9.

63.6K 6.8K 878
                                    

Apa pun hasil vote-nya. Intinya Lina emang Cantik 🤣🤣. Aowkowkowk.
#plakk.
(Maap gaje. ini yang follow ig-ku aja yg paham 🙈)

Happy reading ♥️
____________

Garin mengetuk pintu sebelum membukanya. Agak kesulitan sebab satu tangan membawa cangkir kopi, satu lagi memegang agenda. Ia berhasil masuk dan bisa melihat Janu duduk di kursinya, tengah fokus menatap tepat ke arah Garin berada. Garin harus menelan ludah, coba menenangkan diri. Sejujurnya sudah cemas hanya karena ditatapi.

Berjalan sebentar, Garin sampai di samping Janu. Meletakkan kopinya ke meja sambil berkata, "Kopinya, Pak." Setelah itu membuka agenda kerja Janu. Mengingatkan hari ini ada rapat, selain itu ada janji dengan rekan bisnisnya.

"Apa janjinya bisa diundur lain hari?" tanya Janu.

Garin terdiam seketika, tidak biasanya Janu meminta pengunduran jadwal semendadak ini.

"Kenapa?" tanya Garin, "kalau mendadak begini gak enak sama pihak sana, Pak."

"Kepala saya agak pusing." Janu menatap lurus ke meja kerjanya, tampak melamun.

Garin menatapi bosnya, memperhatikan wajah yang sejujurnya tidak terlihat sedang sakit atau sebagainya. Janu terlihat sehat-sehat saja. Namun selain itu, sakit ringan biasanya tidak dijadikan alasan Janu untuk membatalkan janji. Mungkinkah lebih sakit daripada kelihatannya?

Garin menarik napasnya, coba mencari jalan lain.

"Atau biar ditemui Pak Liam saja? Kemarin Pak Liam bilang ...."

Garin tak melanjutkan begitu mendengar Janu berdecak tak setuju.

"Gak perlu," katanya. "Aku temuin sendiri aja."

Tercekat, Garin menatap laki-laki di sampingnya lebih waspada. Bertanya-tanya apakah Janu sadar atau tidak kalau baru saja bicara tidak formal padanya. Apakah Janu sengaja atau tidak saat melakukannya.

Garin terkesiap, menahan napas hingga pundaknya terangkat. Ia terkejut karena tiba-tiba Janu menoleh padanya.

"Rin, apa ada sesuatu ... yang pengen kamu omongin sama aku?" tanya Janu.

Garin menelan ludah. Kali ini tidak mungkin keliru, Janu sengaja tidak formal padanya maka ini artinya yang ditanyakan Janu bukan masalah pekerjaan, melainkan tentang mereka.

"Kenapa tiba-tiba Bapak ...."

"Janu!" Janu mengoreksi.

Garin masih mencoba bertahan, mencoba tetap tegak. Janu tiba-tiba bangkit dari kursinya dan Garin langsung saja mundur satu langkah untuk menjaga supaya tetap ada jarak di antara mereka. Janu berhenti, lalu menatap Garin dengan heran, sadar kalau Garin sengaja menghindar.

"Permisi, Pak. Saya baru ingat, tadi Pak Liam bilang dia butuh bantuan saya." Garin mundur beberapa langkah lagi. Undur diri tanpa menatap Janu, ia langsung berjalan menuju pintu. Bahkan pura-pura tidak dengar saat Janu memanggilnya.

Napas Garin terasa berat dan ia berdebar dengan cukup jelas. Pintu ruangan Janu telah tertutup, namun ia belum tenang. Ia cemas, takut seandainya Janu mengejar. Agak buru-buru Garin menuju pintu ruangan Liam. Bahkan tidak mengetuk dan langsung masuk tanpa sungkan.

Liam menatapnya, masih tampak bingung saat Garin berjalan ke arahnya lalu berhenti dan berdiri diam tepat di sampingnya. Liam mendongak pada Garin, menunggu wanita itu mengatakan keperluannya.

Namun Garin, bukannya menatap Liam justru gelisah menatap pintu ruangan. Knopnya bergerak dan cepat-cepat Garin memalingkan muka, kini akhirnya menatap ke arah Liam.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang