''Appa, mianhae. Aku akan melakukannya lebih baik setelah ini.''
Anak kecil itu memohon dengan tangan yang disatukan, wajahnya yang berlinang air mata menatap ayahnya yang memegang tongkat Golf.''Hahaha, dasar anak bodoh. ''Pria yang dipanggil Appa itu tertawa dengan wajah datar. Pria itu mengayunkan tongkat golf yang dipegangnya kearah anaknya.
Sang anak hanya bisa menangis, memohon untuk menghentikan pukulan tongkat yang seakan meremukkan tubuh mungilnya. Tapi mau bagaimana lagi, malam itu lagi-lagi harus dihabiskannya dengan menangis dan memohon agar sang ayah yang berbau alkohol itu berhenti memukulinya dan meninggalkan nya saja. Atau mungkin membunuhnya saja.
.
.
''Hoseok-ah, maafkan Eomma. Kuharap ini yang terbaik untukmu. Apakah kau mau Coklat? chaaa ambil ini, tutup matamu dan hitung sampai sepuluh. ''Wanita itu mengusap lembut rambut Hoseok, kemudian pergi meninggalkan anak lelaki kecil ditengah musim dingin yang menusuk hingga ketulang, anak lelaki yang bahkan masih bisa tersenyum ditengah-tengah kerumunan yang asing baginya. Tersenyum Walau tahu jika ia baru saja dibuang oleh ibunya sendiri.
.
.
.
Hoseok memandang wajahnya dicermin yang ada dihadapannya, menatap pantulan dirinya dengan sendu. ''Hoseok-ah, apakah kau harus mati? Bagaimana jika kau mati? Kenapa semua orang begitu kejam kepadaku?" Ia mengusap pantulan wajahnya yang ada dicermin, meneliti tiap-tiap guratan menyedihkan yang terpatri diwajahnya. Pemuda itu diam selama beberapa saat, sampai akhirnya menggeleng pelan. "Ahhh, tidak-tidak." Ia menepuk pipinya pelan, mencoba menghapus pikiran bodohnya yang memerintahkannya untuk mati saja.
''Tapi, aku lelah. " Sedetik kemudian dia tertawa hambar, rasanya tersadar jika.ia benar-benar merasa lelah setelah menatap kedalam netra menyedihkan nya, tangan yang seharusnya mulus itu bergerak menggeser cermin yang ada dihadapannya, mengambil sebuah tabung pil yang ada dirak belakang cermin itu.
''Apakah ini bisa membuatku tertidur? kurasa menelan semuanya akan membuatku tidur.'' Pemuda itu kembali bermonolog, terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ia melipat bibirnya ragu, tapi kemudian mengeluarkan setengah dari isi pil itu ketelapak tangannya, beberapa terjatuh, tapi ia tidak menghiraukannya. Tidak peduli.
Hoseok menatap pil yang ada ditangannya, ''Apakah tidak apa-apa jika kau tidur? Tidak apa-apa, tidak ada yang peduli denganmu." Ia mengangguk pelan, memilih menelan semua pil itu kemudian berjalan keluar setelah mengambil jaketnya yang ada ditempat tidur. Hoseok meninggalkan studio kumuh yang ia tinggali dan berjalan pelan tanpa arah.
''Sial, kurasa aku belum cukup meminum sebanyak itu. Harusnya aku menelan semuanya, aku sudah sangat mengantuk saat ini." Ia mengumpat pelan, memukul kepalanya sendiri kesal bersamaan dengan kepalanya menoleh kesamping."Hahhh, sungai Han terlihat sangat indah." Pemuda jakung itu menghentikan langkahnya, memilih menikmati pemandangan sungai han dari jembatan yang ia terpaku saat ini, menatap jauh kearah air yang beriak seakan menertawakan dirinya, juga orang-orang berkumpul disekitar sungai itu yang terlihat begitu bahagia. Ia tersenyum, "Betapa menyenangkan nya disukai banyak orang, kau beruntung, sungai." Matanya berkaca, melapisi netra indah yang terlihat begitu sendu itu.
BRUKKK....
"Aku.... Juga ingin... Seperti mu.." Lirihan pelan itu terdengar sesaat sebelum netranya yang indah tertutup rapat. Terlihat damai, namun nyatanya tidak.
"YAKK!!!!! LIHAT ITU!!! MAYAT!! ADA MAYAT!!!!!" Pekikan itu terdengar menggelegar, yang pemilik suara dengan cepat menyadarkan teman-teman nya yang masih sibuk bercanda gurau. Heboh, baru kali ini mendapati sebuah tubuh tergeletak di trotoar begitu saja. Tentu saja, pekikannya itu berhasil mendapatkan perhatian penuh, semua orang kini menatap kearah yang sama, tubuh tergeletak itu. Waspada.
"Hey!! Dia masih hidup!!!!!" Pemuda itu kembali berseru, menepuk pundak pemuda lain yang ada disampingnya, setelah itu melangkahkan tungkainya dengan terburu-buru mendekati tubuh itu.
"KIM NAMJOON! BERHENTI!" Tungkai pemuda tinggi itu berhenti, ia berbalik kearah suara menggelegar itu.
"Yoongi Hyung!! Dia masih hidup! Kita harus membantunya!!!" Serunya. Pemuda tinggi yang bernama Kim Namjoon itu mendekati atensi tubuh tak berdaya itu, tidak memperdulikan teguran Yoongi. "Ya Tuhan, tubuhnya sangat dingin.." Gumam Namjoon pelan, menyadari hal yang mengganjal dari pemuda yang baru saja ditemukannya.
"Kau serius dia masih hidup?" Namjoon mengangguk, menatap kearah teman-temannya yang entah kapan sudah berdiri mengelilingi tubuh Hoseok.
"Nafasnya putus-putus, kita harus membawanya kerumah sakit." Seokjin tiba-tiba saja bersuara, itu berjongkok disamping Namjoon dengan netra yang meneliti tubuh tak berdaya yang ada dihadapannya, sedangkan Yoongi sudah bergerak cepat kepinggir trotoar untuk mencari taksi.
''Hyung, cepat masukkan dia. Namjoon, kau menyusul dibelakang bersama yang lain. ''Yoongi membuka pintu taksi, memerintahkan Seokjin untuk memasukkan Hoseok kedalam taksi, setelah itu pergi dengan kecepatan diatas rata-rata.
HAY GUYS!!!! AAAAAAAA HOPE WORLD REVISIIII!!!! Finally! After mengumpulkan seluruh niat, aku akhirnya mulai ngerevisi Hope World!!!! Hope u enjoy guys~~ actually sangat banyak hal-hal yang harus diperbaiki diHOPE WORLD!!! and pastinya akan ada suatu peristiwa yang aku tambahin biar makin seru, hihi.... So!! Stay tune terus guys~~ Love u!! See u next time!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE WORLD [JHS]
Fanfiction[END] Jung Hoseok, Pemuda yang hanya ingin mendapatkan setitik kebahagiaan dalam hidupnya yang terlampau menyedihkan.