5. Wibawa (2)

70.9K 6.3K 682
                                    

Seancur-ancurnya tulisanmu, tak menjadi alasan untuk melakukan plagiat.

Happy reading ♥️
___________

Sebelumnya di ... sini-sini aja.

"Saya akan kembali ke meja saya, Pak Liam. Permisi."

Garin tak menunggu jawaban, langsung undur diri. Senyumnya masih tersisa saat sampai di luar dan menutup pintu. Saat berbalik dan mendapati Janu keluar dari ruangannya. Senyumnya redup seketika, mendapati Janu berhenti di ambang pintu sambil menatapnya.
________

"Bapak butuh sesuatu?" tanya Garin pada akhirnya.

Janu mengerjap seolah baru saja mendapatkan kesadarannya setelah hilang entah ke mana.

"Ya, tolong mintakan surat penawaran ke ruangannya Pak Hasan," jawab Janu.

"Baik, Pak." Garin mengangguk hormat.

Janu masih diam di tempatnya saat Garin beranjak pergi.

Garin baru berjalan sebentar, belum sampai pada ruangan yang ia tuju, sudah bertemu orang yang ia cari.

"Pak Hasan ...."

"Ini yang Janu minta, Rin," sela Pak Hasan menyodorkan map folder warna merah. Tampaknya memang sudah tahu tujuan Garin.

Garin menerimanya, mengucapkan terima kasih sebelum kembali. Janu sudah tak lagi di ambang pintu saat Garin sampai, mungkin sudah kembali ke mejanya. Garin mengetuk sebelum membuka pintu ruangan Janu. Begitu masuk, Garin dapati Janu memang ada di mejanya, menatap Garin sekilas sebelum kembali pada pekerjaannya. Tiba-tiba saja perasaan Garin tidak tenang, ingat apa yang terjadi kemarin. Takut kejadian itu akan terulang hari ini.

Sambil berjalan Garin perhatikan bosnya yang tengah sibuk bekerja. Mata cokelat terpantul cahaya layar laptop itu biasanya punya tatapan yang ramah. Namun, sebuah kerutan kecil di antara alis itu menampakkan tak hanya keseriusan, tapi juga suasana hati yang buruk. Bibir yang tipis di bagian atas dan tebal di bagian bawah itu juga menampakkan bahwa ada sesuatu yang Janu tahan, rahang yang tampak keras itu menambah keyakinan Garin akan dugaannya.

Akan tetapi, mau bagaimanapun juga wajah itu memang tampan dan mempesona. Memancarkan aura lembut dan tegas secara bersamaan. Potongan rambut under cut dengan bagian atas ditata hingga tidak menutupi dahi itu menunjukkan penampilan rapi tanpa menghilangkan kesan muda dan segar.

Garin menarik napas dan mengalihkan mata lancangnya. Berhenti memperhatikan wajah tampan atasannya. Ia telah sampai di samping Janu, mengulurkan map itu ke meja.

"Surat penawaran yang Bapak minta," terang Garin.

Garin terdiam, seketika menahan napasnya. Janu memegang pergelangannya, lalu mengambil map itu darinya. Anehnya adalah tidak melepaskan Garin walau map telah Janu ambil darinya. Janu membuka map folder itu dan memperhatikan isinya. Garin masih tidak paham, apa mau Janu dengan menahan tangannya begini.

"P-pak," lirih Garin, coba menarik tengannya.

"Janu," sahut Janu mengoreksi.

Garin hampir tersedak liurnya sendiri. "Jangan lagi," batinnya.

"Tadi malam pulang jam berapa?" tanya Janu tanpa mengalihkan fokus dari berkas di hadapannya.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang