Yoongi, pulanglah. Kau juga Seokjung, beritahu Mama dan Papa untuk pulang. Aku akan disini bersama Seokjin." Jiwoo menatap Seokjung dan Yoongi yang berbincang dikursi tunggu. Berusaha meyakinkan dua laki-laki itu dengan ekspresi wajah.
Yoongi diam sesaat, sampai akhirnya mengangguk. "Baiklah, Hyung aku pulang." Pamit nya sebelum meninggalkan koridor rumah sakit, tidak lupa untuk menepuk pelan pundak Seokjin tanda berpamitan.
"Jiwoo, aku akan menjemput Papa dan Mama diruangan dokter Ji. Tolong hubungi aku jika sesuatu terjadi." Pinta Seokjung. Jiwoo mengangguk mengerti , setelah itu Seokjung menepuk pelan bahu Jiwoo kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangan dokter Ji. Jiwoo menatap tubuh Seokjung hingga sosok itu tidak lagi terlihat, mendudukkan dirinya dikursi tunggu selama beberapa saat, memberikan Seokjin waktu bersama Hoseok agar pemuda berbahu lebar itu bisa merasa lebih baik setelah semua yang terjadi hari ini.
Ia akhirnya beranjak setelah satu jam duduk disana. Bibirnya melengkung, mendapati Seokjin yang tertidur dengan tangan yang terus menggenggam tangan Hoseok. Hatinya menghangat. Seberuntung apa adiknya hingga bertemu orang seperti Seokjin dan keluarga Kim? "Terimakasih sudah disini." Lirihnya lembut, mengelus surai Seokjin lembut.
Bagi Jiwoo, Seokjin adalah Malaikat penyelamat yang Tuhan kirimkan untuk Hoseok. Jiwoo bersyukur. Sangat bersyukur. "Seokjin-ah, bangun. Tubuhmu akan sakit jika tidur dengan posisi ini." Ia menepuk bahu Seokjin pelan, berusaha membangunkan pemuda itu dari posisi tidur yang benar-benar buruk.
Seokjin mengangkat kepalanya,"eoh, ada apa?" Tanya pemuda itu setengah sadar, menatap Jiwoo dengan mata yang luar biasa sulit dibuka.
"Tubuhmu akan sakit jika tidur dengan posisi itu, tidurlah dikasur penjaga." Ucap Jiwoo.
Seokjin menggeleng pelan, "Tidak mau, aku ingin disini." Gumam nya pelan, kemudian kembali menjatuhkan kepalanya disamping lengan Hoseok.
"Ckckck, dasar keras kepala." Jiwoo menggelengkan kepalanya pelan, sambil berdecak.
.
.
."Selamat pagi Hoseok," Pemuda itu meregangkan tubuhnya saat kesadarannya mulai penuh. "Ughhhh, tubuhku sakit." Keluh nya. menepuk-nepuk tubuhnya pelan, Seokjin merasa tulangnya menjadi kaku karena tidur dalam posisi duduk.
"Aku sudah mengingatkan mu semalam, salahmu memilih tidur disana." Jiwoo menyahut, ditangannya terdapat americano hangat yang tadi ia beli dikafe.
"Kau tidak bekerja?" Seokjin menghampiri wanita itu, mengambil satu cup americano dan roti kemudian kembali ketempatnya.
Jiwoo mengangkat lengannya, memeriksa arloji yang terpasang indah disana "Sebentar lagi," Ucapnya.
"Oke, kalau begitu aku harus mandi sekarang." Seokjin melesat kearah kamar mandi, tidak sampai lima belas menit didalam sana Seokjin keluar dengan wajah yang lebih segar.
Hal itu lantas mengundang sebuah kerutan diwajah wanita muda yang saat ini sedang menatapnya, "Kau mandi?" Pertanyaan Jiwoo itu membuat Seokjin mengangguk, pemuda itu kembali duduk dikursi yang ada disamping brankar. Jiwoo menggelengkan kepalanya tak ha us pikir, "Kuharap kau menggunakan sabun yang ada didalam, aku pergi."
"Hati-hati." Seru Seokjin tertahan sebelum Jiwoo menghilang dibalik pintu. "Hoseok-ah, saatnya kau bersih-bersih." Seokjin mengalihkan perhatiannya pada Hoseok, beranjak dari tempatnya untuk menuju kamar mandi, tidak lama kemudian kembali dengan wadah yang berisi air, jangan lupakan sebuah handuk yang bertengger dibahu lebarnya. "Kkkkkkk, Kau benar-benar adikku, wajahmu tetap tampan walaupun tidak mandi selama sebulan" Seokjin terkekeh geli, tangannya bergerak menyapu pelan wajah Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE WORLD [JHS]
Fanfic[END] Jung Hoseok, Pemuda yang hanya ingin mendapatkan setitik kebahagiaan dalam hidupnya yang terlampau menyedihkan.