Chapter 7

6K 901 219
                                    

Tatapannya terkesan sangat nakal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapannya terkesan sangat nakal. Cara Jungkook mengerling dari kejauhan, caranya menyungging salah satu sudut bibir atau caranya menjentikkan lidah pada bibir, seluruhnya berhasil membuat Jihwan meleleh bagai cokelat yang terpapar terik mentari. Jihwan hanya akan menanggapi lewat tawa pelan yang pendek dengan kesan mengejek saat Jungkook bertingkah demikian. Sementang-mentang pria itu telah menjadi seorang yang istimewa bagi Jihwan, sekarang lakunya jadi agak genit dan membuat Jihwan kebingungan.

Kendati demikian Jihwan nampaknya suka-suka saja jika pria itu mulai menggodanya. Sehari lalu, Jungkook mengejutkan Jihwan. Kedatangannya ke butik wanita itu untuk membawakan makan siang benar-benar menjadi suatu hal tak terduga. Jihwan bahkan hanya bisa mengulum bibir begitu lama ketika Seohee dan Jiae menyikut lengannya sambil tersenyum menggoda. Jihwan telah bersahabat sejak lama dengan Seohee juga Jiae dan kedua sahabatnya itu telah mengetahui kedekatan antara Jihwan pun Jungkook.

Sore ini Jungkook memarkirkan mobilnya di lahan parkir butik milik Jihwan. Ia menunggu di dalam mobil seraya menyibukkan diri, mencari hiburan melalui ponselnya kemudian menyadari kehadiran sosok Jihwan yang sedang mengunci pintu butik. Ketika wanita itu terlihat kesulitan, Jungkook bergegas turun dari mobil dan lekas mendekat.

"Hei, hei, ada aku. Kenapa repot-repot sih," ujar Jungkook seraya merampas kunci tersebut dari tangan Jihwan, lalu pria itu mengunci pintu dengan gerakan gesit. Jungkook mengangkat sepasang alisnya heran saat tersadar bahwa pintu itu sangat mudah dikunci olehnya, kemudian menangkap senyuman jail di wajah cantik Jihwan.

"Terima kasih sudah membantu. Padahal aku hanya mengetes kepekaanmu," ungkap si wanita sembari menjulurkan lidahnya. Jungkook menganga, baru memahami lalu tersenyum.

"Lihatlah betapa manjanya." Jungkook meledek lantas mencubit pelan pipi Jihwan. Sorot mata keduanya menorehkan kebahagiaan yang tumpah ruah. Kendati perasaan bahagia itu menyelimuti mereka, baik Jungkook pun Jihwan masih belum mampu menyangkal rasa janggal serta khawatir. Jihwan menyimpan perasaan bersalahnya terhadap Namjoon, sementara Jungkook menyembunyikan rasa tak percaya diri dalam benaknya untuk menghadapi papa.

Setiap kali memandang wajah Jihwan, Jungkook merasa begitu takut kehilangan. Andai Jihwan sedang tak menjalin hubungan dengan Namjoon, Jungkook pastinya telah melangkah percaya diri untuk melamar. Sekarang yang dapat ia lakukan hanya bersabar dan berpikir tenang. Jihwan bukanlah sebuah barang untuk diklaim pun dimiliki. Jihwan juga tidak bisa dibeli menggunakan harta dalam bentuk apa pun. Namun jika Jungkook sanggup bersabar dan bekerja lebih keras, ia pasti akan berhasil menggandeng wanita itu untuk menjadi pendamping hidup.

"Mau makan malam dulu?" tawar Jungkook seraya meraih tangan Jihwan, menyatukan jari-jemari mereka kemudian menarik si wanita agar lekas menuju mobil.

"Di mana?"

"Tempat makan favoritmu." Jungkook tersenyum amat manis.

"Aku benar-benar diutamakan ya?" tanya Jihwan diiringi kekehan.

Sweet JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang