HOPE World 25

163 22 1
                                    

"Kesedihan itu ada untuk kebahagiaan."

"Hyung!!! Hoseok Hyung!!! Aku membawa camilan!!" Seruang bersemangat itu terdengar bersamaan dengan pintu ruangan Hoseok yang terbuka. Jimin sipemilik suara yang memilih kabur dari kelasnya saat mendengar buka Hoseok sendirian dirumah sakit lantas terdiam, kepalanya miring kesamping karena kebingungan. Sambil mencoba mengolah apa yang terjadi pemuda itu memasuki ruangan Hoseok, netranya mengedar keseluruh ruangan guna mencari atensi pemuda ceria yang memiliki senyum berbentuk hati itu. "Hyung!!" Panggil nya sekali lagi.

Jimin buru-buru meletakkan kantung plastik berisi camilan yang ia bawa, merogoh sakunya, mencari benda pintar bernama ponsel guna menghubungi Seokjin. Dia tungkainya bergerak gusar disana, rasanya waktu berjalan sangat lama. "Aish, mana mungkin bisa menjawab telepon." Ia menggerutu pelan, setelah itu berlari keluar dari ruangan Hoseok. Seokjin tentu saja tidak bisa menjawab telepon nya sekarang, pemuda tampan itu sedang ujian dikampusnya. Karena itu juga ia tidak bisa menemani Hoseok dirumah sakit.

Ayolah, tidak mungkin Hoseok kabur, kan? Ia berjalan cepat kearah meja perawat. "Dimana?? Dimana pasien bernama Kim Hoseok???" Tanyanya kepanikan. Beberapa perawat yang sedang berjaga itu juga ikut panik, "Aishh! Dia menghilang! Baru sadar dari komanya beberapa hari yang lalu!" Jimin mengumpat dalam hati, tanpa basa-basi memacu langkahnya untuk mencari Hoseok. Ia tentu saja tahu betul tata letak rumah sakit ini, ia pernah tinggal disini berbulan-bulan. Netranya mengedar keseluruh penjuru. Sungguh, jantungnya berdetak berkali-kali lebih kencang. Jimin tahu Hoseok itu sedang merasa begitu sedih sejak mengetahui jika ayah kandungnya mati dan ia belum bisa mengunjungi makamnya, dan Jimin bahkan sama sekali tidak ingin membayangkan Hoseok kabur dari rumah sakit untuk pergi kepemakaman Tuan Jung yang tidak tahu dimana.

Jimin berusaha memeras otaknya, berusaha berfikir keras tentang kemana Hoseok disaat seperti ini. Netranya membesar selama beberapa detik, "Eoh!! Taman!" Ia bergumam pelan, buru-buru memacu langkahnya menuju taman rumah sakit. Kenapa tidak ia pikirkan dari tadi?? Padahal Hoseok selalu mengajak nya bertemu ditaman rumah sakit saat mereka masih dirawat disini.

Pemuda itu bertumpu pada lututnya begitu memasuki area rumah sakit, sambil menjelajahi seluruh area itu. Ia menghela nafas lega, refleks menjatuhkan dirinya pada rumput taman, dan duduk disana. "Hahh, syukurlah.." Ucapnya sambil berusaha menormalkan nafasnya yang masih memburu. Ia menatap lekat pada atensi pemuda kurus dengan infus yang melengket dipunggung tangannya, duduk dikursi roda dan menatap kearah orang-orang dengan pandangan kosong. Jimin tahu jika Hoseok hanya berusaha menghilangkan seluruh suara-suara bising yang ada di kepala, berusaha untuk tidak mengikuti suara-suara itu dan berusaha untuk menjadi tetap waras.

"Hoseok Hyung!!!" Jimin berseru, mendekati Hoseok yang terlihat terkejut karena kehadiran nya.

"Kau melewatkan kelas lagi??" Tanya Hoseok saat Jimin diduduk dikursi tampan yang berada tepat disampingnya.

Jimin hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum lebar, pemuda itu memilih menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, menatap kearah langit yang cerah sekali hari ini. "Hyung... Kau ingat saat dulu kita menghabiskan waktu disini sambil berkhayal tentang hidup tanpa kesedihan??" Hoseok mengalihkan tatapannya pada Jimin yang masih sibuk menatap langit.

"Kau tahu tidak?? Saat itu aku hampir tidak punya harapan untuk hidup... Tapi kau memberikan ku harapan lagi." Bibir plum itu merekah, Jimin menatap Hoseok dengan netranya yang menghilang karena tersenyum terlalu lebar. "Jadi izinkan aku memberimu satu harapan juga."

Hoseok diam, netranya masih melekat pada wajah Jimin yang semakin merekah. "Aku tahu semuanya terlalu berat, tapi semua yang terjadi adalah takdir yang diberikan Tuhan untuk mu." Jimin berujar lembut, "Jika itu pemberian Tuhan, itu artinya kau bisa mengatasinya." Lanjutnya.

"Kesedihan itu ada untuk kebahagiaan, Hyung."

Jimin kembali menyandarkan punggungnya pada kursi, kembali menatap lurus kearah langit. Sedangkan Hoseok kembali terdiam dengan netra berkacanya yang masih menatap Jimin dalam diam.

"YAKK!!!! PARK JIMIN PENDEK!!!! KAU MENINGGALKAN KAMI BEGITU SAJA???!! DASAR!!!" Dua pemuda yang duduk dikursi taman dengan ketenangan itu lantas mengerjap pelan, terkejut saat teriakan itu menggema. Jimin mendesah kesal, sialan sekali Jeon Jungkook, bisa-bisanya anak itu berteriak ditaman rumah sakit yang asri dan tenang ini. Ia buru-buru berdiri, mendorong kursi roda Hoseok untuk menjauh secepat mungkin dari amukan dua pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Aiss, sial.." Pemuda itu mengumpat pelan, memilih berhenti berlari netranya menangkap koridor rumah sakit yang benar-benar ramai. Tidak mungkin ia berlari melewati koridor itu, jadi ia akan menyerah saja. "Baiklah, maafkan aku!! Aku minta maaf!!!!" Jimin berseru, berbalik kebelakang dan berhadapan langsung dengan Jungkook dan Taehyung.

"Dasar Park J-"

"Aku membeli camilan!!! Ice cream jagung kesukaan mu!!!! Dan ramyeon instan!!!!" Jimin buru-buru memekik, memotong ucapan sumpah serapah yang akan diutarakan Jungkook.

Alis Jungkook tiba-tiba saja naik, netranya membulat tanda tertarik. "Benarkah??" Tanyanya.

Jimin tersenyum kikuk, mengangguk, sepertinya pengalihan isunya berhasil. "Benar. Aku beli untuk semua orang." Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, gugup saat dua pasang mata itu memincing kearah nya.

"Hahahahah....." Tiga pemuda dengan seragam sekolah itu mengerjap pelan, kompak menatap kearah kursi roda yang diisi Hoseok. "Kalian... Hahahahah.... Lucu sekali... Hahahaha..." Tawa lebar itu berasal dari Hoseok. Pemuda itu tengah memegangi perutnya yang keram karena tertawa.

Jimin, Taehyung, dan Jungkook diam, rasanya sudah sangat lama mereka tidak mendengar tawa lebar itu. Sejak tidur panjang Hoseok, juga sejak berita menyedihkan tentang Tuan Jung. Rasa lega tiba-tiba saja hingga didada mereka, mereka rasa Matahari mereka sudah kembali. "Hahahahaha.... Akh...." Ringisan pelan yang berasal dari bibir Hoseok itu lantas membuat semua orang khawatir.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Taehyung.

Hoseok hanya mengangguk pelan, kendati rasanya masih menyakitkan. "Aishh, dia memang belum boleh tertawa sekencang ini! Ayo kembali!!" Jimin kembali mendorong kursi roda Hoseok untuk kembali kekamar sebelum Seokjin tahu adik kesayangannya itu sempat kabur dari kamar.

Bisa habis mereka jika Seokjin tahu Hoseok meringis kesakitan seperti karena tertawa melihat mereka.

Hayy!!!Hehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayy!!!Hehehehe... I know say sorry pasti udah basi banget untuk kalian yang selalu dighosting aku! Hehe! Sebenarnya nggk lupa buat update.. tapi emang lagi kehilangan niat dan tekad aja, hehe. And i'm here cause one of u chat aku lewat DM, dan kalian tahu nggk?! Niat dan tekad aku langsung kekumpul lagi!!!! Thank you so much untuk yang udah kangen sama HOPE WORLD, love u guys!!! Dan kalian harus tahu! Aku tuh selalu bacain setiap komen dan Chat kalian!!! Seneng aja gitu. Kadang kalo lagi down bacain komen and chat kalian tuh bikin aku bangkit lagi!!!!

Dahlah, jadi banyak bicara!!! Gitu aja buat hari ini!!! Hope you guys enjoy and don't forget to vote and comment!! PayPay!!!



If u wanna see me on Instagram
@kya_kiyaaa

HOPE WORLD [JHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang