11. Ketahuan (2)

76.2K 6.6K 718
                                    

Udah termasuk rekor lho ini, 4 hari udh up lagi 😂. Tau sendiri biasanya ampe 14 hari 🤣. #plakk

Happy Reading ❤️
_____
Sebelumnya ...

"Are you claustrophile or something?"

Tepat setelah membaca pesan itu, pintu lemari digeser. Garin menoleh, terkejut luar biasa.

Janu justru keheranan mendapati Garin begitu terkejut saat melihat dirinya. Kemudian pandangan Janu jadi tertuju pada ponsel di tangan Garin yang masih menyala.

"Gina udah pulang?" tanya Garin, memastikan.

Janu mengangguk, lalu mundur beberapa langkah, memberi jalan pada Garin untuk keluar.

"Aku minta kamu nikmati waktunya seperti biasa," gumam Garin melangkah keluar. "Gina kelihatannya lagi butuh kamu."

"Bukan aku gak mau nemenin dia, tapi aku gak bohong," gumam Janu, "kepalaku emang agak pusing, dari pagi." Janu berjalan menuju dapurnya.

Garin jadi merasa bersalah kali ini. Jika benar Janu pusing dari pagi, bahkan sampai saat ini, ia merasa bersalah sebab tadi pagi tak mempercayainya. Janu terlihat sehat-sehat saja dan ia pikir pusing hanya alasan. Rupanya ia sudah salah.

"Tadi pagi aku udah bilang sama kamu, kan?" Janu berhenti di depan kulkas, lalu menoleh pada Garin.

Garin balas menatapnya. Sedikit terkejut mendengar itu setelah kesalahan Janu sebelumnya. Namun, mungkin saat Gina menyanggah tadi, memang Janu langsung menyadarinya.

Janu tersenyum, lalu membuka kulkasnya. Garin menatapi laki-laki itu menenggak minumannya.

"Kamu sudah minum obat?" tanya Garin.

Janu menurunkan botolnya, menghela napas, lalu menggeleng saja.

"Gak mau minum obat? Cuma butuh istirahat?" tebak Garin.

Janu tertawa pelan dan menganggukinya.

"Kalau gitu, sebaiknya aku juga pulang, supaya kamu bisa istirahat."

Janu kembali tersenyum, kali ini menggeleng.

"Kalo kamu pulang, mungkin besok kepalaku lebih sakit lagi." Janu berjalan menghampiri Garin.

"Kok gitu?" heran Garin.

Janu tak menjawabnya. Senyumnya masam, ia merangkul pinggang Garin dan semakin dekat saja.

"Janu." Garin menahan Janu agar tidak lebih dekat padanya.

Janu menyahut dengan "hm", namun tetap mendekatkan wajah ke leher wanita di hadapannya.

"Jan." Garin menghindar juga kali ini.

Lagi-lagi Janu menjawabnya dengan "hm" saja, bersikeras mendekat, menyapa Garin dengan kecupannya.

"Janu, stop! Dengerin aku dulu!" Garin dorong Janu dengan sedikit memaksa hingga kecupan Janu tidak sampai pada tempat seharusnya.

Janu tampak tak suka saat Garin menghentikannya. Ia kini menatap Garin penuh tanya.

"Sebenarnya, aku ke sini karena ada yang mau aku omongin sama kamu."

"Oke, kita omongin setelah ini," sahut Janu langsung mendekat lagi. Terlihat jelas bawa laki-laki itu sudah tak kuasa menahan diri.

Garin bersikeras juga. Meronta dan mendorong Janu menjauh.

"Gak. Aku mau ngomong dulu." Garin bersikeras.

"Gak. Aku mau ini dulu." Janu bersikeras juga. Menarik wajah Garin dan mencium bibirnya. Maka, sudah jelas siapa pemenangnya. Meronta pun sudah pasti menang kekuatan siapa. Janu saja sudah lebih kuat, apa lagi jika didorong dengan berahinya.

Filthy SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang