulu kala yakni aku dianggap menggoda Pangeran Anusapati dan membuat Kanjeng Praya murka, masih membekas di benak mereka. Itu terbukti, dimana setiap keluar dari kawasan pendopo Pangeran Anusapati, aku akan mendapat lirikan setajam silet terutama dari pelayan wanita. Tentu hal itu membuatku paranoid dibuatnya.
Daripada hukuman resmi, penghakiman dari masyarakat atau yang lazim dikenal dengan istilah sanksi sosial, kenyataannya akan terasa lebih mengerikan. Mungkin tidak melukai fisikmu tetapi menghancurkan psikismu hingga remuk redam. Padahal mereka tidak benar - benar paham duduk permasalahannya, karena yang terlihat belum tentu itu yang terjadi.
Untung saja para pelayan di Pendopo Pangeran Anusapati tidak berpikir demikian, karena mereka menyaksikan bagaiman aku selalu disiksa secara verbal oleh Pangeran pemarah itu. Mana ada pria yang selalu memarahi gadis yang dia sukakan? Lagipula tidak tahu saja mereka jika Sang Pangeran mahkota adalah seorang poker face yang handal. Tetapi tidak mungkin aku menjelaskan langsung pada para penghuni istana lainnya. Lagipula mereka juga belum tentu akan percaya, sebab dalam pikiran mereka akulah sang antagonis.
Lalu kini, apa yang akan mereka bicarakan tentangku karena tertangkap basah dibopong oleh Raden Panji Kenengkung? Kemungkinan aku akan dianggap pelayan yang sangat... sangat... SANGAT tak tahu diri karena kini juga berusaha menggoda Panglima Kerajaan yang statusnya suami orang. Membayangkannya saja sudah membuatku bulu kudukku berdiri.
"Raden, tolong turunkan hamba sekarang! Orang - orang bisa salah paham," ucapku memohon.
Menghembuskan napas pelan terlebih dahulu, lalu dia menurunkan aku sehingga diriku bisa berdiri. Ternyata badanku agak oleng sesaat karena rasanya kakiku bagai jelly juga sekarang. Apa ini yang dirasakan oleh orang mabuk yaitu entah kenapa bumi agak bergoyang layaknya sedang terjadi gempa. Baik berdiri atau melangkah rasanya agak was - was karena merasa akan jatuh. Sepertinya benar kata Sawitri bahwa aku tidak sadarkan diri atau lebih tepatnya koma selama tiga hari. Hadeeeh...
"Kau masih merasa sakit, Rengganis?" tanya Raden Panji Kenengkung pelan dan otomatis merangkul bahuku. Mungkin dia pikir aku akan jatuh karena sempat oleng tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGASARI, I'm Coming! (END)
Historical FictionKapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan dimana sebenarnya jasad I Gusti Ketut Jelantik dikebumikan. Kurangkah dia berikhtiar? Lalu apa namanya kegiatan blind date yang harus Linda...