[Song : Matthew Mole - Running After You]
***
Tangan Jungkook terangkat otomatis untuk menyeka peluh di sekitar wajah Jihwan dengan menggunakan tisu. Napas wanita itu tampak berat dan diselimuti rasa sakit, bahkan terkadang harus bernapas melalui celah mulut. Jungkook meraih satu tangan istrinya itu untuk digenggam kemudian mengecup jari-jemarinya dengan penuh kasih. Tatapannya tertuju lekat pada satu sosok yang tercinta dan kadang meremas tangan wanita itu untuk menyalurkan kekuatan.
"Jungkook?" panggil suara itu lemah.
"Ya, Sayang?"
Jihwan menelan ludahnya sambil menyingkap kelopak mata. Tatapannya sayu, namun juga hangat. "Mama di mana?"
"Ingin bicara dengan mama? Sepertinya di luar. Mereka masih menunggu." Jihwan menggeleng sambil membalas remasan tangan sang suami.
"Kau tidak istirahat? Aku tidak apa-apa. Kau kelihatan lelah sekali." Jihwan berujar pelan, nyaris seperti kehilangan daya di sekujur tubuhnya. Jungkook merunduk hingga pada akhirnya menempatkan kepala di sisi Jihwan. Sejujurnya ia juga merasa lelah luar biasa karena semalam belum sempat memejamkan mata. "Tidurlah sebentar." Di saat-saat seperti itu istrinya masih mampu mematri senyum guna menenangkan. Jungkook balas menenangkan lewat senyum manisnya.
"Sakit sekali ya?"
Satu tarikan napas panjang dari wanita itu berhasil mewakilkan jawaban yang Jungkook butuhkan. Tangan kanannya pun terulur dan memberi usapan pada pelipis Jihwan. "Ini kejam. Yang mau melahirkan istriku, tapi jantungku seperti mau copot dari tempatnya." Jihwan ingin tertawa, tapi rasanya tidak sanggup. Ia tahu tawa itu akan mengundang rasa nyeri sehingga dirinya lebih memilih tersenyum kecil.
"Aku mau kau tidur sekarang. Kau butuh istirahat, Tuan." Jungkook mengangguk dan pada akhirnya memejam saat merasakan tangan Jihwan mengusap-usap puncak kepalanya.
Pukul tujuh pagi Jungkook terjaga lagi dan membantu Jihwan minum. Mama ada di samping putrinya selama satu jam lebih, menemani, mendengar keluh kesah, mengasihi. Jungkook sarapan di ruangan itu setelah menahan lapar sejak malam tadi. Hanya roti lapis, tapi rasanya nikmat sekali karena rasa lapar. Setelah sarapan Jungkook mendatangi Jihwan lagi dan menggantikan mama. Tangannya membelai Jihwan yang sedang mengatur napas. Tarik, embus. Begitu terus⸺bertarung di antara sesak sambil menenangkan diri.
Jungkook memberikan Jihwan kecupan di pipi tanpa lupa melontarkan kata-kata penyemangat.
"Kau oke?"
"Aku lelah," bisik Jihwan sambil terkekeh pelan. Suara tawanya layu, berusaha menyimpan seluruh energinya untuk nanti. Jihwan menarik napas lalu meyemburkannya lagi melalui mulut diselimuti perasaan takut sekaligus antusias. Di sisinya Jungkook sesekali memejam karena masih mengantuk juga gelisah, berujar parau sambil mengudarakan beberapa lelucon untuk mencairkan ketegangan di antara mereka. Setiap kontraksi yang terjadi bagai pukulan godam pada tulang rusuk yang membuat Jihwan harus berulang kali mengerutkan kening sambil memejam mata, mengeluh, merintih, mengerang kesakitan. Tangannya meremas jari-jemari Jungkook erat, menyalurkan penderitaannya yang tanpa henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jeon
FanfictionKita bersahabat, sudah seperti saudara malahan, katanya demikian. Shin Jihwan selalu mengatakan hal itu pada Jeon Jungkook. Seolah-olah, ia sedang berusaha membangun tembok di antara mereka supaya suatu saat tidak saling menaruh rasa. Meski begitu...