Chapter 24

6.6K 805 163
                                    

⸺mature⸺

[Song : Ariana Grande - Needy]

[Song : Ariana Grande - Needy]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jungkook tetap terjaga selama Jihwan belum kembali ke ruang istirahat. Dia telah mengganti pakaian basahnya dengan pakaian yang lebih hangat dan masih menunggu Jihwan. Ketika Jihwan mengatakan bahwa ia butuh waktu untuk sendirian, Jungkook yakin keputusan paling tepat yang dapat diambil adalah 'menunggu'. Ia tahu persis apa yang Jihwan inginkan setiap kali sedang bersedih. Jihwan membutuhkan setidaknya sedikit waktu untuk menenangkan diri, entah dengan cara menangis atau berdiam diri.

Sekarang jam telah menujukkan pukul 23.30 malam dan Jungkook hanya bisa menanti bersama perasaan gelisah. Tidakkah Jihwan kedinginan di bawah sana? Mengapa wanita itu belum kembali juga? Jungkook berdecak sambil beringsut di atas kasur.

Beberapa menit setelah perasaan gelisah itu kian memuncak, pintu ruang istirahat terbuka perlahan dan membuat Jungkook bangkit lantas turun dari atas ranjang. Jihwan kembali dalam keadaan tak baik-baik saja. Pucuk hidung dan kelopak matanya memerah, wajahnya kelihatan sembab sehingga Jungkook memandang tak tenang.

"Hwanie⸺"

"Kita tidur di kasur masing-masing saja malam ini."

"Hwan, kita harus bicara," kata Jungkook persuasif. Keduanya berhadapan⸺dan permintaan atau lebih tepatnya tuntutan barusan membuat Jihwan terpaksa menyemburkan napas panjang disertai perasaan enggan untuk memandang lawannya. "Aku tidak sengaja bertemu dengan Misa di jalan. Tadinya aku ingin mengabaikan, tapi dia terlihat kesulitan. Dia seorang wanita dan kupikir terlalu bahaya jika sendirian di pinggir jalan. Mobilnya mogok, karena itulah aku menghampiri dan membantunya." Jungkook memandang sang istri lekat-lekat dan tetap bersikap tenang.

"Aku berbincang dengan Misa cukup lama. Yang perlu kau tahu, Hwanie⸺aku tidak melakukan apa pun dengannya. Dia yang lebih dulu menciumku, tapi aku sama sekali tak membalasnya. Percayalah," mohon Jungkook sampai akhirnya memberanikan diri untuk memegang kedua lengan wanita itu. "Dia tidak akan mengganggu lagi. Aku sudah memperingatkannya. Jangan sedih lagi, ya? Aku tahu kau merasa sakit dan kecewa, tapi percayalah Jihwan, aku sama sekali tidak berniat menyakiti istriku sendiri." Jungkook meremas lengan Jihwan lalu membuat sang empu mendongak dengan mata berair. Raut wajah wanita itu masih kelihatan murung, lalu secepat kilat Jungkook langsung merangkum tubuh Jihwan ke dalam pelukannya.

"Aku minta maaf, Jihwan. Jangan menangis. Kau tahu sendiri bahwa aku tak bisa melihatmu menangis karenaku. Kumohon, ya?" Jihwan masih kacau meskipun Jungkook berusaha menenangkan.

Wajah wanita itu terbenam di bahu Jungkook, semakin dalam sampai akhirnya berani membalas dekapan. Telapak tangan luas suaminya mulai memberikan usapan-usapan pada punggung sambil mengembuskan napas panjang melalui hidung. Perlahan-lahan, Jihwan mulai merasa aman dan nyaman.

Sweet JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang