WILL BE FRIEND'S
----
"Kau menghabiskan waktumu di kamar hanya untuk melukis?!"
"Apa yang kau pikirkan Jung Yerin?!"
Bentakan itu ia terima ketika memasuki kamarnya, menemukan semua alat lukisnya berserakan di lantai telah rusak. Bahkan beberapa lukisannya yang ia kerjakan beberapa hari lalu sudah tak berbentuk lagi.
Ia mengepalkan tangan,
"Ini semua aku beli dengan uangku sendiri, ibu tidak berhak merusaknya!" Ucapnya tajam, wanita yang di panggil ibu itu terlihat semakin marah lalu melangkah mendekati putrinya.
Plak
Tamparan itu sangat keras hingga Yerin terhuyung hampir terjatuh.
"Karena aku ibumu, aku berhak melakukan hal ini!" Wanita itu mengambil buku di rak tepat berada di sampingnya.
"Kau seharusnya hanya perlu membaca buku - buku ini! Rajin belajar dan masuklah ke Universitas Jerman menjadi orang yang berpangkat tinggi menjunjung keluargamu!" Bersamaan buku - buku itu melayang menghantam tubuh Yerin.
Ia hanya diam, membiarkan ibunya bertindak sesukanya.
"Teruslah diam seperti itu, kau akan mengerti!" Wanita itu mematahkan semua alat lukis Yerin lalu memasukkan pada tong stanless, setelahnya ia menuangkan minyak tanah dan membakarnya menggunakan korek api.
Yerin menatap kosong bagaimana api itu menghanguskan benda - benda yang sudah menjadi separuh hidupnya itu. Namun tidak lama kemudian ia tertawa yang terdengar mengerikan.
"Ah menyebalkan sekali." Ucapnya di sela tawanya, matanya menatap nyalang sang ibu.
"Kau-"
"Baiklah, aku akan menuruti semuanya. Dari dulu hingga sekarang aku menurut padamu semuanya tanpa terkecuali. Aku akan belajar agar bisa menjadi boneka yang siap ibu gerakkan nantinya."
"JUNG YERIN!"
"APA?! Bukankah itu kemauan ibu? Aku sudah menurutinya. Aku bahkan tidak memiliki teman." Suaranya semakin lirih di akhir kalimat.
Ibu Yerin menatap berang anaknya, namun ia hanya melenggang pergi dan menutup pintu kamar dengan keras.
Begitu menyesakkan hari ini, bernafas pun rasanya sangat berat.
Ia menatap pintu balkon yang terbuka lebar, menampakkan pemandangan pemuda depan rumahnya yang memperhatikan dirinya dari balkon rumahnya.
Sudah di pastikan pemuda itu melihat kejadian tadi dari awal hingga akhir.
Sempat berkontak mata namun segera Yerin memutus nya dan menutup pintu serta gordennya.
Ia menghela nafas,
"Bukankah sulit hidup seperti itu? Kenapa kau tidak lari?" Ucapnya berharap Yerin bisa mendengarnya.***
"Yerin, mau makan bersama di kantin?"
"Minggir."
"Aku yang bayar. "
"Aku bilang minggir Kwon Soonyoung!" Ucapnya tegas membuat pemuda sipit itu menepi perlahan.
"Baiklah."
Yerin pergi begitu saja mengabaikan tatapan mahasiswa lain.
Soonyoung mengerjapkan matanya. Kenapa dirinya semakin tertarik mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. ONESHOT ( 𝐘𝐄𝐑𝐈𝐍 𝐗 𝐁𝐎𝐘 )
FanfictionBuku pertama di akun projek dengan banyak Author. Berisi sekumpulan cerita one shot Yerin dengan idol yang sering ataupun bahkan tidak pernah di pasangkan dengan dia. Rasa lokal ataupun rasa Korea lokal. Skuy mampir siapa tau ada kapal kalian. Co...