Hai. Masalah yang di ig belum selesai sebenernya, tapi tetap harus up karena micinners itu ngerihhhh 🤣🤣. Kalo ngelabrak orang, ngerihhh. Wkwkwk.
Tapi benaran, aku sayang bgt♥️♥️. Happy reading
____________________________
Garin melamun menatapi lalu lintas jalan di luar toko. Beberapa mobil melewati lampu jalanan yang remang dan tampak begitu menenangkan untuk dipandang. Di kepala Garin terputar berulang-ulang pertemuan singkatnya dengan Janu tadi siang. Mata yang menatapnya, tubuh yang membeku di hadapannya, dan bibir yang kelu tidak mampu untuk sekadar menyapa.
Garin menarik napas panjang, merasakan lelahnya telah berdebar seharian hanya karena kejadian tadi siang. Pesan yang Liam kirimkan setelah ia pergi membuat dunia Garin jungkir balik. Apa maksud pesan Liam tadi? Dia dan Janu sama-sama lajang? Jadi, Gina kemarin tidak menikah dengan Janu? Garin ingin bertanya untuk menghindari salah paham, tapi ia sedang enggan berbicara pada Liam. Ia masih akan marah dan mendiamkan bule gondrong itu selama beberapa hari ke depan.
Seorang pria mendorong pintu dan menarik perhatian Garin. Garin terdiam melihat pria yang baru saja menutup pintu kaca tanpa mengalihkan mata darinya. Janu tampak gugup, menatap Garin hanya sekilas, lalu berpaling dengan sengaja. Laki-laki itu mengambil nampan, lalu berjalan ke rak tengah. Garin menarik napas dan kembali menatap jalanan di luar, berusaha mengendalikan dirinya agar tidak menatap Janu. Janu mungkin hanya ingin membeli beberapa roti, dan tentu saja hal itu bukan urusan Garin. Terserah saja kalau Janu menginginkan roti.
Keheningan di antara mereka rasanya begitu menegangkan. Mereka hanya berdua di sini dan Garin bisa mendengar tiap langkah kaki. Suara plastik pembungkus dari roti yang diambil Janu saja terdengar begitu nyaring. Garin berharap seseorang segera tiba untuk menjadi penengah di antara mereka. Garin harap mereka tidak harus berdua saja saat Janu selesai memilih dan membawa nampannya ke kasir nanti.
Tak berapa lama kemudian harapan Garin dikabulkan Author. Garin menegakkan duduknya dan memasang senyuman, mengenali seorang pelanggan yang sedang berjalan menghampiri pintu. Wanita paruh baya itu masuk dan langsung tersenyum ramah langsung menghampiri meja kasir.
"Mau ambil pesanan, Rin." Wanita itu mengutarakan keperluannya.
"Iya, Bu." Garin mengangguk, lalu menarik dua tas karton besar yang sore tadi sudah Lita siapkan. "Apa mau saya bawakan sampai mobil?" tawar Garin.
"Gak usah, Rin, gak apa-apa." Wanita itu mengayunkan tangan untuk menolak, setelah itu sibuk membuka dompet dan menghitung uang. Tak lama kemudian beliau menyodorkan beberapa lembar uang seraya bertanya, "Kamu satu minggu ini sif siang, Rin?"
Garin mengangguk dan menerima uang pembayaran. "Iya, Bu," jawabnya. Kemudian Garin sibuk menghitung uang dan satu kali mengecek monitor komputer kasir.
"Pagi sampai siang ada waktu dong berarti," simpul pelanggan wanita itu. "Jadi, kapan mau ketemu sama anak saya?" tanya wanita itu selanjutnya.
Garin tersenyum dengan canggung di selanya menghitung kembalian.
"Anak saya baik, Rin, gak neko-neko, kamu gak usah khawatir." Wanita itu menambahkan.
Garin mengangguk saja untuk menanggapinya. Seseorang berdehem, cukup keras untuk menyela pembicaraan mereka. Garin dan pelanggannya menoleh pada Janu, tapi Janu bahkan tidak sedang menatap mereka. Laki-laki itu tengah sibuk memindahkan roti-roti dari rak ke nampannya.
Pelanggan wanita itu tidak terlalu mempermasalahkan dan kembali menatap Garin, sedangkan Garin perlahan menarik perhatiannya kembali pada mesin kasir, berusaha tidak mencurigai sikap Janu yang memang sedikit aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filthy Secret
RomanceMenjadi simpanan, menjadi selingkuhan, mungkin terlalu muluk-muluk bagi Garin. Ia mencintai sang atasan, namun dianggap tak lebih dari pemuas nafsu yang dibayar setelah digunakan. Digunakan sebagai pelampiasan karena tak ingin menodai tunangannya. "...