2 - PRESENT

58.5K 6.9K 462
                                    

Roda bus berhenti di pelataran parkir, membuatku perlahan bangkit dari kursi dan langsung berdiri menghadap para penumpang lainnya alias murid - muridku.

Sudah dapat dipastikan menjaga 28 anak dengan semangat yang berlebihan saat mengikuti study tour tidaklah mudah. Tidak perlu menjadi dukun untuk mengetahui bahwa mungkin akan terjadi hal - hal yang diluar prediksi bahkan diluar nalar. Bismillahi Rahmanir Rahim, semoga semuanya berjalan lancar.

"Tenang anak - anak, nanti turun dari bus jangan dorong - dorongan. Terus di depan museum baris dulu bareng dengan kelas yang lain. Baris sesuai kelompok yang sudah ibu kasih tahu. Mengerti semua ! "

"MENGERTI BU !!!" Jawab mereka serempak

"Ketua kelompok coba angkat tangan !" Ucapku sambil memindai seluruh penjuru bus, hingga telihat beberapa anak mengacungkan tangan "Ingat kalian harus berkeliling museum sesuai kelompok, jangan berpencar lalu kerjakan tugas bersama - sama. Semua ketua kelompok sudah pegang hand uot tugaskan ?"

"Sudah Bu" jawab mereka serempak lagi

"Terakhir, buat trio rusuh, Bagas, Yogi dan Valendra. Ingat jangan macam - macam, buat onar apalagi merusak benda - benda bersejarah yang ada di Museum Gajah ini. Kalau sampai rusak, ibu bakalan pilih kalian gantiin patung itu buat jagain museum !" Ucapku sambil melotot memandang ketiga murid spesialku yang seketika tercebik dan disusul tawa dari murid lainnya.

"Nanti kalau Valen nggak ada, terus Ibu kangen gimana ?" jawab Valendra dengan kilat jahil dimatanya.

"Huuuu ... Huuuuuu" suara membahana semua penghuni bus langsung terdengar menyahuti ucapan itu. Sedangkan sang tersangka alias Valendra malah cengar - cengir tak jelas.

Kalau kata orang menjadi guru anak SMA harus berhati - hati karena mereka jelas sudah masuk masa pubertas dan mulai memiliki ketertarikan akan lawan jenis. Namun di zaman milenial ini bahkan anak sekolah dasar saja sudah genit minta ampun. Apakah dunia sudah terbalik ? Menurutku lebih tepat disebut dunia sudah kacau.

Melirik supir bus yang tersenyum maklum, aku berdeham dan mengangkat tangan untuk memberi isyarat agar mereka kembali tenang "Sudah ... sudah, sekarang mulai turun dari bus. Bawa alat tulis saja dan nggak perlu bawa tas!"

Mendesah pelan saat melihat gerakan salah satu muridku. Memandangnya lalu berkata "Vania, dilarang bawa makanan apapun dan tidak usah cemberut gitu karena memang di dalam tidak boleh makan. Taruh saja makanan di dalam bus, ibu jamin nggak akan hilang. Kalau hilang nanti ibu nganti dua kali lipat, kecuali yang ambil Valen !" Kata - kataku disambut senyum cerah dari Vania dan tentu lirikan tajam dari Valendra yang membuat matanya tampak tinggal segaris.

"Ibu memang sensi yaa sama saya, lagian tuh si gembul makan mulu pikirannya" jawab Valendra

"VALEN !!!" ucapku sambil melotot lagi

"Iya ... iya ibu cantik " jawabnya

"ASTAGA !!!" makin panjang bila diladenin "Sekarang mulai turun, tuh kelas A sudah mulai baris" Tanganku terulur menunjuk anak - anak yang mulai berkerumun di depan museum.

Mulailah adegan dorong - dorongan antara mereka, berebut ingin turun dari bus duluan. Padahal tadi sudah sepakat nggak akan dorong - dorongan tapi kenyataannya. Itulah yang disebut masuk telinga kanan keluar dari telinga kiri.

Bergegas mentertibkan murid - muridku dan mengiring mereka berbaris di depan museum. Memang kegiatan kali ini hanya melibatkan murid - murid kelas IV, V dan VI saja. Jadi total ada enam kelas yang mengikuti study tour.

Berdiri bersisian dengan guru - guru lain sambil mendengar pengarahan dari Pak Hendrawan selaku guru senior. Lalu mulai mengarahkan murid - murid kami masuk ke dalam Museum Gajah dengan tertib.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang