Chapter 4

6.6K 1K 162
                                    

Jihwan bangun dalam keadaan sedikit pusing pagi harinya. Ia tidak tahu mengapa tubuhnya tiba-tiba terasa sangat lemas dan baru menyadari bahwa suhu tubuhnya sedang naik. Setelah turun dari ranjang, gadis itu memutuskan untuk menuju cermin dan melihat kondisinya sendiri. Napasnya berembus berat tatkala mendapati sepasang matanya yang menatap sayu pada pantulan dalam cermin.

Akhir-akhir ini dirinya memang jarang mengonsumsi vitamin dan bekerja terlalu berat, bahkan waktu makannya tidak pasti, mungkin karena itulah kondisi kesehatannya hari ini jadi tak stabil. Sekarang satu-satunya yang Jihwan butuhkan adalah waktu untuk istirahat sebelum keadaannya semakin memburuk.

Sebelum memutuskan pergi ke kamar mandi, gadis itu memilih untuk terlebih dulu membuka pintu akses menuju balkon dan berjalan ke arah birai balkon agar dapat menghirup udara pagi. Sebentar lagi, Jihwan bisa menebak bahwa sang mama akan melintas di depan pintunya untuk membangunkan.

Jihwan mengembuskan napas panjang sambil menatap langit yang belum sepenuhnya terjaga. Ada kemungkinan cuaca hari ini tidak akan cerah seperti kemarin, sebab langit mendung menunjukkan tanda-tanda bahwa hujan akan turun dalam waktu yang tak terduga. Sekian detik berikutnya, Jihwan mendapati presensi Jungkook yang saat ini tengah mendorong pagar rumah dengan menggunakan celana selutut berwarna cokelat dan atasan kaus longgar berwarna putih, khas sekali dengan gaya berpakaian favorit lelaki itu.

Sejemang Jihwan memandang dalam diam sambil meletakkan kedua telapak tangannya pada pinggiran birai balkon. Netranya masih menyorot teduh ke arah lelaki itu, sampai akhirnya sang lawan mengangkat wajah dan berakhir menemukan dirinya yang tengah mengamati secara lekat. Jihwan sudah tersenyum lebih dulu sebelum Jungkook. Namun senyuman tersebut justru terkesan amat rapuh sehingga membuat Jungkook mengerutkan kening penasaran. Raut wajahnya yang lesu dan kelelahan berhasil memancing perhatian Jungkook sekaligus membuat lelaki itu mengerti bahwa ada sesuatu yang tak beres.

Sejurus kemudian, Jihwan tiba-tiba mengulum bibirnya rapat hingga tanpa sadar mengeraskan rahang. Sebelum sempat melihat tangan Jungkook melambai ke arahnya, gadis itu telah terburu-buru berlari meninggalkan balkon dan langsung masuk ke dalam kamar mandi sampai menimbulkan kehebohan yang memaksanya harus menutup pintu rapat-rapat.

....

"Sayang, bagaimana keadaanmu?"

Jihwan menoleh saat tahu mamanya masuk ke kamar sambil membawakan segelas air mineral dan semangkuk bubur yang diletakkan di atas nampan, sementara itu di sisi lain Jihwan hanya bisa menahan diri supaya tak terlihat kelewat lemah. Ekor matanya mengintip ke arah mangkuk berisi bubur tersebut kemudian beringsut gelisah, mengamati mama yang tengah meletakkan nampan ke atas nakas.

"Mama tidak bermaksud mencekoki Hwanie dengan bubur kan? Oh, ayolah, Ma. Melihatnya saja Hwanie sudah tidak tahan. Lambung Hwanie akan menolaknya sepenuh hati jika Mama memaksakannya."

"Mama tidak bisa membiarkanmu kelaparan. Akan lebih baik jika kau mau mengisi perutmu supaya tenagamu bisa pulih."

"Mam⸺," Jihwan berniat membantah sekali lagi sebelum akhirnya mendengar suara ketukan pada pintu dan tanpa sadar langsung tersentak kaget saat mengetahui kedatangan seorang lelaki ke kamarnya. Ia berusaha keras agar tak membelalakkan mata dan sedetik kemudian mendengus panjang sambil menengok ke arah mama. "Ini pasti perbuatan Mama, kan?" tuduhnya sambil menyilangkan lengan di depan dada.

"Nah, Mama sama sekali tidak tahu bocah ini akan datang," kata wanita paruh baya itu. "Dia yang mengetuk pintu rumah kita lebih dulu dan mama hanya membiarkannya masuk. Sayang, dia bukan tamu lagi. Jungkook itu keluarga kita."

"Iya, iya. Keluarga," sahut Jihwan agak jengkel sebelum akhirnya mendengar mama mempersilakan Jungkook untuk menggantikan posisinya, jadi lelaki itu bisa duduk di dekat Jihwan.

Sweet JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang