[Song : Aimer, Yurisa Cover - Kataomoi]
***
Jihwan menghela napasnya sejenak setelah berhasil sampai di kamar dan berbaring nyaman di atas ranjang. Memejam cukup lama, Jihwan kembali teringat kata-kata Jungkook yang sempat mengungkit masa lalu mereka. Topik itu tidak seharusnya diangkat lagi sehingga membuatnya jadi teringat, terbayang-bayang, kemudian merasa sedih sendiri.
Ciuman pertama, ya?
Mungkin tidak semua orang bisa mendapatkan ciuman pertama yang berkesan indah di masa mudanya. Jihwan adalah salah satu orang yang tidak menyukai kesan ciuman pertamanya pada masa itu. Sebab ciumannya jelas salah sasaran, meski ciuman itu pula yang berhasil membuat jantungnya berdebar kencang untuk pertama kalinya⸺Jihwan sama sekali tidak menduga bahwa ia harus mengikhlaskan bibirnya dikecup lembut karena sebuah kecelakaan.
Jihwan lekas memiringkan badannya di atas ranjang sambil mengerjapkan mata. Sesaat kemudian, gadis itu memegangi pucuk bibirnya sambil mengingat rasa hangat yang pernah menghampirinya tepat di sana. Jihwan dapat merasakan jantungnya berdebar lagi dan lagi.
Tatapan mata tajam itu melintas di kepalanya, bahkan cengkeraman tangan pada bahunya yang ringkih masih dapat diingatnya, seolah-olah insiden tersebut selalu terjadi secara nyata tiap kali ingatannya kembali. Kontan membuat Jihwan menarik napas dalam-dalam sambil memejam rapat detik itu kemudian melontarkan satu nama paling indah yang sepertinya tidak akan pernah bisa ia lupakan.
"Jeon⸺Jungkook," bisiknya.
"Aku tidak bermaksud melakukan tindakan tidak senonoh padamu, demi Tuhan!"
Detik berikutnya, Jihwan tertawa tipis sambil meremas seprai agak jengkel.
"Ciuman pertamaku. Berengsek!"
"Yak! Aku tidak sengaja! Hwanie⸺aw!"
Kini pipinya telah memerah berkat teringat insiden memalukan itu. Jihwan tidak tinggal diam setelah ciuman pertamanya dicuri, tepatnya di hari kelulusan SMA ketika mereka sedang menyaksikan kelopak-kelopak sakura berjatuhan di sepanjang jalan menuju sekolah.
"Kenapa harus kau, bajingan tengik!"
Di bawah guyuran hebat kelopak bunga sakura, Jeon Jungkook berlari kencang bersama ransel di punggungnya, menghindari Jihwan yang menyusul dengan bantuan sepeda yang ia naiki. Jungkook sempat tertawa beberapa kali di sela-sela pelariannya, menoleh untuk melihat pergerakan Jihwan kemudian berbalik sesaat hanya untuk menunjukkan wajah konyol guna mengejek.
Lelaki itu tak benar-benar ingin melarikan diri dari Jihwan, sebab ia tahu, Jihwan tidak begitu bersahabat dengan sepeda miliknya. Berkat sepeda itu pula Jihwan hampir mengalami kecelakaan dan mungkin akan mendapat luka mengenaskan. Beruntungnya, Jihwan mengalami kecelakaan lain yang sebenarnya bisa berdampak lebih besar lagi di masa depan. Ya, ciuman pertama itu bahkan selalu terkenang hingga sekarang. Hela napas Jihwan melambat selama beberapa detik, lalu tiba-tiba gadis itu mendesah berat sambil memutuskan bangkit, mengambil posisi duduk bersama raut wajah murung.
"Aku sudah menduga bahwa ini akan terjadi. Aku tahu kita akan melewati masa-masa ini," lirih Jihwan sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangan.
Perasaan frustrasi serta gelisah membayanginya. Tapi di sisi lain, ia tidak pernah bisa berhenti membayangkan rasanya berada di posisi Jungkook. Sesaat Jihwan menepuk kedua pahanya bingung kemudian bergegas menyingkir dari ranjang dan memasuki kamar mandi. Mungkin dengan membersihkan diri dan berendam air hangat sejenak akan mampu memulihkan perasaan tenang di hatinya.
Akan terasa aneh jika kita terus bersama-sama hingga mati nanti, Jeon Jungkook.
....
Setelah selesai membersihkan diri dan berhasil meraih kenyamanannya lagi, Jihwan langsung melintasi kamarnya seraya membawa selembar handuk di lengan untuk mengeringkan rambut hitam sebahunya. Ia mendekat pada pintu akses menuju balkon, lalu membuka pintu kaca berdaun dua tersebut lebar-lebar sebelum akhirnya berhasil menghirup udara malam yang terasa lebih sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jeon
FanfictionKita bersahabat, sudah seperti saudara malahan, katanya demikian. Shin Jihwan selalu mengatakan hal itu pada Jeon Jungkook. Seolah-olah, ia sedang berusaha membangun tembok di antara mereka supaya suatu saat tidak saling menaruh rasa. Meski begitu...