Berlari menuruni tangga menuju ruang keluarga dimana masih terdengar sayup – sayup suara obrolan antara Papa dan Mama yang diselingi suara iklan dari televisi. Menghempaskan diri di samping Papa sambil memeluk sebelah tangan besarnya. Tak kupedulikan lirikan maut dari Mama karena melihat putrinya masih belum tidur padahal jam sudah menunjukkan lebih dari pukul sepuluh malam.
"Kok malah turun ? Besok Mama nggak mau yaa mesti bangunin kamu berkali – kali karena telat tidur. Apalagi katanya besok ada ulangan fisika di jam pertama" Ucap Mama sambil melotot memandangku
"Mama, kalau ini film kartun pasti kepala aku udah berasap sekarang gara – gara belajar Fisika dari tadi." Ucapku sebal "Siapa sih yang menciptakan pelajaran Fisika ? Penting banget kita ngomongin gerak lurus, gerak melingkar sampe gerak jatuh segala. Mikirin kecepatan peluru melesat, padahal yang harus dipikirin adalah kecepatan menghindar dari peluru saat dia melesat mendekati kita." Mengetukkan jari ke dahiku pelan "Gimana caranya biar aku nggak perlu ikut ulangan, karena Fisika itu ... Aaiishh ... bikin Linda pusing"
"Yaa, kalau kepala kamu bener - bener berasap tinggal Mama siram aja, gampang. Lagian kalau kamu belajar terus pusing itu __"
"BAGUS !!! Itukan yang bakalan Mama bilang ke Linda" Jawabku sambil mengerucutkan bibir "Hapal baget aku slogan Mama itu, sangking seringnya aku denger"
"Itu tahu. Pusing saat belajar itu artinya otak kamu berusaha mencari jalan penyelesaian, tapi karena di otak kamu nggak ada referensi yang mencukupi dan sesuai dengan permasalan itu makanya kepala kamu pusing. Jadi pusing itu hasil ikhtiar namanya, maka harus disyukuri Linda"
Mengalihkan pandangan pada wajah Papa "Pa, pasti ketemu Mama di kelas filsafat atau di kajian islami yaa ?" Sebaliknya Papa yang malah tetap anteng sambil makan kacang dari toples tanpa terpengaruh perdebatan antara Mama dan aku
"Bukan, ketemu di lapangan bola. " Jawab Papa santai.
Memandang wajah Papa dari samping dengan heran "Tapi Mamakan nggak suka bola, Pa."
"Memang, tapi Mama suka sama pacarnya yang ngajak dia nonton bola itu" Balas Papa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar kaca
Mengambil toples kacang di pangkuan Papa "Kalian ini kalau ngomongin orang jangan langsung di depan orangnya apa nggak bisa? Papa juga stop makan kacang nanti darah tingginya naik, repot jadinya " Mengalihkan pandangannya padaku lalu berkata "Kamu juga tidur sekarang, sudah malam. Kalau perlu minum susu hangat dulu biar bisa tidur!" Perintah Mama kemudian melanjutkan "Tahu nggak, dalam penelitian katanya orang yang yang nggak tidur lebih cepat mati dari pada yang nggak makan."
"Penelitian siapa itu, Ma ? Jangan gampang percaya deh Ma, bahaya." Tersenyum memandang wajah Mama "Tapi bukan susu hangat yang Linda butuh biar bisa tidur Mama, tapi martabak ketan Pak Janu" Jawabku sambil nyengir
Mendengus mendengar jawabanku "Itu sih maunya kamu aja. Lagian ini udah malem, Mang Jupri udah tidur kasian kalau di bangunin. Tadi pagi kata Bi Mumun dia lagi meriang." Memandang kembali ke arah televisi lalu berkata "Kamu itu udah SMA loh sekarang, heran Mama kok manjanya nggak hilang - hilang"
Menghela napas dan mengerucutkan bibirku mendengar kata - kata dari Mama
"Ya udah, biar Papa yang pergi beliin kamu martabak ketan, tapi abis itu tidur yaa ?" Kata Papa yang berhasil membuat kedua mataku berbinar. My father is my hero
"Pa__" Ucapan Mama terpotong
"Udah nggak apa – apa, Ma. Nggak jauh juga tempatnya" Berpaling dari Mama lalu mengelus kepalaku pelan "Jangan suka bantah omongan Mama yaa Lin, Kan kamu nanti yang harus jagain Mama kalau Papa nggak ada di rumah"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGASARI, I'm Coming! (END)
Historical FictionKapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan dimana sebenarnya jasad I Gusti Ketut Jelantik dikebumikan. Kurangkah dia berikhtiar? Lalu apa namanya kegiatan blind date yang harus Linda...