17. I Definitely Will

76.7K 7K 929
                                    

Demi apa Lina double up 😂

Happy Reading ♥️
__________
Sebelumnya ...

Liam berbalik dan mulai berjalan. Dengan berlari kecil, Garin berusaha mengejar. Langkah lebar laki-laki blasteran dengan tinggi 180 cm lebih itu jelas bukan suatu hal yang mudah untuk diimbangi.
___________

"Kamu hanya harus diam. Dan biarkan saya yang bicara dengan Aunty. Tetap diam, jangan menjawab saat Aunty bertanya. Paham?"

Garin tak menjawabnya. Ia hanya menatap laki-laki itu tanpa tahu harus percaya atau bagaimana. Tidak yakin apakah harus menuruti perintah Liam begitu saja atau ...

"Apa yang mau Bapak lakukan?" Garin mengikuti Liam masuk ke dalam lift.

"Membantu kamu," jawab Liam singkat.

"Caranya?"

Liam menatap Garin lebih lama, sedangkan Garin tetap tak paham, ia hanya bertanya, tapi Liam menatapnya seolah pertanyaan itu hal yang salah.

Lift berhenti, Liam melangkah keluar lebih dulu. Langsung menuju meja seorang wanita seumuran Garin, yang segera berdiri untuk menyambut mereka.

"Mbak Garin, lama gak ketemu, apa kabar?" tanyanya.

Garin tersenyum saja menjawabnya. Mereka saling kenal dan memang pernah cukup dekat karena Garinlah yang dulu mengajari wanita itu tentang pekerjaannya.

"Aunty ada?" tanya Liam, menyela.

Wanita itu mengangguk dan segera keluar dari mejanya.

"Ibu sudah menunggu," katanya.

Wanita itu mengetuk lalu membukakan pintu. Liam dan Garin masuk, langsung bisa melihat Nyonya Ranti keluar dari mejanya, berjalan ke arah mereka. Ia memberi isyarat supaya asistennya keluar menutup pintu, lalu ia duduk di sofa. Mempersilakan Liam dan Garin duduk bersamanya juga.

Liam menyodorkan amplop berisi surat pengunduran diri Garin kepada tantenya sebelum duduk.

Garin berdebar cemas menunggu Nyonya Ranti membuka amplop itu dan membaca kertas di dalamnya. Tak berapa lama, kertas dan amplop itu diletakkan ke meja, lalu pandangannya tepat mengarah pada Garin. Ia tersenyum, lalu bangkit. Berjalan sebentar, ia kemudian duduk tepat di samping Garin. Mengambil telapak tangan Garin dan memangkunya.

"Kenapa? Ada masalah apa?" tanya Nyonya Ranti dengan lembut.

Garin menatap ke arah Liam dengan ragu. Liam balas menatapnya saja tanpa mengatakan apa-apa. Diam adalah apa yang Liam perintahkan. Sangat mudah dan Garin akui itu sangat membantu. Ia bisa tetap diam tanpa perlu mengiyakan atau menolak apa pun.

"Liam tahu sesuatu?" tanya Nyonya Ranti. Menebak begitu karena Garin menatap Liam setelah ditanyai.

Liam tersenyum masam dengan sengaja.

"Sepertinya gara-gara yang kemarin itu, Aunty," jawab Liam.

Bukan hanya Nyonya Ranti yang berkerut alis tanda bingung dan penasaran, Garin pun sama.

"Yang mana?"

"Kemarin waktu terakhir Aunty datang ke sana," kata Liam, "waktu Aunty marahin Janu gara-gara makan siang."

Nyonya Ranti diam memikirkannya. Garin juga memikirkannya, memikirkan bagaimana Liam mengaitkannya, Liam mengarang cerita dengan lancar seperti biasanya. Pantas saja laki-laki itu memintanya diam saja.

"Kenapa? Janu marahin Garin gara-gara itu?" tanya Nyonya Ranti.

"Gak marah-marah sama Garin langsung sih, Aunty, tapi sikapnya ...." Liam sengaja menggantungkan.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang