Chapter 25

5.2K 753 140
                                    

"Kenapa kau tak bilang Kak Namjoon yang mengantarmu pulang hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau tak bilang Kak Namjoon yang mengantarmu pulang hari ini." Jihwan mendapati raut masam di wajah Jungkook ketika baru kembali dari butik. Sejemang Jihwan terlihat merasa bersalah, tapi sekian detik berikutnya memilih untuk diam saja sambil menaruh tasnya ke atas ranjang. "Apa kau mendengarkanku?"

Jihwan melirik sesaat sambil membuka kancing teratas blusnya. "Kami tak sengaja berpapasan di kafe. Dia menawarkan tumpangan," jawab Jihwan santai sementara Jungkook masih bertahan dengan raut masam, berdiri sambil melipat lengan di depan dada dan tetap mengamati tindak-tanduk istrinya. "Apa kau masih cemburu juga Jeon Jungkook? Kita bahkan sudah menikah," ujar wanita itu setelahnya disertai perasaan agak geram mendapati kemarahan di wajah suaminya.

"Kau menuduhku lewat tatapanmu," lirih Jihwan kecewa sambil membalas tatapan tajam yang ditorehkan Jungkook. "Aku lelah dan tak ingin berdebat hanya untuk masalah sepele seperti ini." Jihwan membuka lemari untuk mengambil pakaian miliknya ketika Jungkook masih menyorot tajam serta merta bersifat mengancam.

Belum sempat tangannya menarik tuas pintu kamar mandi, Jungkook tiba-tiba menarik lengannya secara paksa disertai dengusan kasar. "Kita belum selesai bicara."

"Apa lagi? Tidakkah kau merasa lelah? Untuk apa meributkan hal-hal seperti ini lagi setelah kita menikah?" Jihwan mengerutkan kening sebelum akhirnya menepis tangan Jungkook menjauh. "Berhenti bersikap kekanakan, Jeon. Aku tahu batasan yang tak boleh kulalui dan aku sama sekali tidak berniat mengkhianati siapapun."

"Aku akan membeli mobilku sendiri setelah ini, dengan begitu aku bisa beralasan jika ada pria lain yang menawarkan tumpangan. Tak usah cemas." Jihwan bicara dengan nada kelewat dingin begitupun tatapannya. Tapi begitu berbalik hendak membuka pintu kamar mandi, Jungkook mendadak menariknya kembali dan menyentak tubuhnya ke pintu hingga Jihwan merasa agak syok. Matanya melebar seketika saat Jungkook merunduk dan memagut bibirnya penuh tekanan. Jihwan menghela napasnya di sela-sela ciuman yang berlangsung. Dia kebingungan menghadapi perubahan sikap Jungkook yang akhir-akhir ini terlihat tak tenang.

Baru tiga minggu sejak hari pernikahan mereka berlalu, Jihwan mulai mendapati perbedaan-perbedaan signifikan dalam diri Jungkook. Tapi sampai hari ini, Jihwan masih mampu menghadapinya dengan sikap tenang agar tak terjadi keretakan di antara ia dan Jungkook.

Jihwan menyadari pakaian bersih yang ia bawa terlepas dari genggaman. Bersamaan dengan itu, ciuman Jungkook kian terasa dalam sekaligus menuntut sementara seluruh kancing blusnya segera dibuka dengan gerak terburu-buru. "T-tunggu, Jungkook. Aku belum mandi," ujar Jihwan seraya mendorong kuat tubuh suaminya.

"Kenapa kau harus bicara seperti itu di saat aku sudah horny?" tanya pria itu sambil menahan dirinya di tengah tatapan yang berubah sayu. Jihwan mendadak gelagapan dan bergegas memungut pakaiannya yang jatuh ke lantai.

"Sebentar. Biarkan aku mandi dulu," katanya, terburu-buru hendak meraih tuas pintu tapi sebelumnya sempat berbalik lagi untuk menatap Jungkook. Tangannya terulur dengan iringan merekahnya senyum. "Mau kubantu menuntaskan sedikit bebanmu, Tuan?" tawarnya senang hati dan membuat Jungkook menyungging senyum sampai akhirnya menyambut uluran tangan sang istri kemudian segera memasuki kamar mandi.

Sweet JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang