HOPE WORLD 16

324 73 0
                                    

"Apa dia sudah pergi?" Nyonya Kim menatap Yoongi, tangannya bergerak merapikan selimut yang menutupi tubuh Hoseok. Bisa bernafas lega karena putra nya itu berakhir tertidur setelah tenang. Setidaknya, serangan itu tidak bertahan lama.

Yoongi mengangguk, "Yahh, dia pergi. Meskipun dengan sedikit ancaman."Ia tersenyum kecil, duduk disofa setelah mengambil ranselnya.

Naa Hee lagi-lagi bernafas lega, duduk dikursi jaga. Wanita itu menggenggam erat tangan Hoseok, "Yoongi-ah, apa yang kita lakukan ini benar? seburuk-buruknya Young-ae dia tetap ibu kandung Hoseok." Katanya pelan, dikepalanya mulai bertebaran berbagai ketakutan. Bagaimana jika pilihan mereka untuk menjauhkan Hoseok dari ibu kandungnya nyatanya salah? Bagaimana jika sosok nya sebagai 'ibu angkat' nyatanya tidak sebaik yang ia pikirkan?

Yoongi bergeming selama beberapa saat, "Kau tidak pernah salah dalam hal ini, Ibu kandung Hoseok sepenuhnya bersalah dalam hal ini." Pemuda itu berusaha menjawab ketakutan Nyonya Kim, walaupun sebenarnya ia juga tidak yakin. "Kau hanya perlu melindunginya, peluk dia saat dia takut dan kesakitan, semua akan selesai pada waktunya. Aku harap kau tidak pernah berubah pikiran untuk selalu menyayanginya. Dia sudah jatuh kedalam kebahagiaan yang kau buat, dia sudah mulai mempercayai jika dia berharga." Yoongi berujar panjang, kemudian meraih ranselnya. I
Pemuda itu mengeluarkan sesuatu dari sana. "Ini ponsel Hoseok, dia mungkin akan bosan karena Jimin sudah tidak dirawat disini lagi. Aku harus pergi." Yoongi memberikan ponsel milik Hoseok, setelah itu pergi dari ruangan rawat itu, memiliki jadwal lain. Sebenarnya, tadinya ia hanya berniat untuk mengantarkan ponsel itu, tapi berakhir harus mengancam Young-ae.

Nyonya Kim menyalakan Ponsel itu, bergeming kala mendapati sebuah foto keluarga Kim yang terpampang dilayar ponsel milik Hoseok. Foto yang sama dengan foto keluarga yang terpajang diruang keluarga mereka.

Hoseok menaruh rasa sayang yang besar untuk mereka dan dia tidak akan menyia-nyiakan kasih sayang itu.

.
.
.
.
.

"Seokjin-ah, ayo melakukan foto keluarga." Nyonya Kim duduk disamping Seokjin yang baru saja datang, mengusap-usap bahu putranya itu lembut.

"Eoh? kenapa?" Seokjin menoleh heran kearah Nyonya Kim, alisnya mengerut samar. Seingatnya mereka baru melakukan foto keluarga tahun lalu, dan ingat dengan jelas bagaimana Ibunya itu mengatur semuanya agar menjadi sempurna, saat itu adalah cuti wajib militer Seokjung.

"Mama ingin Hoseok ada disana." Jawab Nyonya Kim, ia tersenyum penuh lembut. Wajah cantiknya yang dihinggapi beberapa titik kerutan itu menatap kearah sibungsu yang masih tertidur selama beberapa detik, kemudian kembali menatap kearah Seokjin.

Senyum indah dibibir plum milik Seokjin lantas terulas, "Baiklah, ayo lakukan setelah Hoseok keluar dari rumah sakit." Putusnya. Pemuda itu memeluk sang ibu erat, menyalurkan rasa sayang dan rasa terimakasih nya dalam sebuah pelukan hangat yang selalu ia suka. Rasanya nyaman sekali.
"Eoh, aku ingat sesuatu." Seokjin dengan buru-buru melepas pelukannya, senyum pemuda tampan itu semakin lebar. "Hoseok akan mewakili sekolahnya untuk perlombaan menari tingkat nasional!!!" Ungkapnya semangat. Hal itu tentu saja berhasil membuat wajah Nyonya Kim ikut merekah, bertepuk tangan.

"Kurasa kita harus membeli lemari kaca besar untuk semua penghargaan dan pialanya." Ucapnya sambil tertawa lepas, rasanya bahagia sekali saat mengingat lemari kaca yang ada dikamar Hoseok nyaris tidak cukup diisi oleh piala dan penghargaan. Diotak wanita paruh baya itu sudah tersusun sebuah desain lemari kaca yang akan ia letakkan diruang tamu untuk piala-piala milik Hoseok. Tidak sabar ingin memamerkan sibungsu nya yang sangat hebat.

"Mama...." Lirihan pelan itu berhasil membuat Nyonya Kim dan Seokjin berhenti tertawa. Nyonya Kim terkekeh hambar, menepuk kencang paha Seokjin.

"Kau tertawa terlalu kencang!" Gerutunya kesal sebelum berjalan dengan terburu-buru mendekati Hoseok. "Iya sayang..... Mama disini." Ucapnya. Mengusak surai legam milik Hoseok, membantu pemuda itu untuk duduk diatas brankar. "Bagaimana perasaan mu? Baik?" Tanyanya lembut.

HOPE WORLD [JHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang