15 - PAST

34.3K 5.2K 100
                                    

Perasaanku yang kacau berlangsung cukup lama, bahkan omelan Pangeran Anusapati beberapa hari ini, tampaknya masuk ke telinga kanan dan keluar lagi dari telinga kiriku, sehingga dengan kejamnya dia menganggap aku menderita keterbelakangan mental. Terserah ... terserah ... aku tak peduli ... yang waras ngalah.

Tetapi sudah sekitar 8 hari 16 jam dan entah berapa menit, aku juga tidak bertemu entah sengaja atau tidak sengaja dengan Raden Panji. Bukan berharap bertemu atau bagaimana, namun aneh saja dia tidak terlihat berkeliaran di kawasan istana. Aisshh ... mengapa aku memikirkan dia sih, bukannya bagus jika dia menghilang, maka hidupku tenang dan damai. Mengelengkan kepalaku mungkin bisa membuat neuron - neuron otakku yang sedang ruwet karena seseorang dapat kembali tersambung dengan baik dan benar.

"Coba ingat - ingat Rengganis, apakah kepalamu terantuk batu atau kayu sehingga makin hari kau makin tak berguna dan aneh ?" Tanya Pangeran Anusapati kasar berbanding terbalik dengan tangannya yang mengelus lembut bulu seekor ayam jago di pangkuannya.

Memang belakangan ini sepertinya dia menemukan hobi baru yaitu sambung ayam. Untung belum ada hukum yang menyatakan sabung ayam adalah perbuatan krimial, karena jika sudah ada maka aku akan senang saat dia ditanggkap karena telah melanggar pasal 303 KUHP.
Diancam dengan kurungan paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak sepuluh juta rupiah. Barangsiapa menggunakan kesempatan untuk main judi.

Berhubung sabung ayam termasuk perjudian juga maka seharusnya dia ditangkapkan. Tetapi mana ada yang berani menangkap pangeran, yang ada orang itu akan ditangkap dan dihukum duluan. Pangeranmah bebas ...

Lagipula rupiah belum ada, yang ada hanya sejenis uang emas dan perak yang berlaku di sekitar wilayah mataram kuno, termasuk Singasari. Kalau tidak salah, kata Sawitri namanya masa, kupang serta saga. Bentuknya bagaimana juga aku tidak tahu, karena uang jumlahnya terbatas. Jangankan memiliki banyak kepingan masa, punya kepingan saga saja bagi rakyat jelata sudah bersyukur. Masih banyak rakyat yang menggunakan jagung dalam bentuk butiran kering sebagai alat pembayaran.

Jika benar Pangeran Anusapati harus membayar denda. Bayangkan harus berapa kepingan koin atau berapa karung jagung yang mesti disediakan untuk mencapai sepuluh juta tadi.

"Apa kau sekarang juga tidak punya mulut, sehingga tidak bisa menjawab pertanyaanku ?" Sambungnya

"Maaf Pangeran, hamba kira Gusti Pangeran tidak membutuhkan jawaban. Terima kasih telah mengkhawatirkan hamba, Pangeran. " Jawabku sambil sedikit menunduk memberi hormat

"Hahaha ... Kau makin hilang akal sepertinya, benarkan Jabung ?" menunduk sambil memandang ayam gagah yang tengah asik menikmati belaian tangan Pangeran Anusapati. Jujur aku menantikan saat si ayam akan membuang kotorannya di pangkuan Pangeran Anusapati. Namun anehnya hal itu tidak pernah terjadi selama ini, apa ayam Pangeran Anusapati keturunan ayam 'Cindelaras' yang ajaib itu, sehingga tidak buang kotoran sembarangan, tidak mungkinkan ?

Walaupun memang bukan ayam biasa, dengan postur tubuh yang proporsional dan bulu panjang yang nampak mengkilat berbeda sekali dengan ayam - ayam di kandang juru masak istana. Ayam ini juga adalah ayam kesayangan Pangeran karena nyaris tak pernah kalah saat diadu. Tetapi soal keangkuhan jangan ditanya. Ayam ini memiliki keangkuhan 11 12 13 14 sama dengan majikannya.

Nampaknya ayam ini juga semakin lengket dengan Pangeran, sebab selama delapan hari dia tidak keluar sama sekali dari kawasan pendopo. Semakin lengket mereka berdua maka sedikit demi sedikit membuat pena takdir semakin jelas menuliskan bahwa sejarah yang menyatakan Pangeran Anusapati akan meregang nyawa karena dibunuh saat sedang melakukan sabung ayam, itu benar adanya.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang