------------------------------------------------
Suara gerakan seseorang menganggu diriku. Ingin membuka mata namun rasanya ada lem perekat sehingga nyaris sulit dibuka. Sebaliknya detik demi detik berlalu membuat telingaku semakin peka terhadap rangsangan suara yang ada di sekitarku. Berusaha sekuat tenaga membuka kelopak mataku perlahan-lahan.
"Hmm... hmm... sshhh..." desisku pelan menahan antara silau dan sakit menyengat di kepalaku.
Derap langkah mendekat lalu suara seorang perempuan menyapa telingaku "Akhirnya..."
Mengerjabkan mata beberapa kali untuk memperjelas pandangan yang rasanya mengabur sesaat. Semakin jelas mataku memindai pemandangan di sekitarku. Kepalaku terasa berat dan pusing, namun tak terasa setetes air mataku jatuh juga.
"Lin, lo ngenalin gue, hm?"
"Ka___Kak Salma..." jawabku pelan dan agak serak. Rasanya tenggorokanku kering sekali.
Iya... akhirnya... akhirnya doaku terkabul. Ruangan bercat putih dan cream dengan bau samar etanol dan pelembab udara membuatku sadar jika kini aku berada di rumah sakit dan bukan lagi di rumah Raden Panji Kenengkung. Jujur, aku bersyukur... sangat bersyukur walau entah mengapa ada rasa sesak di dadaku juga. Mungkin saat ini sudah waktunya aku mengucapkan Goodbye Singasari!
"Sakit banget yaa? Sampe nangis gitu? Apa obat biusnya udah hilang efeknya?" Tersenyum sesaat sebelum melanjutkan perkataannya, "Sebenernya mau panggil dokter tapi... tapi... Ah, sumpah lo malu-maluin gue tadi Malinda Rengganis Putri. Gue rasanya udah hilang muka di hadapan dokter ganteng itu!"
"Haaah..."
Sumpah, aku tak paham apa yang dia bicarakan. Apa dia tidak tahu jika kepalaku rasanya pusing sekali? Aku lebih butuh air dibandingkan diberi informasi yang tak jelas macam ini. Berusaha mengangkat tangan untuk menghapus air mataku yang memang mengalir namun ternyata ada selang infus yang menghalangi.
Kak Salma menghapuskan air mataku yang mengalir dengan tisu "Sorry, tapi sumpah lo malu-maluin gue!"
Mengabaikan perkataannya yang tak jelas "Air, minta air, Kak!"
Memukul pelan dahinya sendiri "Astagfirullah, sorry gue lupa!" ucapnya lalu membantuku minum.
"Kok Linda bisa ada di rumah sakit, Kak?" tanyaku setelah selesai minum.
Menghembuskan napas pelan sebelum menjawab "Lo ngilang dan bikin panik semua guru, terus ada petugas yang nemuin lo di bagian belakang museum dalam keadaan pingsan. Ngapain sampe ke sana segala sih? Gue kira murid-murid yang bakal bikin ulah, ternyata malah gurunya."
"Kenapa aku pingsan Kak?" tanyaku perlahan guna mencerna keadaan.
"Mana gue tahu! Mungkin karena lo shock waktu jatuh," Menunjuk mukaku "Lo nggak inget jatuh di sana? Sampe bocor tuh kepala lo. Gue aja kaget lihat darahnya banyak banget. Pak Galih dan gue yang bawa ke rumah sakit soalnya guru-guru lain mesti handle anak-anak. Pak Galih juga langsung balik lagi buat ambil alih kelas lo! Kalau murid gue bisa diurus Bu Ratna."
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGASARI, I'm Coming! (END)
Historical FictionKapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan dimana sebenarnya jasad I Gusti Ketut Jelantik dikebumikan. Kurangkah dia berikhtiar? Lalu apa namanya kegiatan blind date yang harus Linda...