19. Di usir

17.4K 1.3K 10
                                    

Saat pulang kerja Kirana merasa hatinya tidak tenang, entah apa yang akan terjadi nantinya. Tapi ia merasa sangat takut, perasaan ini sangat asing baginya. Kirana merasa jika akan terjadi sesuatu nantinya. Tentu saja sesuatu yang tidak baik.

Kirana menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh berprasangka buruk. Mungkin ini hanya perasaanya saja yang sedang kacau.

Kirana diam mematung di depan pintu rumahnya. Ia melihat Ibu dan Ayahnya sedang berbicara sangat serius. Kirana bisa mendengar apa yang mereka bicarakan karena memang mereka berbicara seperti orang berteriak, sangat kencang. Sepertinya sedang ada masalah di antara Ibu tirinya dan Ayahnya.

"MAU KAMU APA?! KAMU MAU AKU ADIL KE ANAK KAMU GITU! NGGAK AKAN MAS, DARI AWAL AKU NGGAK PERNAH MAU NERIMA KIRANA DI RUMAH INI!"

"APA SUSAHNYA SIH KAMU NGASIH KASIH SAYANG KE KIRANA, DIA JUGA ANAK KAMU. ANAK AKU ITU JUGA ANAK KAMU."

"KIRANA BUKAN TERLAHIR DI RAHIM AKU JADI DIA BUKAN ANAK AKU. DIA ANAK KAMU DAN PEREMPUAN GILA YANG SEKARANG UDAH MATI!"

"JAGA UCAPAN KAMU, YULI!!"

Kirana menunduk, air matanya sudah menetes sejak tadi. Hatinya sangat sakit saat mendengar ibunya menyebut Bundanya orang gila. Kirana masih tidak tau, kenapa ibunya sangat membenci dirinya dan juga almarhumah Bundanya. Apakah ia dan Bundanya pernah melakukan kesalahan pada ibu Yuli.

"SEKARANG KITA TUNGGU ANAK KAMU PULANG, AKU BAKAL USIR DIA. ANAK ITU SUDAH TIDAK BERGUNA LAGI DI RUMAH INI. AKU MUAK LIHAT WAJAH DIA!"

Kirana kaget. Dia akan di usir, sungguh ini kejam sekali. Sekarang Kirana harus apa? Apakah ia masuk ke dalam rumah atau tetap di luar.

"JANGAN ANEH-ANEH YULI!"

"TERSERAH AKU DONG, INI KAN RUMAHKU. KAMU MAU AKU USIR JUGA?! INGAT YA KAMU BISA SUKSES KAYAK GINI KARENA SIAPA? YA KARENA AKULAH. UDAH KAMU MENDING DIEM AJA, LAGIAN KIRANA SUDAH KERJA JADI DIA PASTI BAIK-BAIK AJA SAAT KELUAR DARI RUMAH INI!"

Ayah Kirana hanya diam mendengar bentakan istrinya. Apa yang Yuli katakan itu semua benar jika semua yang ia punya ini ada karena Yuli. Kirana yang melihat itu semakin menangis, ia yakin pasti Ayahnya tidak akan membela dan menahannya supaya tidak pergi dari rumah ini.

Kirana menghapus air matanya, ia berusaha sabar dan memberanikan diri masuk ke dalam rumah. Saat masuk Yuli langsung menatap tajam Kirana. Ayahnya tetap bungkam, Kirana mengepalkan tangannya sambil menunduk.

"Kirana kamu kemasi barang-barang kamu, cepat!" ucap Yuli.

Kirana mendongak, "maksud ibu?"

"Saya tau kalau kamu dengar semua apa yang saya dan suami saya bicarakan, cepat kemasi barang-barang sampah kamu. Mumpung saya masih baik, masih memberi kamu kesempatan untuk membawa barang-barang kamu itu."

Kirana hanya pasrah, ia berjalan menuju kamarnya. Dengan cepat Kirana memberesi pakaiannya dan buku-buku untuk sekolah. Sebelum keluar, Kirana bersalaman dengan Ayahnya.

Kirana membuka gerbang rumah dan menutupnya. Ia melihat rumah ibu tirinya, rumah yang sudah menampung nya saat sang Bunda pergi untuk selamanya. Kirana lagi dan lagi meneteskan air matanya. Kenapa hidupnya selalu menyedihkan, kapan Kirana bahagia.

Kirana terus berjalan tanpa arah, ia juga tidak fokus berjalan. Bahkan sejak tadi ia hampir jatuh terus. Kirana bingung akan tinggal dimana, ia tidak mempunyai banyak uang. Ia hanya mempunyai tabungannya saja, karena ia baru bekerja jadi belum gajian.

Sudah pukul sebelas malam, dan Kirana masih saja berjalan tanpa arah. Kirana berhenti di taman, lalu ke duduk di bangku warna putih di dekat lampu taman.

"Ya Allah, Kirana harus bagaimana? Kirana tidak punya saudara dekat. Malam ini dan malam-malam seterusnya harus tinggal dimana?"

Kirana terus berdoa di dalam hatinya, semoga saja ada orang yang mau menolongnya. Kirana tidak mau putus asa, ia berdiri lalu berjalan lagi.

Mendengar suara klakson mobil dari sebelahnya, Kirana menengok. Kirana mengucek matanya, ia merasa tidak asing dengan mobil di sebelahnya ini. Kirana melanjutkan jalannya lagi, ia tidak berminat mengetahui siapa pengendara mobil itu.

Sang pengendara mobil tadi turun lalu menghampiri Kirana. Tapi Kirana terus saja jalan tanpa memperdulikan orang yang juga berjalan di sebelahnya.

"Kirana lo mau kemana?"

"Ran, Kiran! Ini udah malem, lo mau kemana woy."

Kirana berhenti jalan lalu menatap Virgo. Ya orang itu adalah Virgo. "Nggak tau," ucap Kirana pelan.

Virgo menarik tangan Kirana pelan menuju mobilnya. Kirana berontak tapi ia tidak bisa apa-apa karena ia tidak sebanding dengan Virgo. Akhirnya Kirana seperti di seret Virgo.

"Ayo gue anter ke rumah lo."

"Aku mau pergi."

"Pergi kemana, lo itu cewek nggak baik keluar malem-malem. Paham nggak sih apa yang gue omongin. Lo masih paham bahasa manusia kan?"

"Aku mau pergi."

"Oke. Lo mau pergi kemana, gue tanya sekali lagi. Gue anter deh."

"Nggak tau."

Virgo mengusap wajahnya kasar, ia melihat Kirana membawa tas besar. Virgo tidak tau apa isinya dan untuk apa Kirana membawa tas sebesar itu.

"Lo mau minggat ya?" tanya Virgo. Kirana menggeleng pelan.

"Aku di usir ibu dan aku nggak tau harus kemana. Aku nggak tau mau tinggal dimana."

Hati Virgo sakit, rasanya seperti ada yang menusuknya menggunakan pisau. Virgo tidak tega saat mendengar suara Kirana yang sepertinya sangat sedih dan kecewa.

"Ayo ikut gue, lo bisa tinggal di rumah gue."

"Kok kamu mau nolongin aku?"

"Emang salah kalo gue nolong lo, sesama manusia harus saling tolong menolong," ucap Virgo malas.

"Tapi ini nggak kayak biasanya. Kan kamu nggak suka kalo aku ada di dekat kamu."

Virgo tidak mendengar ucapan Kirana, ia mengambil tas besar yang Kirana bawa lalu ia taruh di dalam mobil, di bangku belakang. Kirana menatap Virgo sebentar lalu ia membuka pintu mobil Virgo. Saat perjalanan ke rumah Virgo, Kirana tertidur. Virgo melihat Kirana seperti ini ikut merasa sedih. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya lah yang mengalami apa yang dialami Kirana saat ini.

Tidak dianggap sebagai anak, tidak pernah di beri kasih sayang, dan selalu di siksa. Itu sangat buruk, Kirana berhak mendapatkan kebahagiaan. Semua manusia wajib bahagia apapun yang terjadi, sebentar saja asalkan mereka pernah merasakan kebahagiaan.

Virgo mengusap rambut Kirana, lalu ia menarik tangannya. Ia mulai fokus mengendarai mobilnya.

Akhir-akhir ini, Virgo merasa sangat aneh. Ada perasaan asing di hatinya, seperti tidak suka jika Kirana berada di sekat laki-laki lain selain dirinya sendiri. Virgo juga tidak suka jika Kirana disakiti dan sedih. Virgo berfikir jika ia hanya kasihan. Ya gini-gini juga Virgo masih punya hati nurani. Ia tidak tega jika ada orang yang di siksa, tapi kenapa ia suka menyiksa orang lain?

Virgo sampai di rumah, ia mengangkat tubuh Kirana. Membawa Kirana masuk ke rumah.

"Ya ampun Igo, kamu apakan calon mantu mama ha?!"

"Mama jangan berisik, ini Kirana lagi tidur. Aku nggak ngapa-ngapain Kirana, suer deh. Ma bolehkan Kirana nginep di sini?" tanya Virgo.

Mama Virgo mengangguk, lalu ia bergeser agar anaknya itu bisa berjalan menuju kamar tamu. "Mama butuh penjelasan, ada apa dengan Kirana?"

"Iya mama tenang aja, Virgo bakal jelasin."

TBC.

12 November 2020

Vote, komen, dan follow akun wattpad author ya. Di tunggu notifikasinya.

Terimakasih buat yang sudah baca.

Maaf cuma bisa bikin segini, jangan bosen nunggu ya.

Hati-hati banyak Typo.

KING BULLYING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang