Kuingin teriak, "Ya Alloooooh aku mumet Ya Allooh."
#plakk (╥﹏╥)
____________
Sebelumnya ...Walau memanggil Garin, namun tatapan Liam tak lepas dari Janu. Ia meraih tangan Garin dan berkata, "Ikut saya." Namun, tetap saja tatapan itu lurus mengarah pada sepupunya. Masih saja beradu pandang dengan Janu saat membawa Garin pergi bersamanya.
____________Liam dan Garin sudah di dalam lift saat Garin menarik paksa tangannya dari genggaman Liam. Tak mengatakan apa-apa walau Liam menatapnya penuh tanya. Keluar dari lift, Garin berjalan mengikuti Liam. Mereka masuk ke mobil, lalu Liam menjalankannya.
"Yang saya lihat tadi pagi adalah alasan kamu mengundurkan diri," gumam Liam memulai pembicaraan. "Apa maksudnya?" Liam menoleh ke arah wanita di sampingnya.
Garin berpaling, menatap ke arah luar. Tetap diam, tidak berminat untuk menjawab pertanyaan apa pun, apalagi dari Liam.
"Kamu sebaiknya menjawab saya kalau tidak mau saya mengatakan itu pada Aunty," kata Liam. Anehnya terdengar dingin, tidak seceria Liam yang biasanya.
Garin memijit pelipis, menoleh pada Liam dengan sedikit emosi.
"Kenapa Bapak katakan ke Bu Ranti soal surat pengunduran diri itu?" tanya Garin, tidak berbasa-basi.
Garin melihat Liam, baru sadar ada raut serius yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Bahkan rasanya menakutkan saat Liam balas menatapnya.
"Kenapa? Bukannya kamu sangat ingin berhenti?" Liam kembali serius mengemudi. "Saya hanya membantu kamu melakukannya."
"Kenapa Bapak pikir mengatakannya pada Bu Ranti bisa membantu? Bapak tahu sendiri ...."
"Karena kamu bilang, alasan kamu berhenti adalah apa yang saya lihat tadi pagi," sela Liam.
Garin sampai menahan napas ketika Liam melirik ke arahnya.
"Kalau saya ceritakan apa yang saya lihat tadi pagi kepada Aunty, menurut kamu apa yang akan terjadi?" tanya Liam selanjutnya.
Dada Garin berdebar lebih kencang saat itu juga, cemas seketika membayangkannya.
"Tidak perlu terlalu cemas. Kamu akan baik-baik saja," gumam Liam. Laki-laki itu memberikan senyuman, justru terlihat lebih menakutkan dari sebelumnya. "Mungkin Janu yang akan menanggung semuanya, lalu kamu bisa pergi hari ini juga." Liam menambahi.
Garin menelan ludah dengan sadar. Tidak peduli siapa yang akan menanggungnya, tetap saja ia cemas memikirkan respon mama Janu jika mengetahui ia tidur dengan anaknya.
"Apa mau kamu sebenarnya?" tanya Garin, terdengar seperti menyerah, mengaku kalah.
"Mau apa?" Liam tersenyum sengit. "Saya setuju dengan kalimat kamu sebelumnya. Saya tidak berhak untuk meminta sesuatu."
"Saya menanyakan tujuan Bapak." Garin mengoreksi, "apa tujuan Bapak melakukan ini?"
Mobil berhenti di lampu merah. Garin rasa ia ketakutan saat Liam menoleh padanya. AC mobil tiba-tiba terasa lebih dingin, dan entah perasaan Garin saja atau hari ini tidak secerah kelihatannya. Garin eratkan gigi untuk menguatkan hati.
"I just want to help," kata Liam dengan suara yang begitu dalam. "Saya tahu sesuatu dan kesal melihat kamu menanggung semuanya sendirian."
Garin mengerjap samar, menelan ludah dengan alot. Napasnya terus tertahan selama Liam masih menatapnya. Ketegangan itu berakhir saat mobil kembali melaju dan Liam menatapi jalanan.
Garin kemudian diam. Memikirkan kata-kata Liam lebih dalam. Tidak ingin melihatnya menanggung sendirian, itulah kenapa tadi Liam bilang Janu yang akan menanggung semuanya. Apa yang akan terjadi sebenarnya jika Nyonya Ranti tahu tentang hubungan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filthy Secret
RomanceMenjadi simpanan, menjadi selingkuhan, mungkin terlalu muluk-muluk bagi Garin. Ia mencintai sang atasan, namun dianggap tak lebih dari pemuas nafsu yang dibayar setelah digunakan. Digunakan sebagai pelampiasan karena tak ingin menodai tunangannya. "...