Berhubung La Nina mulai menyerang Indonesia tercinta Kita
Maka aku persembahan :DOUBLE UPDATE
YeeeeiiiiSeneng dong ?
Kalau nggak seneng ?
(Heeem ... Pura - pura seneng ... Ok)Chapter kemarin nggak bikin PINISIRIN
Kalau chapter yang ini ???------------------------- 🥳🥳🥳 --------------------------
Melangkah pelan karena membawa nampan berisi kendi dan cangkir - cangkir tanah liat mengikuti Sawitri yang berada di depanku sambil membawa piring - piring berisi kudapan. Hadeeh ... ini acara berburu atau pindah rumah ke hutan sih ? Nggak masuk akal rasanya saat harus menjamu orang - orang yang katanya akan berburu ini.
Dengung obrolan mulai terdengar saat kami melewati ruang tengah. Berhati - hati agar tidak salah melangkah dan menyebabkan nampan terguling lalu pecah dan mungkin berakhir dengan hancurnya benteng kesabaran Pangeran Anusapati dalam menghadapiku.
"Ah akhirnya, berkuda di bawah terik matahari membuatku haus sekali. Sangat melelahkan !" Ucap Pangeran Tohjaya saat aku dan Sawitri menaruh semua makanan dan minuman di atas meja
"Siapa juga yang menyuruhmu ikut, Tohjaya ?" Balas Pangeran Anusapati sambil mendengus
"Hahaha ... bukan begitu maksudku, Kanda. Tetapi bukannya tadi sinar matahari memang terlalu terik. Benarkan Raden Panji ?"
"Benar, Pangeran !" Jawab Raden Panji Kenengkung tenang.
"Duk" Gerakan tanganku menegang dan menyebabkan aku terlalu keras saat meletakan cangkir tanah liat terakhir. Wajahku yang menunduk juga seketika terangkat dan memindai semua orang yang duduk di ruangan itu. Dia ternyata ada di sana, karena terlalu berkonsentrasi membawa nampan jadi aku tidak memperhatikan sekitar apalagi pikiranku masih melanglang buana sejak tadi.
Sial ... bukannya tadi katanya dia tidak ikut acara perburuan kali ini, kenapa sekarang dia ada di sini ? Padahal hatiku sudah damai, tenang dan sentosa saat tahu dia tidak akan ada. Namun kini hatiku mulai berdetak tak tenang, sepertinya hatiku juga tahu siapa pemiliknya.
Matanya masih tetap sama, hitam legam seperti dulu dan tentu dengan sorot tajam yang mampu membuat nyali seseorang ciut seketika. Seharusnya aku membencinya, mengingat sikapnya kepadaku selama ini, tetapi kenapa justru yang terjadi sebaliknya. Mungkin Sawitri benar, aku memang bodoh.
"Apakah kau akan duduk di lantai hingga sore tiba, Rengganis ? Bagaimana kami bisa menikmati makanan jika kau terus ada di situ ? Apakah kau juga tidak dengar tadi Tohjaya sedang kehausan ?" Tanya Pangeran Anusapati dengan suara nyaris berdesis geram
"Haaah !" Mengalihkan pandanganku dari Raden Panji Kanengkung dan seketika sadar bahwa Sawitri sudah berdiri di belakang jauh dari para Pangeran "Maafkan hamba, Pangeran." Jawabku kemudian buru - buru berjalan dan berdiri mensejajari Sawitri
"Rengganis ... Rengganis kau tetap lucu seperti biasa." Ucap Pangeran Tohjaya sambil menggelengkan kepala
"Cepat minum, katanya Kanda haus ! " Sambung Pangeran Mahisa Wong Anteleng
Berdecak mendengar perkataan Pangeran Mahisa Wong Anteleng "Ckckck ... kau ini !" Menuangkan air ke dalam cangkir terdekat lalu meminumnya hingga tak tersisa "Tapi tadi cuaca terasa panas sekali. Benar tidak, Raden Mahisa Randi ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGASARI, I'm Coming! (END)
Historical FictionKapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan dimana sebenarnya jasad I Gusti Ketut Jelantik dikebumikan. Kurangkah dia berikhtiar? Lalu apa namanya kegiatan blind date yang harus Linda...