Semalam, Jihwan dan Seohee kembali ke rumah pada tengah malam. Tepat ketika Seohee menjemput Jihwan, rupanya sahabatnya itu sudah menanti kedatangannya dengan ditemani oleh Jungkook. Teringat, Seohee sempat merotasikan bola matanya di balik kaca mobil saat melihat Jungkook dan Jihwan berciuman sehingga menyita waktunya selama beberapa detik.
Pagi harinya, Seohee bisa melihat wajah Jihwan berseri-seri seolah wanita itu baru saja memenangkan undian liburan ke Swiss. Seohee bahkan mulai bisa mendengarkan nyanyian Jihwan ketika dirinya memasuki wilayah dapur dan mendapati wanita itu menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan yang anggun.
"Aku curiga," kata Seohee ketika sampai di dapur, kontan membuat Jihwan menoleh. "Kau bahagia sekali pagi ini. Apa aku melewatkan sesuatu yang penting?" tanyanya dengan nada penasaran. Sekarang raut wajah Seohee agak terlihat tak tenang. Kedua lengannya bersilang di depan dada, sementara Jihwan sedang berusaha memahami arah pembicaraan mereka.
"Maksudmu?"
Sejemang Seohee mendengus singkat dan beralih mendekati Jihwan. Tangan kanannya berhasil merebut pisau kecil yang tadi digenggam oleh Jihwan, bermaksud menggantikan tugas wanita itu untuk memotong kue lemon sisa kemarin. "Begini, Hwan. Aku mungkin tidak pantas ikut campur. Tapi kuharap kau bisa lebih bijak menetapkan pilihanmu," ujarnya lembut.
Jihwan masih merasa bingung lantas Seohee memalingkan wajah untuk menatap sahabatnya tersebut. Situasinya sangat tepat apabila Seohee memang bermaksud ingin bicara serius dengan Jihwan, pasalnya papa dan mama sudah pergi bermain golf sejak jam tujuh lalu.
"Hwan, sekarang kau sedang di antara dua pria. Dari kedua ini, mana yang paling kau cinta? Oke⸺sekali lagi, aku tidak berhak bertanya seperti ini. Aku juga dekat dengan beberapa pria selain Taehyung. Tapi kasus kita saat ini berbeda. Aku belum ingin menikah. Sementara kau akan segera." Seohee melepaskan pisau dalam genggamannya dan menyandarkan pinggang pada tepi konter sementara Jihwan masih menetap sambil mencermati. "Kedua pria ini akan menjadi masa depanmu. Kau sudah hampir tak punya waktu untuk bermain-main dengan mereka. Itu akan menimbulkan sakit hati, bukan hanya bagi kedua pihak, tapi juga dirimu sendiri."
Bibir Seohee menipis selama sekian detik. "Boleh aku tahu satu hal?"
"Apa itu?"
"Kau belum menyerahkan dirimu pada salah satunya kan?" tanya Seohee hati-hati agar tak menyinggung perasaan Jihwan⸺yang ia ketahui begitu rapuh. Ya, Seohee berani mengatakan bahwa Jihwan adalah pribadi yang sedikit rapuh. Jihwan bukan tipikal yang gampang mengeraskan hatinya jika belum merasa tersakiti dan itu membuat Seohee ingin selalu menghindarkan wanita itu dari berbagai macam rasa sakit.
"Menyerahkan diri?"
Seohee mendengus dan sedikit bingung untuk menjelaskan. "Menyerahkan keperawananmu," jelasnya agar Jihwan mengerti dan ia segera melihat adanya sirat terkejut di wajah wanita itu.
"Belum. Aku tak melakukan itu."
"Bagus." Seohee tersenyum lega. "Akan lebih bagus kalau kau bisa menetapkan lebih dulu, siapa yang pantas kau beri. Jihwan, aku hanya ingin mengingatkan, itu saja. Kita sama-sama tahu waktumu tak banyak lagi. Papamu akan terus mendesakmu sampai kau mengalami stres berat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jeon
FanfictionKita bersahabat, sudah seperti saudara malahan, katanya demikian. Shin Jihwan selalu mengatakan hal itu pada Jeon Jungkook. Seolah-olah, ia sedang berusaha membangun tembok di antara mereka supaya suatu saat tidak saling menaruh rasa. Meski begitu...