26 - PAST

27.1K 4.7K 171
                                    

Sejak siang tadi Pangeran dan rombongan kecilnya tentu beserta para pengawal minus Wasa sudah memasuki hutan untuk berburu hewan entah apa. Mungkin seperti kata Sawitri, Pangeran akan berburu harimau lagi. Jika benar yang diburu adalah harimau putih itu artinya untuk pertama kali aku melihat langsung hewan ini di alam liar bukan di Taman Safari ataupun kebun binatang.

Apakah kami berleha - leha sambil menunggu kepulangan mereka, jawabannya pastinya tidak. Pesta arak semalam menyebabkan ruangan pondok sudah mirip kapal pecah dengan banyak kendi bertebaran di lantai beserta makanan yang tercecer ke mana - mana.

Namun, anehnya hanya ruangannya yang berantakan tetapi keadaan para pelakunya alias tuan - tuanku itu tampak baik - baik saja dan terlihat tidak mabuk sama sekali. Heran, mungkin benar mereka minum arak untuk kebutuhan, apalagi tingkat toleransi terhadap alkohol mereka cukup baik sepertinya. Tapi apapun alasannya alkohol tetap haram untuk diminum.

Sebenarnya aku tidak tahu pasti mereka mabuk sampai level mana sebab setelah mengantarkan makanan, aku dan Sawitri tidak diizinkan kembali ke pondok depan. Untuk bagian itu, aku sampai ingin sujud syukur walau hanya bisa aku lakukan dalam hati, karena Wasa diperintahkan menjaga kami di depan bilik. Bahaya jika ada lagi orang selain Sawitri yang melihat caraku beribadah. Mungkin di pikiran mereka aku akan digolongkan sebagai anggota aliran sesat dan menyesatkan. Bisa - bisa aku diarak massa ... Amit - amit.

"Sawitri, apa kita tidak akan memasak ?" Tanyaku setelah kami membereskan ruangan dan berjalan ke luar pondok.

"Mereka akan makan hasil buruan yang didapat. Jadi kita memasaknya setelah mereka datang." Jawab Sawitri

"Jika mereka tidak mendapat hewan buruan bagaimana ?"

Sawitri tidak sempat menjawab pertanyaanku, karena Wasa yang sedang memotong kayu di luar pondok terlebih dahulu menjawabnya "Jangan meremehkan mereka, Rengganis. Jika hanya untuk mendapatkan makanan saja, aku jamin para pangeran bisa memanah hewan dengan mudah walau dalam keadaan gelap sekalipun. Bahkan Raden Panji bisa memanah tepat sasaran walau matanya ditutup kain. Aku pernah melihatnya berkali - kali saat latihan. Orang sakti tidak hanya butuh mata untuk melihat." Tersenyum sebentar lalu melanjutkan "Mereka berburu bukan untuk mendapat makanan, tetapi untuk mendapat kesenangan, Rengganis."

"Nah, benar yang dikatakan Wasa, Rengganis." Sambar Sawitri sambil menjentikkan jarinya di depan mukaku.

"Iya ... iya aku mengerti. Aku bertanya karena aku tidak paham, lagipula kata orang malu bertanya sesat di jalan" Balasku sebal

"Sesat di hutan !" Jawab Sawitri sambil mendengus

"Terserah ... terserah." Ucapku tambah sebal, tapi ada hal lain yang menggangguku "Apakah Raden Panji sesakti itu ? Dia sebenarnya siapa sih ? Jika sangat sakti mengapa dia tidak menjabat sebagai panglima utama kerajaan ? Heeem ... atau panglima utama kerajaan yang sekarang lebih hebat lagi jika dibandingkan dengan Raden Panji Kenengkung ?"

"___" Tak ada suara yang menjawab pertanyaanku karena Sawitri dan Wasa malah perpandangan dan gelagat mereka terlihat tidak nyaman.

"Sebaiknya aku ke sungai sekarang karena hari sudah sore" Ucap Sawitri mengalihkan pembicaraan sambil memandang semburat jingga di langit.

Mengangguk - anggukan kepalaku tanda mengerti "Aku tidak boleh menanyakan hal itu rupanya." Tebakku sambil tersenyum.

"Bagus, jika kau menyadarinya. Kalau begitu aku pergi ke sungai dulu !" Ucap Sawitri segera sedangkan Wasa mulai membereskan kayu - kayu bakar yang telah selesai dipotong lalu berjalan ke arah bilik belakang tempat kami memasak.

"Ayo kalau begitu !" Ucapku bersemangat karena semenjak aku terdampar ke masa lalu ini, aku belum pernah sekalipun mengunjungi sungai. Pasti sungainya lebih jernih tanpa sampah dan limbah.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang