Empatpuluhtujuh

2.9K 362 37
                                    







"Kak Taehyung kok mau sih sama abang? Di kasih pelet apa?"

Yang ditanya garuk tengkuknya gak ngerti. Taehyung senyum canggung ke Somi juga Bunda Jeon, gak tahu mau jawab apa.

"Padahal, ya, abang itu joroknya gak ketulungan. Udah jorok, males, cuek, pelit lagi."

"Heh, adek, jangan gitu sama abangmu sendiri." Bunda Jeon negur.

"Ya tapi, kan, yang aku bilang fakta Bun."

Sekarang mereka; Taehyung, Somi, dan Bunda Jeon lagi di dapur untuk masak. Sebenarnya udah ada maid yang tugas masak, tapi Bunda Jeon sengaja buat masak. Sekalian ajarkan calon mantu katanya.

Taehyung bertugas buat cuci sayuran, Somi yang potong-potong, dan Bunda Jeon yang masak.

"Memangnya kalau suka sama orang itu perlu alasan, ya?" Taehyung tanya, tatap Somi dengan pandangan polos.

Yang ditatap meringis lucu, "Iya juga. Cuma Somi heran aja, kok Kak Tae bisa tahan hadapi sikap abang yang begitu."

"Kamu kira abangmu itu apa, kok tanya hal aneh begitu sama calon menantu Bunda." Bunda Jeon nyaut.

Meringis, Taehyung sedikit malu saat Bunda Jeon bilang calon menantu. Tapi jauh dilubuk hatinya, dia juga senang karena diterima dengan baik dikeluarga Jeon.

Taehyung merasa senang karena hal itu. Bayangan tentang hubungan mereka yang misal gak direstui seketika sirna --- digantikan sama rasa lega luar biasa.

***


Di ruangan kerja milik kepala keluarga Jeon, Jungkook duduk berhadapan sama Ayahnya yang bolak-balik berkas penting. Jungkook perhatikan tampang serius Ayahnya yang tangani berkas - berkas penting tersebut.

"Jadi, gimana rencana kamu yang katanya mau belajar ambil alih salah satu cabang perusahaan Ayah?"

Ayah Jeon letakkan pulpennya, tutup berkas-berkas di meja dan tatap anak sulungnya serius. Buat Jungkook jadi gugup sendiri.

Sulung Jeon garuk tengkuknya, "ya gitu. Kalau Ayah izinin aku buat ambil alih, aku mau belajar ngurus perusahaan."

"Kamu tahu, kan, Jeon kalau ngurus perusahaan itu nggak seringan yang kamu kira. Urus perusahaan itu, harus benar-benar serius biar perusahaan maju. Itu bukan cuma buat kamu, tapi buat karyawan-karyawan yang kerja di sana..."

"--- Hidup karyawan itu bergantung sama bos yang menangani perusahaan. Mereka yang kerja sama sebuah perusahaan, pasti berharap banyak sama suatu perusahaan tersebut."

Jungkook angguk. Dia udah pikirkan hal ini kemarin-kemarin. Keputusannya buat ambil alih salah satu cabang perusahaan Ayahnya udah dia pikirin matang-matang. Segala hal sebab dan akibat udah dia perkirakan.

"Aku bakal berusaha. Ayah percaya sama aku, aku bakal buat perusahaan Ayah maju."

Ayah Jeon senyum, "Ayah percaya kamu. Ayah bakal bantuin kamu buat belajar ngelola perusahaan. Jadi, cabang mana yang bakal kamu ambil alih?"

"Di Seoul?" jawab Jungkook setengah gak yakin, "sekalian selesaiin skripsi, mungkin aku bakal ambil alih yang di Seoul."

"Oh, hitung-hitung buat modal lamar pacarmu, ya?" tanya Ayah Jeon seraya kekeh kecil.

"Iya. Cuma rencananya mau tunangan dulu gitu. Aku mau fokus belajar urus perusahaan. Seenggaknya Taehyung udah aku ikat, walau belum jadi hak milik."

"Kalau soal itu, nanti kita bicarakan lagi sama anaknya," kata Ayah Jeon. "Sekalian sama orangtua Taehyung, terus sama Bundamu juga.."

"--- Kita diskusiin bareng nanti di Seoul. Bicarain niat kamu ke orangtua pacarmu, beri mereka kepercayaan. Tapi ingat, kalau udah dikasih kepercayaan, jangan dihancurin. Orang seperti Tuan Kim itu susah buat percaya."

Nasihat Ayahnya buat Jungkook ngangguk, dalam hati tanamkan nasihat Ayahnya biar terus diingat sampai kapan pun.

Sisi Ayahnya yang berhasil buat cowok Jeon kagum adalah sikap bijaksananya dalam mengambil keputusan. Ayahnya selalu bisa di andalkan dalam memberi nasihat begini.

"Ayah, abang, dipanggil Bunda suruh makan."


***



"Jadi besok kalian udah balik ke Seoul lagi?"

Jungkook angguk dengar pertanyaan Bundanya. "Iya, Bun. Aku harus selesaiin skripsiku, juga, kan, Taehyung masih kuliah. Dan lagi, aku harus kerja."

"Loh, abang kerja di mana?" Somi berceletuk, matanya tatap penasaran ke abangnya.

"Di Supermarket," jawab Jungkook.

"Yaudah. Selesaiin dulu makannya, nanti baru packing barang-barang sebelum tidur."

Lalu makan malam keluarga Jeon di selimuti dalam keheningan yang rukun. Walau kadang kala diselingi sama adu ribut antara Jungkook dan Somi. Dua manusia berbeda jenis kelamin itu gak bisa akur kayaknya.

Lagi-lagi, Taehyung gak bisa berhenti untuk bersyukur karna sudah diterima di keluarga ini.


***


Di balkon. Jungkook hembuskan asap rokoknya, biarkan asap rokok mengudara dan berbaur dengan yang lainnya sampai hilang dipandangan. Tangannya bergerak nakal usap bahkan sampai remas paha pacarnya yang duduk di pangkuan.

Keduanya diselimuti keheningan. Biarkan berbaur dalam pikiran masing- masing.

Taehyung peluk erat leher pacarnya, wajahnya tenggelam di ceruk leher. Sesekali membaui harum Jungkook yang bikin tenang --- ya, walau sesekali aroma rokok yang kehirup.

Mendongak, Taehyung kecup sekilas dagu Jungkook; berhasil dapatkan atensi dari cowok Jeon. "Besok beneran pulang ke Seoul."

"Iya, bener. Kenapa?"

Taehyung geleng pelan. "Nggak papa."

"Udah nyamankah di sini?"

Si Kim gak bisa untuk gak ngangguk. Benar. Dia nyaman di sini. Perlakuan hangat dari keluarga Jeon buat dia cepat beradaptasi.

"Iya. Keluarga kamu baik-baik, aku senang. Apalagi ada Somi. Dari dulu aku pengen punya adek, jadi pas sama Somi aku ngerasa jadi kakak untuk dia."

"Sayang banget sama Somi?"

"Banget!" jawab Taehyung, "dia baik. Ya, walau kadang jail. Tapi aku sayang dia."

"Sayangan ke aku atau ke Somi?"

Alis Taehyung terangkat jenaka. "Jelas sayangan Som--- aduh! Anjing, sakit!"

Dahi Taehyung dijitak. Gak keras, tapi tetap aja kerasa sakit. Mana sampai bunyi. Setelah itu Jungkook kecup sekilas.

"Pacaran aja sana sama Somi."

"Bodo amat! Sakit bangsat! Kamu kira dahi aku apa?!"

Baru Taehyung mau beranjak, keburu ditahan sama Jungkook untuk dalam posisi semula. Cowok Jeon lihat dahi pacarnya yang memerah, dia meringis sendiri.

"Maaf. Padahal aku gak pake tenaga, lho." Jungkook usap lebam merah di dahi pacarnya, diketuk, lalu di cium. Kali ini lebih lama. "Maaf, Yang, sakit banget, ya?"

"Ya, iyalah! Kamu pikir gak sakit apa di jitak begitu! Coba sini ku jitak!"

Gak nolak, Jungkook majukan kepalanya, biarkan Taehyung untuk jitak dahinya.

Pletak!

Mantap!

Jitakan Taehyung lebih kuat dari si Jeon tadi. Jungkook meringis sakit.

"Sakit, Yang."

"Ya memang sakit!" Lalu Taehyung usap dahi pacarnya, "makanya jangan gitu."

"Hmm."

Jungkook nikmati usapan di rambutnya dari tangan halus pacarnya. Malam ini di Busan sedikit dingin. Jungkook gak ragu buat nelusup masuk ke dalam pelukan pacar. Sedang Taehyung masih setia usap rambut Jungkook.

Nyaman.












Tibici.

Tetap sehat dan selalu semangat semua!!!



Backstreet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang