HOPE WORLD 6

400 86 5
                                    

Selamat membaca....

''Jimin-ah!!'' Hoseok melambai semangat pada Jimin yang sedang duduk dibangku taman, Jimin tersenyum ketika melihat lambaian antusias Hoseok.

''Hobi Hyung,'' Jimin membalas lambaian itu dan mengisyaratkan Hoseok untuk duduk disampingnya. Jimin tersenyum melihat setelan pakaian yang digunakan Hoseok, ''Sepertinya kau akan pulang sebentar lagi,'' Jimin melihat Hoseok yang memakai baju biasa, bukan lagi baju pasien dan punggung tangan yang bebas tanpa infus itu seakan melengkapi sifat ceria Hoseok.

''Mungkin, aku baru saja selesai pemeriksaan.'' Hoseok mengedikkan bahunya, tersenyum ceria kearah Jimin.

''Hahhhh, kukira kau akan pergi. Aku akan merasa kesepian jika kau pergi.'' Jimin menghela nafas pelan, bersandar pada kursi taman yang mereka duduki.

''Jimin-ah, boleh aku bertanya?'' Tanya Hoseok tiba-tiba, mengalihkan tatapannya kearah Jimin.

''Tentu.'' Jawab Jimin.

''Kau sakit apa?'' Pertanyaan itu berhasil membuat senyum Jimin luntur, tapi tidak lama kemudian dia kembali melebarkan senyumnya. Cukup berbeda dari sebelumnya, terlihat miris.

''Apakah kau yakin, akan tetap disini saat kau mengetahui semuanya?" Tanyanya pelan. Lirih, seakan tidak ingin Hoseok mendengarkan suaranyaa.

''Tentu saja, kenapa tidak? Kau Jimin-ie ku yang lucu.'' Hoseok menarik pipi Jimin dengan gemas, tidak bisa menahan tangannya saat melihat pipi menggemaskan milik Jimin.

''Tidak, aku tidak bisa mengatakannya.'' Jimin menunduk saat kalimat itu akhirnya terlontar dari bibirnya. Belum siap menceritakan tentang dirinya pada Hoseok yang baru saja ia temui.

Hoseok tersenyum lembut, ''Tidak apa-apa, aku tidak akan memaksamu. Sebenarnya aku ingin tahu, karena sepertinya aku akan sering kembali kesini, atau mungkin akan terus disini." Ia tertawa pelan setelah menyelesaikan kalimatnya yang berhasil membuat Jimin menatapnya dengan raut terkejut. Bisa melihat siratan kekecewaan yang tidak bisa ditutupi sempurna oleh Hoseok. ''Kau tahu? Jin Hyung, tidak memberi tahuku hal itu. Tapi aku tidak sengaja mendengarnya.'' Ujar Hoseok santai. Pemuda itu menyandarkan tubuhnya dikursi taman, tersenyum lebar kearah Jimin. ''Tapi aku masih bisa sekolah dan tetap menari .Aku bersyukur akan hal itu, setidaknya aku tidak perlu meninggalkan apa yang kusuka.'' Hoseok mengalihkan tatapannya pada taman yang diisi oleh beberapa pasien lain. Ikut menikmati pemandangan taman yang cukup menyembuhkan jiwa-jiwa lelah seperti mereka.

''Kau beruntung, kau memiliki mereka, sedangkan aku selalu ditinggal sendiri disini.'' Ucap Jimin secara tiba-tiba.

Alis Hoseok mengerut samar, ''Kau tidak boleh bicara seperti itu, kau punya orang tua. Sedangkan aku, aku ditinggalkan sendiri saat itu. ''Hoseok mengeluarkan coklat bar dari sakunya, membukanya kemudian melahapnya. Terlalu santai untuk orang yang menceritakan masa lalu kelamnya. Jimin melihat itu, ia sedari tadi memperhatikan Hoseok yang bercerita singkat. Hoseok benar, dia beruntung. Setidaknya orang tuanya akan datang seminggu sekali untuk melihat keadaanya, walau sisanya ia akan menjadi pemuda paling menyedihkan karena ditinggalkan sendirian dirumah sakit.

''Hoseok-ah." Panggilan Seokjin mengintrupsi mereka. Berbalik keasal suara.

''Ahhh, Hyung. Kenapa kau kemari? aku baik-baik saja." Hoseok merengek pelan, wajahnya mengerut.

''Memangnya kenapa? Aku ingin berkenalan dengan Jimin." Seokjin memeletkan lidahnya kearah Hoseok yang kekesalan atas atensinya. "Hay Jimin. Bagaimana? Hoseok bersikap baik padamu, kan?'' Seokjin duduk ditengah-tengah Jimin dan Hoseok, namun serong kearah Jimin guna bercakap dengan pemuda menggemaskan itu.

''Hay-, Aku harus memanggilmu apa?''
Jimin tersenyum kikuk, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tidak tahu ingin memanggil Seokjin apa.

''Hmmm.... ''Seokjin berdehem pelan, jadi telunjuknya menempel didagu tanda berfikir, ''Jin Hyung tampan.'' Ia mengedipkan sebelah matanya kearah Jimin. Tertawa hambar karena Jimin terlihat tidak goyah dengan ketampanan nya, pemuda itu malah mematung dengan mata bergetar.

''Hyung.... ''

''Tambahkan tampan,'' Tambah Seokjin. menggerutu pelan ketika Jimin memanggilnya tanpa kata tampan.

''Ho-Hobi Hyung.'' Jimin menunjuk Hoseok, membuat Seokjin sontak berbalik kearah atensi Hoseok yang ia acuhkan.

''Astaga!" Seokjin memekik, "Hoseok-ah bangun!" Panggilnya, menepuk pelan pipi Hoseok.

''Hyung bagaimana ini? Hobi Hyung baik-baik saja, kan?" Jimin mendekati Hoseok dengan mata yang berkaca, panik akan kejadian tiba-tiba. Bagaimana bisa Hoseok yang berkeliaran seperti orang sehat ini bisa tumbang secara tiba-tiba? Separah itukah sakitnya?

''Jangan panik Jimin-ah, ini hal biasa.'' Seokjin berusaha menenangkan Jimin yang mulai panik. ''Bantu aku, naikkan dia dipundakku.'' Pintanya. Berjongkok agar bisa lebih muda membawa Hoseok.

Jimin mengangguk, membantu Seokjin. ''Hyung, hati-hati.'' pemuda itu berujar khawatir, mengikuti Seokjin yang sudah melangkah cepat menuju ruangan Hoseok.

.

.

.

Dua pemuda itu berakhir membisu didalam ruangan Hoseok, dengan Hoseok yang sudah berada dibrankar nya dengan selimut yang menutupi tubuh pemuda itu. Seokjin sudah menceritakan tentang keadaan Hoseok kepada Jimin, tentang kekhawatiran yang terus mengganggunya. ''Hyung, kau mendengar semuanya.'' Jimin mengalihkan tatapannya kearah Seokjin yang memandang wajah Hoseok.

''Eoh? Hmmm... Aku mendengar semuanya.'' Ujar Seokjin. Tersenyum tipis kearah Jimin. Sebenarnya mendengar semua perkataan Hoseok ditaman beberapa saat yang lalu, cukup kecewa karena Hoseok tidak pernah menceritakan hal itu padanya, merasa jika Hoseok masih menganggapnya orang asing.

''Hobi Hyung orang yang baik, dia bahkan tidak memperlihatkan kesedihannya pada siapapun. Dia bilang aku beruntung karena memiliki orang tua, dia mengubah cara pandangku terhadap orang tuaku sendiri." Jimin tersenyum sendu menatap Hoseok yang masih tertidur.

''jimin-ah, Kau tahu? Kau orang pertama tempatnya bercerita. Aku bahkan tidak pernah tahu jika dia suka menari.'' Seokjin mengelus lengan Hoseok yang memiliki beberapa bekas sayatan, tersenyum kecil kearah Jimin.

Jimin ikut tersenyum mendengar penuturan Hoseok, "Syukurlah, sekarang dia punya tempat untuk bercerita." Ucapnya.

Mereka terdiam untuk beberapa saat, diam dalam posisi dan pikiran mereka masing-masing dalam ruangan itu. ''Hyung, aku harus pergi." Jimin berdiri dan menghampiri Hoseok, kemudian membisikkan sesuatu ditelinga Hoseok. ''Hyung, aku akan kembali keruanganku.'' Bisiknya sebelum kembali menegakkan tubuhnya. Ia melambaikan tangannya keSeokjin dan menutup pelan pintu ruangan itu.

''Hoseok-ah, kau sekarang punya teman. Dia sangat lembut. Aku menyukainya.'' Gumam Seokjin pelan dengan senyumnya.

Don't forget to vote and comment! Love u!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote and comment! Love u!!!

HOPE WORLD [JHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang