Empatpuluh

3.1K 371 97
                                    

Di depan rumah punya tetangga sebelah, mobil masih terparkir apik. Sudah tiga puluh menit berlalu, tapi Taehyung belum mau keluar dari mobil. Alasannya takut --- takut dengan reaksi Mama Papa-nya. Apalagi insiden tadi malam yang Jungkook dengan seenaknya jawab telfon dari Papanya.

Sempat berantem di apartemen. Taehyung kesal karna pacarnya yang malah kasih tahu Papanya. Udah tahu Papanya belum kasih restu, tapi cowok Jeon itu malah nekat. Sedangkan si tersangka duduk santai di meja counter dapur sambil merokok, angguk-angguk waktu Taehyung marahin.

Sebab itu, Taehyung belum berani masuk ke rumah. Masih di dalam mobil, di sebelah Jungkook yang merokok. Total udah tiga batang pagi ini. Bangun tidur, di dapur dan di mobil. Bener-bener anak muda yang gak boleh ditiru. Pagi-pagi kotorin udara segar dengan asap rokok.

"Mau sampe kapan disini?" tanya Jungkook sambil hembusin asap rokok, "kan udah ku bilang, ayo masuk sama aku. Papamu marah, aku yang tanggung."

Masalahnya bukan cuma itu. Taehyung takut Papanya lakuin hal tak terduga. "Kamu enak ngomong begitu, gak rasain gimana kalutnya aku."

"Ya terus, kalo diam di sini terus bakal selesaiin masalah? Aku tau kamu takut, makanya aku disini. Seenggaknya kalo Papamu marah, gak cuma marahin kamu."

"Terus soal nilaiku? Kalo Papa marah karna tahu aku dapet nilai jelek, kamu juga mau tanggung?"

Jungkook berdecak, lalu matiin rokok yang tinggal setengah dengan di tekan ujungnya ke stir. "Belum bilang mana tau bakal kaya apa. Jangan berfikiran negatif begitu, Papamu gak sejahat sampe usir kamu dari rumah 'kan?"

"Kamu gak tahu gimana sifat Papa, gimana bisa kamu bilang gitu?!" tukas Taehyung keras kepala.

Jungkook mendengus kesel. Keras kepala. "Aku harus apa, Taehyung?! Aku mau bantu ngomong ke papamu, tapi kamunya malah gini! Harus apa?!"

Udah. Sama-sama emosi. Dua-duanya belum bisa nurunin ego. Emosi dibalas dengan emosi, gak akan selesai masalah.

Gak jawab, Taehyung milih nundukkin kepalanya. Tangannya tanpa sadar bergetar, setakut itu. Taehyung total nangis, gak ada suara.

Jungkook hela nafas. Sandarin punggung di kepala seat sambil tutup matanya. Dia buang nafas kasar, berusaha tenangin diri yang sempat emosi. Fikirannya tambah runyam. Satu masalah belum selesai, tambah masalah lain.

"Maaf, Yang." Jungkook sadar kalo akar permasalahan ini dari dirinya sendiri.

Pelan, dia buka matanya kembali. Tatap pacarnya masih setia nundukkin kepala. Dagu Taehyung di angkat untuk dongak, lalu hapus air mata yang mengalir di pipi gembil pacarnya. Lalu dipeluk.

Untuk saat ini, Jungkook gak bisa mikir apa-apa. Gak tahu harus gimana.

"Kita masuk, aku yang ngomong sama Papamu." Jungkook bisik pelan. Walau dia gak ada persiapan matang, tapi Jungkook bakal usahain untuk kesayangannya.

Taehyung ngangguk, lalu lepasin pelukan. "Ayo masuk," katanya sambil hapus air mata.

Lalu mereka keluar mobil, jalan ke dalam halaman rumah Taehyung. Selama itu pula, Jungkook kepalkan tangan, beri semangat untuk dirinya sendiri. Jantung- nya gak berhenti buat berdetak abnormal.

Pas masuk ke dalam rumah, mereka udah di sambut dengan orangtua Taehyung yang duduk di ruang tamu --- kaya kedatangan mereka udah ditunggu

Tuan Kim tatap datar keduanya, sedang Nyonya Kim tatap anaknya dengan khawatir. Mau beranjak untuk hampiri anaknya, tapi ditahan sama Tuan Kim.

"Taehyung pulang." Pandangan Taehyung langsung tertuju ke satu amplop yang udah kebuka dan satu lembar kertas di meja. Dia masih berdiri dengan Jungkook di sampingnya.

Tiba-tiba Tuan Kim berdiri, hampiri mereka --- atau lebih tepatnya ke hadapan Jungkook.

Plakk!

Satu tamparan berhasil di layangkan. Jungkook mejamin matanya, rasain perih di pipi kirinya.

Plakk!

Kini di pipi kanan. Jungkook bisa cecap rasa besi dari darah didalam mulutnya.

"Pa.."

Tuan Kim langsung tatap anaknya, "Masih inget rumah kamu? Masih inget punya orangtua?! Masih inget jalan pulang, Taehyung?!!"

Nyonya Kim dengan sigap peluk anaknya. "Pa, jangan keras-keras sama anak sendiri. Dia---"

"Kalo gak dikerasin gak bakal ngerti!! Udah berapa kali dibilang, jangan main sama begundal ini, masih aja ngeyel?!! Sekarang liat!!"

Tuan Kim ambil kertas di meja, tunjukkin ke anaknya. "Liat dek! Kamu dapet surat peringatan! Ngapain aja kamu di kampus?!!"

Suara Tuan Kim menggelegar didalam rumah. Suarana kerasa banget gak baik.

"Maaf.." jawab Taehyung dengan lirih.

Jungkook hela nafas, "Om, saya tau saya salah, saya minta maaf. Tapi---"

"Kamu udah saya peringatin berapa kali untuk jauhin anak saya?!! Liat! Anak saya jadi gak bener karna maen sama kamu!"

"Om, saya minta maaf. Tapi bisa gak dengerin saya dulu, say---"

"Apa yang perlu saya dengerin?! Pengaruh buruk kamu ke anak saya?!"

"Om, anak om dalam kondisi yang gak baik!" Jungkook jawab cepat, matanya tatap berani ke Tuan Kim. "Taehyung tertekan sama semua peraturan yang om kasih ke dia."

Fikir Jungkook, saat ini kesempatan buat dia keluarin apa yang dia pendam selama ini. Tentang dia. Tentang Taehyung. Dan tentang hubungan mereka.

"Tanpa om sadar, kalo om megang seluruh kendali di diri Taehyung. Apa om tau kalo anak om jadi terkekang sama semua ini?"

"Kamu gak tahu apa-apa! Kamu cuma orang asing yang maksa masuk ke kehidupan keluarga saya! Jangan sok tahu!" Tuan Kim masih membantah keras kepala.

Sedang Taehyung dipelukan Nyonya Kim.

"Iya, om betul, saya cuma orang asing disini. Tapi asal om tahu, saya tahu anak om lebih dari orangtuanya," kata Jungkook, sedikit nekan kata lebih. "Apa om tau keluh kesah anak om sendiri? Taehyung udah berjuang belajar mati- matian biar om percaya sama dia. Om tau itu?"

Tuan Kim bungkam. Matanya melirik anaknya yang nangis dipelukan istrinya. Selama ini, yang beliau tahu anaknya baik-baik aja dibawah peraturannya. Tuan Kim gak terima anaknya lebih dekat ke temennya dibanding ke keluarga. Tapi sama sekali gak bantah pernyataan dari Jungkook karena, ya, semua itu benar.

"Om, Taehyung berhak bahagia. Berhak lakuin apa yang dia mau. Saya tahu kalo om sayang banget sama Taehyung, tapi om gak bisa kalo harus terlalu ngekang anak om."

Jungkook hela nafas. Dia dekati pacarnya, senyum ke Nyonya Kim tanda minta izin untuk bawa Taehyung ke pelukan. Setelah itu, dia kembali tatap Tuan Kim yang masih diem.

"Home apartemen dikawasan Namsan. Kalo fikiran om udah waras, silahkan ke sana. Saya gak pindah. Permisi, saya bawa anak om."

Lalu Jungkook bungkuk sopan ke Nyonya Kim, senyum tipis kemudian sebelum keluar dengan Taehyung di genggaman. Dalam hati berharap, kata- katanya tadi jadi tamparan keras untuk Tuan Kim. Dia sendiri sedikit bingung tadi dengan kata-katanya yang cukup berani, tapi dalam hati ngerasa puas.

Sedangkan Tuan Kim masih terpaku di tempat, tatap lantai dengan mata yang kosong. Kerja otaknya macet seketika.















Tibici.


Hai, uwuu

Udah lumayan lama gak jumpa karna takde ide. Sekarang udah ada, tapi gak tahu kalau besok. Hehe..

Konfliknya terlalu beratkah?

Tenang, bentar lagi konfliknya selesai kok. Kan Jk udah ambil langkah berani, hehe...

Selamat malam, dan tetap semangat uwuuu





Backstreet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang