30

19.1K 2.3K 170
                                    

Rajin sekali Micin ini kelihatannya. #plakk

____________
Sebelumnya …

Janu tertampar kenyataan. Akhirnya tahu kenapa Garin tetap pergi hari itu, kenapa Garin tetap meninggalkannya malam itu. Apa yang telah ia berikan dan apa yang berhak Garin dapatkan, perbedaannya terlalu besar.

"Poor Garin," kata Liam.
________

"Lo gak dengar?" Lita menyadarkan Janu dari lamunannya.

Janu menoleh pada Lita, agak terkejut hingga tampak seperti kebingungan.

"Gue tanya, kenapa kalian putus, padahal udah lama banget pacarannya?" Lita mengulangi pertanyaannya.

"Gue yang salah," jawab Janu sambil lalu, mengambil satu roti dan menaruhnya di nampan. "Gue egois dan kurang menghargai dia. Setelah dia pergi, baru gue sadar dan merasa kehilangan." Janu menoleh pada Lita lalu tersenyum masam.

Lita mengerutkan hidung dan tersenyum pahit, turut berduka untuk Janu yang tampak menyesal.

"Jadi, apa sekarang lo udah berubah?" tanya Lita.

Janu mengangguk dan kembali menatap roti-roti. "Gue berusaha semaksimal mungkin."

"Lo mungkin akan perlakuin dia sama kayak sebelumnya kalau bisa dapatin dia lagi," tuduh Lita.

Lita agak terkesan melihat Janu menjawabnya dengan gelengan santai saja. Tidak berusaha meyakinkan Lita atau semacamnya, tetapi hal itu justru menunjukkan kalau tekad itu bukan baru sehari dua hari ada di dadanya hingga Janu tidak gentar atau khawatir saat ada seseorang meragukannya.

"Dia harus diperlakukan dengan lebih baik," jawab Janu lirih. "Gue tahu memenangkan hatinya lagi akan sulit, tapi gue gak bisa lepasin dia gitu aja. Gue gak mau lihat dia berakhir sama cowok lain."

"Itu masih terhitung egois, ya?" komentar Lita, mengingatkan Janu.

Janu kembali menoleh pada Lita, lalu tersenyum. "Sorry, tapi yang satu itu memang gak bisa dikompromi," jawabnya.

Lita mencebik lalu mengangguk paham. Dia tidak bertanya lagi, membiarkan Janu memilih roti-roti. Namun, sesaat kemudian justru Janu yang berhenti dan menoleh padanya lagi.

"Apa Garin dekat sama seseorang belakangan ini?"

Lita memikirkannya sejenak, lalu menggeleng. "Ada pelanggan yang pengin jodohin Garin sama anaknya, tapi kelihatannya Garin gak tertarik."

"Bu Wiwi?" tebak Janu.

"Lo tahu?" syok Lita, serius terkejut.

"Gue ketemu dia di sini beberapa hari yang lalu," terang Janu. "Apa ada yang lain selain Bu Wiwi?"

Lita masih sedikit tercengang sebelum bisa menjawab lagi. Ia memikirkannya sejenak dan menggeleng.

"Jarang ada pembeli cowok di sini, cuma si bule yang sering kelihatan," terang Lita.

Janu mengangguk dan tampak cukup lega. Liam tidak akan pernah masuk dalam hitungannya. Ia mengambil beberapa roti lagi sebelum kemudian membawanya ke kasir.

"Apa lo benaran serius soal Garin?" Lita memasukkan roti-roti Janu dalam tas karton.

Janu diam menatap Lita saja, tidak menjawab karena yakin Lita sudah cukup paham dengan keseriusannya.

"Gue rasa, lo harus bertindak lebih cepat," kata Lita tanpa menatap Janu. "Waktu minta pekerjaan ini, Garin bilang ini cuma sementara. Dia bilang cuma butuh tiga bulan sebelum pergi—"

"Pergi ke mana?" sela Janu secepat yang dia bisa.

Lita mengangkat muka untuk menatap Janu, menggeleng dan tersenyum penuh rasa sesal karena tidak tahu jawabannya.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang