48 - PAST

27.1K 4.3K 1.2K
                                    



Ini sudah hari kedua Reksa sakit, sekarang dia tengah tertidur. Awalnya aku mengatakan pada Mbok Sinem bahwa Reksa sakit dan memintanya memanggil tabib tapi yang ada aku malah menjadi bahan tertawaan mereka. katanya tabibnya ada tepat lima langkah di belakangku.

Memang kebetulan Bimasena tengah memasuki pendopo belakang. Ternyata Raden Panji Kenengkung tidak main - main dalam mencari orang yang menjaga anak semata wayangnya. Tidak hanya mahir ilmu kanuragan, dia ternyata mahir juga dalam ilmu pengobatan.

Tetapi aku tetap khawatir karena Reksa belum sembuh juga hingga kini. Memang panasnya menurun dibandingkan kemarin. Saat aku bertanya apa nama penyakit Reksa? Katanya tidak ada namanya karena Reksa itu SAKIT, titik. Tanpa penjelasan lebih jauh.

Setahuku cacar, kolera, kusta, dan malaria yang termasuk penyakit yang dapat disembuhkan di masa depan tetapi di masa lampau termasuk jenis penyakit mematikan. Mungkin memang sudah hukum alam bahwa makhluk hidup itu beradaptasi guna menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Virus yang tidak berotak saja bermutasi apalagi manusia. Sadar atau tidak daya imun manusia memang berkembang dalam menghadapi serangan penyakit. Walaupun tetap ada penyakit yang belum bisa dilawan entah oleh imun atau obat - obatan sekalipun.

Walau aku juga yakin Reksa tidak terkena penyakit pes yang setahuku baru mewabah di Pulau Jawa sekitar abad ke - 20. Banyak orang mungkin yang tak tahu karena hal ini tidak masuk materi sejarah umum di persekolahan. Namun, aku juga tidak tahu apakah materi sejarah ini dipelajari atau tidak oleh mereka yang berkecimpung di dunia medis.

Awalnya wabah ini menggegerkan Eropa. Penyakit yang di dunia modern diketahui masyarakat sebagai penyakit yang disebabkan oleh hewan tikus. Wabah yang juga dikenal dengan istilah The Black Death diambil dari bahasa latin atra mortem ini muncul dari gejala yang dialami penderita penyakit tersebut.

Kulit mereka menghitam, biasanya di bagian jari tangan, jari kaki, atau ujung hidung. Kehitaman pada kulit ini muncul akibat adanya jaringan yang mati. Penyakit yang dapat disembuhkan di masa depan tapi di masa lalu telah membunuh hampir dua pertiga warga Eropa. Untungnya wabah The Black Death melanda Eropa lebih awal daripada di Indonesia yaitu sekitar abad ke-14... Eh, kok untung yaa??? Maksudku aku agak bersyukur wabah tidak terjadi saat aku sedang terjebak di sini, masih sekitar 200 tahunan lagi dari sekarang.

Wabah ini memang juga menyebar tak terkecuali di Pulau Jawa pada sekitar tahun 1910 - 1926 dengan korban meninggal katanya sebanyak 120.000 orang. Bermula dari gagal panen yang mendorong pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa pada saat itu mengambil keputusan untuk mengimpor beras dari Yangoon, Myanmar.

Keputusan ini dibuat meskipun sudah ada peringatan tentang wabah pes yang melanda Myanmar. Akibatnya, karung beras yang juga terdapat kutu tikus didistribusi ke Indonesia melalui Surabaya dan disimpan di Kota Malang. Dalam waktu sebulan, 17 orang meninggal katanya.

Kebijakan - kebijakan yang diambil oleh pemerintah Hindia Belanda untuk merespon wabah pada saat itu adalah penutupan akses jalan dan kereta api dari dan menuju Malang. Hingga pembongkaran rumah penduduk yang berdinding bambu untuk memberantas sarang tikus. Pengisolasian kota Malang tidak berlangsung lama dikarenakan kurangnya buruh pertanian yang berdampak pada sektor ekonomi.

Akibatnya, terjadi lonjakan kasus yang semakin tinggi. Peningkatan kasus berlipat ganda hingga mencapai puluhan ribu orang. Keengganan para dokter Belanda saat itu untuk menangani wabah pes disebabkan oleh adanya ketakutan akan peristiwa The Black Death yang telah terjadi di Eropa.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang