Silahkan mulai membaca
Khusus buat yg muslim
Mulai dengan Bismillah ...
Akhiri dengan Inna lillahi ... Eh 🤔------------------------------------------------------------
"Apa kau ingin memakan rusa hidup - hidup, Rengganis ? Apa kau benar - benar siluman, haah ?" Tanyaku dengan nada naik karena sudah tak sanggup menahan jengkel padanya.
"JADI ITU BENAR ?" Pekik Sawitri sebelum dia buru - buru menutup mulutnya dan menunduk, sepertinya dia menyadari ketidak sopanannya karena ikut campur. Sedangkan semua mata memandang ke arah Rengganis yang makin salah tingkah
***
"Ehh ..." Reflek aku mengernyit saat mendengar tuduhan tidak masuk akal dari Pangeran Anusapati. Aku tahu dia tidak serius namun karena dengan polosnya Sawitri ikut bertanya maka semakin terpojoklah diriku.
Apalagi sekarang semua orang memandangku dengan waspada. Bahaya jika aku meninggalkan Singasari saat telah menjadi mayat terbakar karena dianggap sebagai penjelmaan siluman. Memutar otak guna mencari penjelasan masuk akal agar bebas dari segala tuduhan konyol ini. Jujur, aku tak berani memandang Raden Panji Kenengkung sama sekali sebab sekilas tadi dia tampak ingin memakanku hidup - hidup. Kuabaikan juga helaan napas miris dari Wasa yang memang berada dekatku.
Menghentakkan kakiku ke tanah beberapa kali "Mohon maaf Pangeran, sampai detik ini hamba masih menginjak tanah. Itu bukti bahwa hamba ini manusia." Jawabku bijaksana.
"Yang tidak menginjak tanah itu demit, Rengganis !" Balas Pangeran Anusapati sambil menyembunyikan seringai di bibirnya.
Menghembuskan napasku gusar, baiklah mungkin tadi bukan jawaban bijaksana melainan ketololan yang hakiki dariku. Memutar otak sekali lagi "Hamba juga hanya makan singkong atau sayuran selama ini, mana mungkin hamba siluman, Gusti Pangeran ?"
"Mungkin kau siluman kambing atau babi. Bukankah tadi kau bilang kau tidak makan babi. Tidak mungkin kau makan sebangsamu sendirikan ? Heeem ... Bisa jadi juga kau memang benar - benar penjelmaan siluman rubah ?" Kali Pangeran Anusapati ini tidak menyembunyikan seringainya sama sekali.
Mungkin jika rahangku bukan buatan Tuhan maka sudah pasti jatuh ke tanah saat aku menganga lebar ketika mendengar tuduhannya. Apalagi bukti yang baru saja disampaikan Pangeran Anusapati nampak masuk akalkan ? Inginku berkata KASAAAARRR ... Pantas saja Pangeran satu ini pendek umur, nyebelin banget jadi manusia.
"Ah ... Jadi kau alasan kini ada rubah di pendopo istana !" Ucap Pangeran Mahisa Wong Anteleng sambil mengangguk - angguk mulai paham keadaan.
Menutup mataku sejenak karena putus asa, dua kali buktiku ditolak. Lagipula selama ini aku hanya membaca ciri - ciri makhluk hidup sebagai bahan ajar. Wajarlah aku blank akan materi persilumanan. Lebih baik aku ditanya ciri - ciri zombie dari pada ciri - ciri siluman. Bahkan aku tak pernah penasaran untuk mengetahui cara membedakan siluman dengan manusia. Aku ini guru bukan pembasmi siluman. Mengurus murid - muridku saja sudah merepotkan apalagi harus mengurusi siluman juga. Jadi Meneketehe ...
Menghembuskan napas sekali lagi sebelum berkata "Pangeran, silahkan tanyakan saja pada Sawitri apakah kulit hamba berubah berbulu saat malam hari ? Harap diingat hampir 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 30 hari sebulan hamba bersama Sawitri. Jika masih tidak percaya, maka apa yang hamba harus lakukan agar bisa dipercayai bahwa hamba ini MA - NU - SIA dan bukan siluman ?" Ucapku dengan gigi bergemeletuk geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGASARI, I'm Coming! (END)
Historical FictionKapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan dimana sebenarnya jasad I Gusti Ketut Jelantik dikebumikan. Kurangkah dia berikhtiar? Lalu apa namanya kegiatan blind date yang harus Linda...