[Song : Dear My Boo]
***
Jadi begini rasanya patah hati? Jungkook terbaring di atas kasur sambil terus memandangi langit-langit kamar dan melamun. Seharian ini, ia hanya mengurung diri di kamar usai kehilangan harapan serta dunianya. Mengingat kembali jawaban Jihwan beberapa saat lalu membuatnya merasa sangat terluka, seolah sebuah pisau tumpul terus-terusan mengiris hatinya secara berulang.
Jungkook tidak pernah menyangka bahwa dia akan terlambat. Meski sebetulnya ia sudah tahu, sejak dulu sekali, Jihwan pun dirinya memiliki kesamaan yang pasti; sebab ada banyak lawan jenis yang senantiasa mengelilingi dan berputar di sekitar mereka. Jihwan dengan dunianya, Jungkook dengan dunianya. Jihwan dengan ratusan laki-laki di sekitarnya dan Jungkook dengan ratusan gadis di sekelilingnya.
Saat Jungkook mengingat masa-masa itu, ia hanya bisa tersenyum masam sambil berpikir. Kenapa tidak dari dulu saja? Kenapa ia baru menyadari sekarang bahwa ia telah menaruh perasaan sedari dulu sekali kepada Jihwan? Bahkan tiap kali melihat Jihwan berpergian dengan lelaki lain, Jungkook tanpa malu akan mengawasi dan mengikuti ke mana pun Jihwan pergi. Seharusnya saat itu Jungkook bisa memahami perasaannya sendiri. Namun sayangnya, Jungkook memang terlalu lambat menyadari.
Sesaat Jungkook mendesah panjang sambil mengambil posisi miring lalu maniknya tanpa sengaja menyorot ke arah sebuah pigura di atas nakas yang menampilkan gambar masa kecilnya, berpelukan erat dengan Jihwan yang mengenakan gaun pendek berwarna merah muda dengan jepit rambut manis pada helai surai hitamnya. Senyumnya merekah manis selama beberapa sekon.
"Selama ini aku selalu berada di dekatmu. Tapi rupanya, menjadi dekat tak menjamin aku akan menjadi yang tercepat mendapatkan hatimu ya, Hwanie? Aku jadi menyedihkan sekali." Jungkook berkata lirih sambil meraih guling dan memeluk erat-erat. Lelaki itu membayangkan, betapa bahagianya jika saat ini ia berada di posisi Namjoon yang bisa mendapatkan hati Jihwan. Bukan sebagai sahabat, melainkan sebagai kekasih. Tentu saja, sekarang Jungkook hampir menginjak usia matang. Perbedaan usianya dengan Jihwan hanya terpaut beberapa bulan, namun hal itu tak berarti apa pun bagi keduanya. Jungkook sama sekali tidak tahu, bahwa perasaan sayang selayak saudara akan berubah menjadi perasaan cinta dan ingin memiliki.
Ada satu hal yang sebenarnya terkesan sangat konyol dan sempat terlintas di pikiran Jungkook. Bagaimana jika pada akhirnya suatu saat ia dan Jihwan menikah lalu memiliki bayi-bayi yang lucu? Beberapa bulan belakangan, tiap kali teringat akan hal itu, Jungkook jadi merasa malu sendiri sampai-sampai pipinya memerah. "Padahal aku pernah bermimpi menyematkan cincin di jari manismu⸺astaga, kau bahkan belum menikah! Aku masih bisa memanjatkan doa terburuk agar kau putus dengan Namjoon hyung lalu melihat ke arahku⸺" belum sempat menyelesaikan ucapannya, sedetik kemudian wajah Jungkook berubah muram, keruh, kesal, sedih. "Sayangnya aku tidak bisa berdoa demikian untuk melihatmu menangis. Aku tahu benar sebesar apa rasa cintamu pada Namjoon hyung. Tiap harinya kau terus memuji dan membicarakan dia tanpa tahu bagaimana perasaanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jeon
FanfictionKita bersahabat, sudah seperti saudara malahan, katanya demikian. Shin Jihwan selalu mengatakan hal itu pada Jeon Jungkook. Seolah-olah, ia sedang berusaha membangun tembok di antara mereka supaya suatu saat tidak saling menaruh rasa. Meski begitu...