Hayyy, wolcome back. Selamat membaca, tapi tunggu dulu.
Coba deh lihat kepojok kiri bagian bawah, ada gambar bintang, kan?
Ditekan yahh!
_____________________________"Hyung, apakah orang-orang disana akan menyukaiku? Aku takut." Hoseok berujar gusar kepada Seokjin yang tengah sibuk mengerjakan tugas kampus nya didepan laptop. Mereka kini sedang duduk disofa yang ada dikamar Hoseok, setelah Hoseok terbangun, Seokjin memilih menemani adiknya itu sembari mengerjakan tugas kuliahnya.
"Hoseok-ah, tidak akan ada yang mengganggumu. Ada Namjoon, Taehyung, dan Jungkook disana. Hyung juga sudah mendaftarkan mu dikelas menari." Kata Seokjin. Ia tersenyum kecil, mengalihkan tatapannya sesaat kearah Hoseok.
"Kelas menari? Kau serius? Hyunggggg.... Gumawoo!!!" Pekik Hoseok senang, Pemuda itu mendekat dan memeluk Seokjin erat dari samping. Begitu bersemangat jika membahas mengenai menari.
"Aku tahu kau menyukainya," Seokjin terkekeh, memilih menyingkirkan laptopnya dan memberikan seluruh fokusnya pada sang adik. "Kau akan sekelas dengan Namjoon. Jadi tenang saja, Namjoon itu murid populer." Jelasnya, pemuda itu mengusak rambut Hoseok.
"Hyung, kau tahu? dulu disekolahku yang lama Aku selalu dijauhi, mereka bilang aku anak yang tidak pernah dididik. Mereka bilang, aku anak nakal. Walaupun aku hanya diam dan tidak melakukan apapun mereka akan terus berbicara buruk..........." Mata itu menatap lurus kearah depan, tersimpan rasa sakit yang sulit untuk diutarakan. Bahu pemuda itu layu, menghela nafas pelan beberapa kali. "Sebanyak apapun aku mendapat penghargaan, mereka selalu mengejekku........." Lirihnya pelan. "Tapi itu bukan salahku kan?" Hoseok berbalik kearah Seokjin dengan gerakan cepat, "Aku juga tidak ingin ditinggalkan sendirian. Aku juga ingin merasakan elusan hangat seorang ibu..... aku juga ingin merasakan dimarahi ibuku, tapi ibuku yang memilih meninggalkanku." Seokjin terdiam, termenung dalam pandangannya yang mengarah pada Hoseok, adiknya itu terlihat... Menyedihkan. Sangat.
Seokjin tahu betapa beratnya hidup Hoseok. Seokjin tahu betapa sedihnya Hoseok ketika semua orang menganggapnya seperti sampah.
Seokjin tahu bagaimana sedihnya Hoseok ketika mendapat serangan, tanpa ada yang mendampinginya.
Seokjin tahu, bagaimana kenangan-kenangan menyeramkan itu mengejar Hoseok bahkan dalam tidurnya.
Hari itu, saat Seokjin melihat bulir-bulir air mata itu jatuh bersamaan dengan gumaman-gumaman sarat akan ketakutan , Seokjin berjanji pada Tuhan dan dirinya sendiri untuk selalu bersama Hoseok.
Hoseok adiknya, dan akan terus begitu. Seokjin bagai ditarik oleh Tuhan untuk selalu bersama Hoseok. Ia sedang diberikan kepercayaan yang begitu besar.
"Hoseok-ah,sekarang kau tidak sendiri. Ada Hyung yang akan melawan semua orang yang berkata buruk tentang mu." Ucapnya yakin. Ia menggenggam erat tangan Hoseok.
Hoseok tersenyum, ekspresi nya berubah 180°, "Aku tahu, kau dan yang lainnya sangat berharga untukku. "
"Aigoooo, kenapa jadi seperti ini. Ayo turun, Mama pasti sudah memasak makanan yang lezat." Seokjin berujar sambil terkekeh pelan, ia menarik tangan Hoseok menuju ruang makan.
.
.
.''Mama, Papa sudah pulang?" Seokjin menghampiri Nyonya Kim yang sedang menyiapkan makan malam.
''Eoh, sudah. Mungkin ada diruang Tv,'' Kata Nyonya Kim. ''Seokjin-ah! Dimana Hoseok?!" Nyonya Kim berteriak nyaring kepada Seokjin yang mulai menghilang dari pandangannya.
''Aigoo , anak kesayanganmu sedang bersamaku saat ini.'' Seokjin memundurkan langkahnya, kemudian berteriak nyaring kearah Nyonya Kim dengan ekspresi menggodanya kearah sang ibu.
''Jaga dia! Jangan bermain laptop terus!" Nyonya Kim tertawa kecil, melihat tingkah Seokjin yang sepertinya sebelas dua belas dengan dirinya.
Seokjin mengangkat ibu jarinya dan berjalan menghampiri Hoseok, ''Hoseok-ah, ayo.'' Hoseok yang sedang duduk dimeja makan berdiri, mengikuti Seokjin dengan pandangan yang berusaha mendeteksi setiap sudut rumah keluarga Kim. Kagum.
Seokjin berjalan kearah ruang tv, disana terlihat Tuan Kim yang sedang menonton berita dimalam hari, ia duduk disamping sang ayah. ''Papa, apa kau melupakan sesuatu?" Tuan Kim menoleh dengan wajahnya yang bingung, menatap penuh tanya kearah sang putra.
''Hmm, apa itu? Kurasa aku melupakan sesuatu." Tuan Kim memperbaiki letak kacamatanya, begitu juga dengan posisi duduknya.
''Huhhh, dasar pelupa. Hoseok-ah kemari!'' Seokjin menatap ayahnya dengan ekspresi mengejek, setelah itu berdiri dan menarik tangan Hoseok untuk duduk disamping Tuan Kim.
Hoseok menunduk, sedikit takut dengan reaksi Tuan Kim yang refleks mundur beberapa senti saat bokongnya mendarat disofa. ''Hoseok? kau Hoseok?" Tuan Kim memposisikan tubuhnya menghadap Hoseok, maju mendekati pemuda itu. Hoseok mendongak, menatap Tuan Kim. ''Astagaa, maafkan Papa! Aku memang sangat pelupa.'' Tuan Kim menertawakan betapa pelupanya dirinya, tangannya mengelus rambut Hoseok lembut.
Hoseok tertegun, masih berusaha mencerna apa yang terjadi. ''Papa?" Lirihnya pelan, sepersekian detik kemudian menggelengkan kepalanya kencang, berusaha mengendalikan dirinya.
hal itu tentu saja memacu kepanikan Tuan Kim dan Seokjin, ''Hoseok-ah, tenang. Papa tidak akan menyakitimu.'' Seokjin mendekat, mengusap punggung Hoseok, ia tahu serangan akan datang.
''Mama!! Hoseok membutuhkan mu!" Seokjin berteriak, memanggil sang ibu.
Nyonya Kim berjalan dengan langkah terburu menghampiri Hoseok, mengambil alih Hoseok dan mulai memberikan kata-kata penenang. ''Hoseok-ah, Papa tidak akan menyakitimu. Ada Mama disini. Tenang sayang." Ucapnya. Mengusap punggung Hoseok, sesekali menepuknya pelan.
Hoseok akhirnya mulai tenang setelah beberapa saat, membuat semua orang akhirnya bisa menghela nafas lega. ''Jin-ah, air.'' Seokjin berlari kearah dapur untuk mengambil air tanpa sepatah katapun.
Setelah Hoseok meneguk airnya, Tuan Kim akhirnya bersuara. ''Hoseok-ah, Papa tidak akan menyakitimu.'' Ia menghapus bulir-bulir keringat yang muncul di pelipis Hoseok.
''Maaf.'' Ujar Hoseok pelan kearah Tuan Kim, membungkuk penuh rasa bersalah. Betapa tidak sopannnya dia.
''Tidak, Papa mengerti," Tuan Kim tersenyum. "Seokjin sudah bercerita tentangmu, sekarang kau tidak sendiri. Sekarang ada Papa dan Mama yang akan melindungimu, tidak ada lagi yang akan menyakiti anakku.'' Ujarnya lembut, memperbaiki surai Hoseok yang berantakan.
''Ayo, makan malam. Kau harus beristirahat dan kesekolah besok.'' Ajak Nyonya Kim, membantu Hoseok berjalan kearah ruang makan.
Seokjin tersenyum lebar, tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Orang tuanya benar-benar menerima Hoseok dengan baik, tidak lagi perlu risau tentang Hoseok yang merasa tidak nyaman dengan orang tuanya.
"Seokjin!!!" Ia tersadar suara Tuan Kim mengudara dari arah dapur.
HAY GUYS!!! HOPE U ENJOY!!
DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT!!!! LOVE U!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE WORLD [JHS]
Fanfiction[END] Jung Hoseok, Pemuda yang hanya ingin mendapatkan setitik kebahagiaan dalam hidupnya yang terlampau menyedihkan.