Limapuluhempat

3.5K 372 137
                                    






Taehyung duduk termenung di bangku balkon kamarnya. Di meja ada coklat hangat yang sudah mau habis, juga cookies. Pikiran nya berkelana dengan kejadian dua malam yang lalu, waktu dia pulang dan Jimin nyusul.

Malam itu Jimin ajak Taehyung ke Minimarket, sekadar duduk-duduk dan bicarain permasalahan yang ada. Taehyung mau tolak, tapi sepertinya Jimin gak mau di bantah. Dengan sekotak susu stroberi untuk Taehyung, sekaleng cola dan sebungkus rokok Mild untuk Jimin, menjadi teman mereka malam itu.

"Mau ngomong apa? Gue gak bisa lama-lama." Taehyung memutuskan untuk memulai pembicaraan setelah lengang yang cukup lama. Tatapannya mengarah ke kotak susu berperisa stroberi yang sama sekali belum tersentuh.

"Mulai dari mana, ya?" tanya Jimin; lebih ke dirinya sendiri. "Sori kalau gue kesannya ikut campur sama masalah kalian. Gue gak maksud begitu. Gue cuma kasihan aja lihat Jungkook yang selalu down setiap kalian berantem. Dia sohib gue, sahabat sedaerah, bahkan sahabat dari kecil. Gue gak setega itu untuk abai setiap dia galau, stress."

Walau gak bertatapan, Taehyung tahu kalau Jimin tatap dia lekat. Telinganya terpasang apik untuk dengar setiap untaian kata yang di lontarkan Jimin. Taehyung kira dia jadi tempat pelabuhan terakhir Jungkook. Taehyung kira dia tahu semua hal tentang cowok Busan itu. Ternyata dia gak tahu apapun. Gak tahu permasalahan apapun yang sedang di hadapi Jungkook.

Daripada kecewa sama Jungkook, Taehyung lebih kecewa sama dirinya sendiri karena merasa jadi manusia terbodoh.

"Untuk masalah kemarin, gue beneran gak tahu apapun," lanjut Jimin, "bukan terkesan menggurui, tapi coba kalian omongi baik- baik. Menghindar bukan cara untuk nyelesaiin masalah. Yang perlu kalian lakuin itu, komunikasi ---"

"Lo ngomong begitu karena lo gak ngerasain." Taehyung sahut cepat. Matanya tatap Jimin tajam. "Jim, gue sama dia pacaran bertahun-tahun, tapi kemarin dengan seenak jidatnya dia selingkuh cuma karena bosan. Jadi untuk apa dia minta restu ke Mama Papa gue kalau begini jadinya?"

Jimin beri respon senyuman tipis. Kepalanya ngangguk beberapa kali, tanda setuju. Yeah, dia sama sekali gak membenarkan perbuatan brengsek Jungkook kemarin.

"Gue capek Jim." Taehyung usap wajahnya kasar. "Gue capek setiap kali berantem, masalahnya itu itu mulu. Dia capek sama kerjaannya, gue juga sama capeknya."

Gak lama kemudian, isakkan lirih Taehyung terdengar. Nadanya frustasi. Jimin biarkan Taehyung nangis untuk tenangkan diri. Walau dalam hati gregetan pengen beri pelajaran untuk sohibnya yang udah buat Taehyung jadi begini. Jimin total tahu kalau Taehyung betulan stress malam ini.

"Jungkook gak bisa terbuka sama lo bukan karena gak percaya Tae." Jimin bicara lembut. Nadanya mengalun menyenangkan dan menenangkan. "Dia cuma gak mau buat lo terbebani dengan semua permasalahan dia. Jungkook gak mau lo ikut kepikiran, dan berakhir stress kayak dia."

"Dia gak bisa terbuka sama gue tapi mudah banget ya buat cerita sama lo? Gue cuma pengen Jungkook terbuka sama gue, apa itu salah?"

"Nggak. Gak salah sama sekali. Yang perlu kalian lakuin itu komunikasi. Omongin masalah kalian dengan kepala dingin."

Gak ada balasan apapun dari Taehyung. Tapi Jimin tahu, kalau cowok manis di depannya ini bener-bener pahamin setiap omongan dia. Maka, Jimin berdiri, ambil kunci mobil, masukkin rokok yang masih tersisa ke saku jaket, dan lempar kaleng cola yang udah kosong isinya.

"Ayo gue anter pulang. Jungkook pesen sama gue, katanya; pacarnya gak boleh pulang kemaleman."

Taehyung ketawa kecil dengarnya. Usap air mata yang mengalir di pipi, Taehyung lantas ikuti langkah Jimin ke mobil.

Malam itu Taehyung semalaman renungkan keputusannya; terus menghindar atau selesaiin permasalahan.













***

Total Taehyung pilih opsi kedua di ketiga harinya. Taehyung pikir; ucapan Jimin ada benarnya juga. Jadi dewasa bukan cuma dari setiap tutur kata dan bahasa, tapi juga dengan cara kita menyikapi suatu permasalahan.

Dengan penampilan casual; jaket denim warna biru yang membalut baju kaos hitam, celana levis warna biru, juga sepatu kets, membalut sempurna di tubuh Taehyung.

Hari ini Mama dan Papa Kim gak ada di rumah. Biasa; perjalanan bisnis. Mereka udah dua hari gak ada di rumah. Total Taehyung ditinggal sendiri, tanpa ada siapapun yang menemani. Biasanya, kalau di saat kayak gini, Jungkook selalu menemani. Entah Taehyung yang nginep di apartemen Jungkook, ataupun sebaliknya.

"Mama Papamu pulang kapan?"

"Entah. Seminggu lagi mungkin. Kenapa?"

"Gak papa. Cuma mau nemenin biar gak takut di rumah sendirian."

"Aku bukan penakut!"

"Siapa yang bilang penakut coba."

"Ngeselin!"

Taehyung hela nafas. Jadi inget lagi kan.

***

Apartemen dalam keadaan lengang begitu Taehyung masuk. Taehyung sukses hela nafas keras begitu lihat keadaan apartemen yang begitu berantakan. Bungkus rokok, puntung rokok, gelas kopi, kaleng cola memenuhi meja ruang TV.

Langkahnya dibawa semakin masuk ke dapur, lalu letakkan bubur ayam yang sempat dia beli sebelum sampai. Keadaan dapur gak jauh beda dari ruang depan. Bekas bungkus ramen, cup ramen, puntung rokok bertebaran di sekitar kotak sampah yang udah penuh.

Brengsek.

"Taehyung? Kamu di sini?"

Yang di panggil namanya balik badan. Lalu tatap datar Jungkook yang hadir dalam keadaan kacau; kantung mata yang hitam dan sembab, mukanya kusam, dan badan yang makin kurus gak terawat -- Taehyung lihat karena Jungkook gak pakai baju.

"Sayang--"

"Makan. Aku bawain bubur. Abis itu aku mau ngomong."

;

Jungkook makan begitu lamban. Sengaja di lama-lamain, biar Taehyung lebih lama di sini. Taehyung mendengus, lipat tangannya di dada dan bersandar pada bangku meja makan.

"Makannya cepetin bisa? Aku gak bisa lama-lama di sini."

Abai. Jungkook makan dengan ogah-ogahan. Temponya tambah di lama-lamain.

"Jungkook ---"

"Maaf." Jungkook berhentiin makannya, lalu tatap pacarnya dengan raut yang menyendu dan menyesal. "Maaf Taehyung. Maaf. Maaf ---"

"Maaf gak akan nyelesaiin masalah kalau besok-besok lagi kamu ulangi terus."

"Maaf, by. Aku beneran nyesel. Maaf." Lalu pandangan Jungkook turun. Menunduk.

Taehyung hela nafas. "Selesaiin makan dulu. Aku mau tanya satu hal ke kamu."

"Tanya apa?"























"Aku itu apa bagi kamu? Aku butuh kejelasan sekarang."










Tibici.

Kira-kira, baikan gak ya merekaa?

Selamat subuhhhh,

Sori, beberapa hari gak update. Belum bisa produktif. Hehee,

Selalu jaga kesehatan dan tetap semangat,

Enjoy♡

Backstreet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang