(lengkap)
//WARNING! FOLLOW DULU SEBELUM BACA!//
.
.
.
"alena! "
"apa..! tapi bagaimana mungkin?"
"kau adalah putri dalam ramalan itu"
"ramalan apa? dan oh ya,, aku bukan putri!
"inilah takdirmu, ramalan itu mengatakan bahwa akan ada putri yg...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
˙·٠•●۩۩ஜ꧁☙♔☙꧂ஜ۩۩●•٠·˙
"Hal apa itu pak?" tanya Alena dengan raut wajah penasaran.
"Kamu adalah anak didalam ramalan itu Alena!" ujar pak Robert yang membuat jantung Alena seakan berhenti berdetak.
"Apa! tapi bagaimana mungkin?" ujar tak percaya Alena.
"Kau adalah putri dalam ramalan itu," ujar pak Robert lagi.
"Sebenarnya ramalan apa? dan oh ya, aku bukan putri!" bantahnya.
"Inilah takdirmu, ramalan itu mengatakan bahwa akan ada putri yang memiliki seluruh kekuatan makhluk imortall di dunia ini, dia akan menjadi ratu terkuat, dan mengalahkan raja kegelapan," ujar pak Robert mencoba meyakinkan.
"Itu tidak mungkin!" bantah Alena lagi.
"Percaya tidak percaya, itulah takdirmu, sekarang kau harus memilih untuk menerima takdirmu ini atau tidak." ujar pak Robert.
"Jika memang bisa menolak, aku pasti akan menolaknya," ujar Alena frustrasi.
"Pikirkan baik-baik putri Alena, masa depan rakyat immortal ada ditanganmu." ujar pak Robert lagi.
*Alena's pov*
'Mengapa? Mengapa harus aku? Kenapa aku harus terlahir dengan kekuatan ini! Aku takut aku tidak mampu' batin ku
"Putri Alena." sapa pak Robert yang membuyarkan lamunanku.
"Emm Ya, owh iya pak, kau bilang aku seorang putri, lalu putri dari kerajaan mana?" tanyaku penasaran.
"Saya juga tidak tahu, tapi itu bisa kita cari tahu." ujar pak Robert yang membuatku semakin penasaran.
"Bagaimana caranya?" tanyaku lagi.
"Begini, kekuatan apa yang kau dapatkan sedari lahir, atau yang kau kuasai di usia dini?" tanya pak Robert.
"Telepati atau bisa baca pikiran," ujarku yakin.
"Benarkah?!" tanya pak Robert sedikit terkejut, namun tersirat raut wajah senang.
"Emm, ya."
"Kalau begitu, tolong ambilkan buku tebal yang ada di rak buku itu," ujar pak Robert sambil menunjuk salah satu buku di rak dekat meja kantornya.
