10. Di mana?

70.4K 6.6K 1.3K
                                    

Kangen kaliaaaaaaaaan 😭

Aku ke mana aja sih, astagah...
(Astaga malah nanya)

Happy Reading 🥺🥺 sayang kelen 😘
__________

Sebelumnya di cerita CEO napsuan wattpad ...

Belum juga melangkah, baru ia ingin bergerak, ada tangan menahan kedua pundaknya supaya tidak bisa lari. Selanjutnya tangan itu terulur, menapak pada mesin fotocopy, memagari Garin di samping kanan juga kiri. Garin terkurung di sini.

Garin bisa merasakan wajah Janu mendekat. Ia harus menahan napas merasakan embusan napas Janu menerpa lehernya, merambat ke pipi.

"P-pak?"

"Sst!" desis Janu, "it's me," bisiknya, "Janu."
________________

"J-Janu, kenapa ...."

Garin tidak melanjutkan, terdiam seketika merasakan rabaan ringan hidung Janu mengikuti garis lehernya. Bibir Garin dingin dan wajahnya pasti terlihat pucat. Ia merinding ketika mendapatkan satu kecupan yang begitu dalam ditanamkan Janu di lehernya.

Janu kian dekat hingga bisa Garin rasa jelas ketegangan yang menekannya dari belakang. Janu memberikan kecupan lain hingga Garin harus membekap mulutnya sendiri agar tak ada desahan.

Namun, Janu tak setuju. Walau masih sibuk mencumbu, ia tarik turun tangan Garin agak tak membekap mulut itu.

"Aku suka suaranya," bisik Janu, memberikan penjelasan.

Janu melanjutkan kecupan lainnya. Garin terpejam erat, menahan desir yang merasuk kian kuat. Tubuh Janu begitu intim seolah ingin menelanjanginya saat itu juga. Sinyalnya begitu jelas, sedangkan Garin sadar betul mereka tidak sedang di kamar ataupun apartemen Janu. Bahkan tidak juga di ruangan Janu. Mereka masih ada di ruang fotocopy. Ruang yang cukup umum untuk didatangi, dan siapa pun pasti akan syok mendapati pemandangan ini.

"S-stop, Jan!" kata Garin dengan susah payah.

Janu benar-benar berhenti walau Garin baru memintanya sekali. Sedikit mengherankan, namun Garin tak ingin bertanya. Ia menarik napas dan coba menetralkan detak jantungnya.

Akan tetapi, semuanya tak bertahan lama. Memang belum saatnya bernapas lega. Garin harus cemas lagi kala Janu memutar tubuhnya hingga kini mereka berhadapan dengan sempurna. Perlahan laki-laki itu menunduk, coba menyejajarkan wajah mereka.

Garin menahan pundak bosnya, menyadari jarak di antara mereka semakin berkurang saja. Ketegangan Janu kembali menekan perutnya dan laki-laki itu masih terus mendekat. Garin balas menatap mata berkabut gairah itu dengan cemas luar biasa. Kian dekat saja hingga bersentuhan bibir mereka. Hanya bersentuhan dan Janu kembali menjauh.

Begitu lembut, perlahan, penuh godaan, begitulah sentuhan Janu saat ini. Begitu sabar tidak buru-buru, justru membuat adrenalin Garin lebih terpacu. Tidak langsung mencium, Janu hanya membuat bibir mereka bertemu lalu menjauh. Kembali wajah itu mendekat dan mempertemukan bibir mereka, lebih dari sebelumnya, kali ini tidak hanya bertemu, Janu memberikan kecupan ringan juga. Namun, setelah satu kecupan ringan, ia kembali menjauh.

Garin merasa pening mendapati gairahnya dipermainkan. Kadang ia bertanya-tanya, apakah memang semua laki-laki selihai Janu mempermainkan nafsu dalam diri seorang wanita. Apa hal itu sudah naluri seorang pria, sebab Janu bilang ia wanita pertama baginya.

Janu menekan diri kian lekat, sedangkan Garin balas menatapnya dan berpegang erat. Lagi, ia menahan dada Janu saat laki-laki itu mendekatkan wajah.

"Janu, kita lagi di kantor," lirih Garin mengingatkan.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang