26. Diculik

14.4K 1K 20
                                    

Kirana menghampiri Amel ke kantin untuk bergabung bersamanya dan temannya. Selama ini Kirana memang jarang sekali ke kantin dan bersosialisasi. Amel tersenyum kecut, lalu dia mempersilakan Kirana untuk duduk di bangku sebelahnya.

"Oh ini Kirana yang pinter itu ya, kenalin gue Gita."

"Gue, Mira, mulai sekarang kita harus berteman," ucap gadis bertopi putih.

"Kalau gue, Shila, salam kenal ya."

Kirana mengangguk, "aku Kirana, makasih ya kalian mau berteman sama aku."

"Kiran mau pesan apa?" tanya Amel pelan.

"Soto aja deh, gimana kalau aku aja yang pesan. Kalian mau pesan apa?"

Gita dan Shila menggeleng kuat, mereka tidak mau merepotkan Kirana. Ini bukan cuma pesanan satu atau dua orang saja, tapi lima orang termasuk Kirana. Pasti nanti Kirana akan kerepotan membawa pesanan itu.

"Berdua yuk sama gue," Kirana mengangguk lalu berjalan menuju stand makanan bersama Gita.

Kirana tersenyum senang ternyata mempunyai banyak teman itu menyenangkan. Tidak semua orang memandang Kirana rendah karena ia sekolah menggunakan beasiswa. Seharusnya sejak dulu Kirana mengikuti kata Amel yang mengajaknya berteman dengan temannya. Tapi karena rasa tidak percaya diri, Kirana tidak mau dia takut di buly lagi.

Amel menggandeng tangan Kirana, mengajak Kirana masuk ke dalam toilet perempuan. Setelah masuk ke salah satu bilik toilet, tiba-tiba Amel menangis. Kirana langsung memeluk tubuh Amel. Semakin lama tangisan Amel semakin kencang membuat Kirana sedih dan rasanya ingin ikut menangis. Tapi dia sama sekali tidak tahu Amel menangis karena apa.

"Amel ada masalah ya? Coba cerita sama Kiran, masalah Amel juga masalah Kiran. Kan udah janji kalau ada masalah harus saling cerita, nggak boleh ada yang di tutup-tutupi."

Amel melepaskan pelukannya, lalu menatap Kirana.

"Hiks.. kemarin kan-" Amel menggeleng pelan dan berhenti berbicara.

"Kenapa? Kok nggak di lanjutin ngomongnya?"

"Amel kesel banget! Sama Arka, dia jahat."

"Arka ngapain Amel?"

"Amel ungkapin rasa suka Amel ke Arka, tapi Arka langsung nolak Amel. Dan Arka juga jelek-jelekin Amel, bilang kalau Amel itu gendut dan nggak cantik."

Kirana menggeleng heran, Amel tidak gendut kok malah Kirana kadang sedikit merasa iri dengan badan Amel yang bagus.

"Arka juga bilang kalau Amel bodoh nggak kayak Kiran yang pinter."

"Terus Arka juga bilang lagi kalau dia suka sama Kiran," ucap Amel yang masih terisak.

Kirana mengepalkan tangannya, dia sangat tidak suka jika melihat satu-satunya sahabatnya menangis sampai seperti ini. Apalagi penyebabnya seorang lelaki seperti Arka. Kirana kira Arka itu baik, berkata-kata selalu sopan, tapi ternyata kata-kata dari mulut Arka bisa membuat orang lain sakit hati.

Kirana mengelus pundak Amel, lalu dia pergi mencari Arka. Kirana akan membawa Arka ke hadapan Amel dan meminta maaf pada Amel.

👑

Arka menatap Kirana datar, perasaan tiba-tiba saja tidak enak. Dari raut wajahnya saja sudah terlihat jika Kirana sedang menahan amarahnya. Arka seperti tidak mengenal gadis yang sedang ia tatap saat ini, karena Kirana sangat berbeda jika marah.

"Kenapa?"

Kirana tidak menjawab dan langsung pergi ke taman di ikuti Arka.

"Kamu punya hati nggak sih, kenapa kamu jelek-jelekin Amel. Kalau nggak suka ya bilang aja nggak suka tapi jangan sampai nge-hina fisik. Perempuan itu sangat sensitif kalau ada sangkut-pautnya sama fisik."

KING BULLYING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang