"Aku pergi!" Pamit Seokjin, ia mengecup pipi Nyonya Kim, kemudian mengusak rambut Hoseok. Memilih pergi kekampusnya setelah keadaan Hoseok baik-baik saja, yah, mau bagaimana pun ia tetap seorang mahasiswa semester akhir yang harus lulus secepat mungkin."Hmmm, hati-hati." Nyonya Kim tersenyum lembut. Seokjin mengangguk, setelah itu meninggalkan ruangan Hoseok
Kini ruangan itu hanya diisi oleh Hoseok dan Nyonya Kim, Seokjung kembali keperkerjaannya dan Seokjin kekampus. "Hoseok, Mama harus ketoilet. Habiskan apel mu!" Nyonya Kim berjalan memasuki toilet setelah memastikan anggukan dari putranya.
Hoseok berbalik kearah jendela, meraih satu potong apel dan melahapnya sambil menikmati pagi yang cerah. "Sepertinya hari ini akan cerah, walaupun dingin." Gumamnya pelan, tersenyum kecil. "Huhhhh, sekarang Jimin sudah sembuh. Tidak ada lagi yang bermain denganku dirumah sakit." Pemuda itu menghela nafas pelan sambil terus mengunyah apel yang dipegangnya.
Tok.... tok.... tokk.....
Hoseok mengalihkan pandangannya, menatap pintu yang diketuk dari luar. "Silahkan masuk." Ucapnya setengah berteriak, menatap kearah jam dinding yang ada diruangan. Bertanya-tanya, ini bukanlah waktu pemeriksaan atau peninjauan pasien.
Pintu itu terbuka, seorang wanita paruh baya dengan sebuah paper bag ditangannya itu tersenyum kearah Hoseok. Tersenyum lebar, bagai begitu bahagia. Hoseok terdiam, Apel yang digenggamnya terjatuh. Netranya berkaca sepersekian detik kemudian. "T-tidak. Pergi."Hoseok menggelang keras, ia menunjuk pintu, memerintahkan orang itu untuk pergi.
Hening, hanya ada suara nafas Hoseok yang mulai tak terkendali, juga suara langkah kaki yang terdengar begitu mengerikan untuk Hoseok. "Ma-Ma..... Aku tahut!!" Hoseok berteriak kearah kamar kecil, berharap Nyonya Kim segera keluar dan memeluknya. Suara pemuda itu tercekat.
"Hoseok-ie, ini Eomma. Eomma-mu hanya satu, dan itu aku." Young-ae mempercepat langkahnya untuk mendekat, menaruh paper bag yang dipegangnya diatas meja.
Hoseok menggeleng keras, "Tidak...... kau bukan Eomma-ku. Mama........ Tolong aku..." Hoseok memundurkan tubuhnya saat Young-ae semakin mendekat. Ia mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, ia ketakutan. Tubuhnya semakin memundur, memojok didekat dinding sambil menutup telinganya. "K-umohon.... Jangan mendekat... Ja-jangan lagi....." Pemuda itu terus menggeleng kencang, menutup rapat-rapat telinga sambil terus menggumamkan kata-kata yang sama. Ingatan-ingatan mengerikan terus menerus berputar dikepalanya. Membuat nya semakin kacau, tak terkendali.
Nyonya Kim keluar dengan terburu-buru dari toilet, mendengar suara Hoseok yang berteriak dari dalam sana. Emosinya memuncak saat melihat sosok Young-ae, ia berjalan cepat kearah Young-ae dengan wajah memerah.
PLAK.......
"Sudah kukatakan padamu, jangan menemui anakku." Tangan Nyonya Kim terasa kebas, ia tidak lagi peduli siapa yang ada dihadapannya. Yang ia lakukan hanya melindungi anaknya, Kim Hoseok. Wanita itu berjalan kearah Hoseok. "Hoseok-ah, maafkan Mama sayang. Maaf karena terlambat." Nyonya Kim naik keatas brankar, buru-buru mendekap Hoseok erat, walaupun cukup sulit karena Hoseok yang terus memberontak masih dengan gumaman nya "Hoseok-ah, ini Mama. Jangan takut.... Eomma disini untuk melindungi Hoseok. Tidak akan ada yang akan menyakitimu." Nyonya Kim mengelus lembut bahu Hoseok, berusaha menenangkan putranya. Ia bernafas lega setelah beberapa menit dalam posisi yang sama. Hoseok membalas pelukannya, memeluknya sangat kencang seakan ingin memberitahu kan sang ibu jika ia benar-benar ketakutan.
CEKLEK.....
Pintu terbuka, menampilkan Yoongi dengan ransel dipundaknya. Wajah datar yang awalnya ia tunjukkan berubah menjadi khawatir saat melihat Hoseok yang meringkuk dipelukan Nyonya Kim. Buru-buru berjalan mendekati brankar, melempar ranselnya begitu saja. "Imo, ada apa?!" Tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE WORLD [JHS]
Fiksi Penggemar[END] Jung Hoseok, Pemuda yang hanya ingin mendapatkan setitik kebahagiaan dalam hidupnya yang terlampau menyedihkan.