7. Nyonya Besar

66.1K 6.6K 730
                                    

Gaes. Di sini abis ujan gaes. Tidur enak kali ya.

____________

Sebelumnya di (bukan) Siapa-Siapa

"Apa kabar, Rin?" Mama Janu berbasa-basi.

"Baik, Bu," jawab Garin.

"Bohong. cuma pura-pura baik," timpal Liam.

Hampir saja Garin tersedak air liurnya sendiri. Terbelalak menatap Liam, yang kini tercenyum penuh arti kepadanya.

"Kenapa? Ada masalah?" Mama Janu menatap Garin.
___________

"Kenapa? Ada masalah?" Mama Janu menatap Garin.

Mati. Begitulah kira-kira suara hati Garin saat ini. Kalau Liam sampai mengatakan pada mama Janu tentang pengunduran diri itu, mama Janu pasti akan bertanya alasan pengunduran dirinya dan tidak akan percaya dengan alasan klise saja. Kalaupun percaya, beliau pasti akan berusaha membujuknya.

Liam akhirnya menjawab, "Tadi Liam lihat ...."

"P-Pak Liam," sela Garin dengan buru-buru, berusaha menghentikannya.

Liam menelengkan kepala, menatap ke arah Garin penuh tanya. Garin balas menatap pria itu, inginnya menyuruh Liam diam, tapi dengan adanya mama Janu di antara mereka, sepertinya percuma, bunuh diri juga namanya. Bagaimana mau memberitahu Liam yang tidak peka.

"Kamu ... mau saya merahasiakannya?" tanya Liam dengan polosnya.

Sungguh Garin tidak habis pikir dengan jawaban itu, tidak tahu harus bagaimana menanggapi pertanyaan bule satu ini. Mana mungkin mengiyakan atau mengelaknya tepat di depan mama Janu sekarang. Kata "rahasia" sudah Liam sebutkan, Garin bilang "iya" pun pasti akan membuat mama Janu bertanya "merahasiakan apa". Dan benar saja, tepat setelah itu mama Janu bertanya.

"Merahasiakan apa?" Nyonya Ranti menatap Garin penasaran dan curiga.

"I-itu ...." Garin kebingungan, kehabisan kata-kata. Haruskah benar-benar mengatakan pengunduran dirinya pada Nyonya Ranti, kemudian mengarang alasannya.

"Garin baru saja putus sama pacarnya," terang Liam tiba-tiba. "That's why, kabarnya gak baik-baik saja."

Garin kehabisan kata-kata. Antara terkejut dan lega melihat tingkah bule satu ini, tiba-tiba mencarikan alasan untuknya.

"Lhoh, sejak kapan kamu punya pacar, Rin?" tanya Nyonya Ranti justru terkejut dengan pernyataan tentang pacar itu.

Garin tersenyum dengan canggung. Memilih diam karena berbohong dengan spontan bukanlah keahliannya. Ia juga terlalu terkejut dengan alasan Liam yang tiba-tiba.

"Satu minggu yang lalu katanya," jawab Liam.

"Ooh, pantesan saya gak dengar beritanya."

"Saya, kan bukan artis, Bu. Kalau punya pacar juga, gak akan ada yang siarin di berita."

Nyonya Ranti tertawa pelan karenanya.

"Ya udah, gak usah sedih lagi, jangan terlalu dipikirin, Rin. Masih banyak cowok yang mau sama kamu. Dia sendiri yang rugi karena lepasin kamu," nasihat Nyonya Ranti.

Garin mengangguk saja menanggapinya. Mama Janu sempat tersenyum sebelum berlalu menuju ruangan anaknya.

Dengan senyum aneh, Liam bergeser lebih dekat pada Garin. Ia condongkan sedikit tubuhnya, lalu berbisik, "Kamu berhutang pada saya."

Garin mencebik walau sudah menduganya. Tidak mungkin Liam membantu dengan cuma-cuma. Yang sebelumnya karena mendengar ucapan terima kasih tanpa tahu alasannya saja pria itu sudah minta bayaran, apalagi yang sekarang.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang