6.

69.5K 6.6K 449
                                    

Hai Masyarakat Mesoom
________

Sebelumnya di cerita ini...

Liam meminta Garin untuk makan siang bersamanya, sebagai tanda terima kasih atas apa yang dilakukan Liam, yang padahal Liam sendiri sebenarnya tidak tahu, apa.

___________

Liam diam, bermuka masam menatapi wanita, yang sedang makan di hadapannya tanpa rasa berdosa. Ialah Garin, yang makan sambil menahan geli. Walau tahu Liam kesal karena ulahnya, namun memang Garin tak pantas disalahkan untuk ini.
 
"Kenapa Bapak gak makan? Bapak bilang, mau makan sama saya," tanya Garin, lebih terdengar seperti ejekan sebenarnya.

Liam menghela napas, akhirnya pasrah. Laki-laki itu meraih sendoknya dan mulai makan. Memang benar mereka makan bersama, namun kini Liam mengerti kenapa secepat itu Garin mengiyakan ajakannya tadi pagi. Pantas saja Garin tidak perlu berpikir dua kali, itu karena mereka makan di kafetaria kantor bersama karyawan lainnya. Tidak spesial sama sekali.

"Ini curang," dengus Liam menatap kesal ke arah Garin sambil menyendok makanan. "Saya merasa ditipu," tambahnya.

Garin tak menanggapi, sambil menahan tawa ia lanjutkan makan, pura-pura tak mendengar kekecewaan Liam.

"Next time saya yang tentukan tempatnya. Gak akan saya biarin kamu yang pilih tempat," putus Liam.

"Saya tidak bilang kalau ada 'next time', Pak Liam," jawab Garin tersenyum tipis.

"Next time-nya, kamu saya seret," jawab Liam terlihat serius.

Amat serius namun Garin hampir saja tersedak gara-gara tertawa keras. Tertawa mendengar Liam mengucapkan kata "seret" dengan pelafalan yang salah.

"Kalau seret ya minum dulu, Pak?" kata Garin di sela tawanya.

Liam tidak paham sama sekali. Menatap Garin dengan keheranan. Bingung apa hubungannya menyeret Garin dengan minum dulu.

"Apa maksudnya? Kenapa harus minum dulu?" tanya Liam.

Garin tertawa lagi, berusaha untuk berhenti. Ia letakkan sendoknya lalu menutupi wajahnya yang mulai memerah.

"Astaga, seret dia bilang," keluh Garin mengulang apa yang ia tertawakan.

"Kenapa ketawa? Apanya yang lucu?" Liam berkerut alis.

Garin menggeleng sambil mengibaskan tangan. Tawanya berangsur reda, lalu memutuskan untuk kembali makan.

"Kenapa Janu gak datang?" gumam Liam sambil menatapi pintu masuk.

Garin mengangkat muka. Mendapati Liam melihat pintu masuk, ia jadi menoleh ikut menatap ke arah yang sama. Tidak ada Janu di sana, sesuai kata Liam.

"Bapak nungguin Pak Janu?" tanya Garin kembali menatap Liam.

Liam mengangguk.

"Iya, apa dia gak makan?" tanya Liam.

"Ooh, Pak Janu gak makan di sini. Tadi keluar sama tunangannya."

"Gina?" Liam memastikan.

Garin mengangguk saja, lalu kembali makan. Tiba-tiba malas saja membahas lebih jauh. Mungkin cemburu, sedangkan ia sadar bahwa ia tidak berhak untuk merasa begitu.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang