Duapuluhlima

3.6K 362 11
                                    





Alis Taehyung sedari tadi gak berhenti untuk nukik, seakan lagi mikir hal yang berat. Sedangkan di hadapannya, ada Jungkook yang duduk di bangku counter dapur— bersebrangan, terhalang sama meja counter —ngamatin pacarnya yang dari tadi natap bahan masakan di meja.

"Udah tau mau masak apa?" Jungkook tanya, seraya gigit apel di tangannya.

Taehyung geleng pelan, gigit bibir bawah nya bingung— kebiasaan kalau bingung — belum ada ide masuk ke otaknya.

Jungkook hela nafas jengah, "Lama kamu, aku udah laper. Delivery aja, ya?"

Mendelik, Taehyung cebikkin bibir bawahnya. "Sabar kenapa, sih! Aku lagi bingung mau masak apa?! Kamu juga gak ada kasih saran!"

"Masak ramen, deal?"

"Tck!" Taehyung berdecak, "Oke, deal! Kamu yang masak!"

Bahan masakan yang udah di keluarin, terpaksa di masukin lagi ke kulkas. Taehyung melenggang pergi ke sofa, dan Jungkook beranjak untuk masak ramen.

.
.
.

Beberapa menit kemudian, ramen pun jadi. Jungkook bawa 2 mangkuk ke sofa, kasih ke pacarnya yang lagi nonton TV.

Malam hari yang dingin, dengan di temani ramen dan pelukan pacar, cukup untuk keduanya.

Omong-omong, hari ini Taehyung berencana nginep di apartemen pacar. Mama papanya ke Daegu, kunjungi saudara yang sakit. Tadinya Taehyung disuruh ikut, tapi Taehyung nolak dengan alasan banyak tugas yang mendekati deadline.

Taehyung hela nafas pelan ketika lihat Jungkook yang terlampau fokus ke laptop. Jungkook juga sekalian kerjain skripsi, nyicil.

"Belum selesai terus itu skripsi. Masih banyak, kah?"

Jungkook bergumam menanggapi, kepalanya mendongak tatap Taehyung yang duduk di sofa, sedangkan dia duduk di lantai beralas karpet.

"Masih banyak. Kenapa? Kamu ngantuk?"

Taehyung menggeleng, "Gak, belum ngantuk kok. Kamu lanjut aja."

Kemudian hening lagi. Jungkook kembali fokus ke laptopnya, sambil sesekali makan ramennya. Dan Taehyung yang duduk di sofa dengan kebosanannya.

Alhasil, Taehyung beringsut duduk di bawah, sejajar sama Jungkook. Tangannya ambil bisep pacarnya untuk di peluk, dan kepalanya nyender. Jungkook noleh, kemudian beri kecupan di pucuk kepala Taehyung, lalu lanjut lagi ngetik di laptop.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Dan gak kerasa, udah satu setengah jam Jungkook kerjain skripsinya. Dia noleh ke pacarnya yang udah terlelap, senyum halus kemudian terpatri di wajah tampan Jungkook.

Pacarnya polos sekali kalau tidur, salah satu dari sekian banyak kesukaan Jungkook— lihat Taehyung yang terlelap. Bulu mata yang lentik dan panjang, pipi gembil yang memerah karna suhu, gak lupa pucuk hidung yang juga merah. Yang paling Jungkook suka bagian muka Taehyung adalah bibir. Warna pink, dan juga keliatan kenyal; buat Jungkook tanpa sadar jilat bibirnya sendiri.

"Yang, bangun, pindah kamar sana.." Jungkook beralih bangunin Taehyung, biar gak kebablasan karna tatap bibir merah itu. "Bangun sana, aku males gendong. Badanmu berat."

Taehyung beri respon cubitan di pinggang Jungkook, dia sensitif kalo udah bahas berat badan.

Jungkook mendelik, telunjuknya dorong kepala Taehyung biar menjauh dari pundaknya. "Sana pindah!"

"Gendong.." Taehyung peluk leher pacar, "Males jalan, gendong."

"Gak! Males, aku pegel. Gendong kamu bikin remuk jiwa raga."

"Lebay!" Telunjuk Taehyung dorong dahi Jungkook, lalu mendelik sinis. "Aku gak seberat itu!"

"Ah, masa? Tapi aku setiap gendong kamu, rasanya tulangku mau patah saking beratnya."

"Nggak, ya! Kamu berlebihan, alay!"

"Lho, kan memang kenyataannya begitu. Kamu mana kerasa, aku yang ngerasa!"

"Ya, tapi 'kan gak seberat itu! Lebay memang. Buat apa perut kotak-kotak, otot besar kalo gendong aku aja ngeluh!"

Jungkook ketawa kecil, "Buat apa itu kaki kalo dikit-dikit minta gendong?"

"Tck, tau! Males aku sama kamu!" Lalu Taehyung melenggang pergi ke kamar dengan kaki yang di hentak kesal.

Jungkook sebagai bucin, pastilah nyusul. Tapi sebelum itu, dia taruh mangkuk bekas ramen ke dapur, lalu beresin buku dan laptopnya, setelah itu baru susul pacar ke kamar.

***

Pagi harinya, Taehyung terusik dari tidur nya karna cahaya yang masuk ke netra. Taehyung ngerjap beberapa kali, sesuain cahaya matahari. Nguap, lalu lirik sampingnya.

Jungkook masih tidur damai, dengan deru nafas yang teratur. Taehyung usap pipi tirus Jungkook, sadar kalo pipi itu semakin menirus. Bisa ditebak, kalau Jungkook gak jaga pola makan. Kantung mata yang menghitam sekarang agak samar, raut lelahnya gak bisa di sembunyiin lagi sekarang.

Taehyung hela nafas pelan, ngerasa bersalah tiba-tiba. Ngerasa jadi pacar yang gak berguna, ngerasa bodoh karna gak sadar. Jungkook stress, tapi dia malah nambahin beban.

"Kamu bodoh banget, padahal ada aku, tapi bahkan kamu gak mau bagi masalahmu.."

"— maaf karna orangtuaku terlalu keras sama kamu. Kamu pasti sakit hati sama omongan orangtua ku waktu itu."

Bibir Taehyung mencebik kesel, "Aku gak guna banget ya jadi pacar. Gak bisa apa- apa, selalu nuntut kamu terus."

"Jangan ngomong gitu, aku gak suka." Suara serak dan berat menyapa.

Jungkook buka matanya pelan, berdeham singkat seraya tatap Taehyung yang masih diam.

"Kenapa tiba-tiba ngomong gitu?"

Taehyung ngendikin bahunya, "Nggak tau. Aku cuma ngerasa bersalah karna lihat kantung matamu yang hitam."

"Jangan ngerasa bersalah, bukan salah kamu, kok. Ini cuma pusing masalah skripsi, gak ada sangkut pautnya sama kamu."

"Kak, jangan bohong," sela Taehyung. "Kamu stress karna orangtuaku yang terlalu keras, aku tau itu."

Jungkook kekeh pelan; kedengeran serak, "Sok tau banget kamu. Siapa yang bil—"

"Jimin!" Taehyung menyela sekali lagi, "Jimin bilang kamu stress kemaren. Habis satu kotak rokok dalam semalem, aku nggak suka kamu kaya gitu."

Jungkook bungkam, Taehyung hela nafas.

"Kamu udah janji mau kurangin hisap rokok, tapi apa? satu kotak rokok habis dalam sehari, kamu mau ninggalin aku, ya?"

"Nggak gitu.." Jungkook tatap Taehyung, "Maaf."

"Selalu gitu. Bosen aku denger maaf terus."

"Jangan ngomong gitu, yang.." Jungkook peluk erat Taehyung, kepalanya nelusup ke leher pacarnya. "Jangan bilang bosen, maaf.."

Pagi ini, Jungkook yang keliatan selalu kuat, kelihatan lemah di hadapan Taehyung.















Tibici.

Besok manis-manis kok, janji..

Badai belum berlalu, temand-temand.

Stay safe semuanya, dan selalu semangat jalani hari ini dan seterusnya.

Nanti upnya malem-malem terus. Karna aku kalo ada ide untuk up sekitar jam 1 kalau gak jam 2 malem. Makanya aku up jam segitu terus, hampir.


Backstreet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang