bab 23. berat

1.6K 186 86
                                    

Area flashback di mohon untuk gak baper wkwkw⚠

Kalo emak hapus sr terus pindah ke tempat lain kalian pada rela gak 😭 yuk coment di bawah.

****

Manusia berhak bersedih tapi manusia tidak berhak menyerah

Langga

***

Tekanan skripsi yang begitu menguras tenaga membuat jerina terduduk di bangku taman fakultas, ia bahkan sudah tak tau mengapa kakinya selalu mengarah ke tempat ini ketika ia dalam kondisi mood yang kurang baik. duduk sendirian di sini memanglah suatu hal yang tepat. tempat ini memang selalu menjadi tempat untuk jerina berkeluh kesah tak ada alasan yang khusus mengapa jerina memdatangi tempat ini ketika sedih.

Jika dulu saat masih maba jerina datang ke tempat ini hanya sekedar melihat pak langga. ya memang jerina semaniak itu dengan dosen satu itu. Maka dari itu tempat ini selalu mempunyai ruang spesial di hatinya dan ketika ia sedang sedih jerina akan selalu mendatangin tempat ini karena hanya dengan melihat pak langga saja jerina sudah bisa bersemangat kembali.

Namun sekilas bayangan percakapanya dan bunga kembali mendominasi pikiran jerina, apa yang di katakan bunga tidak seratus persen salah karena memang nyatanya jerina sudah kalah.

Ia bahkan sudah pasrah dengan skripsi yang saat ini ada di tanganya, mengingat segala perjuangan yang sudah jerina kerjakan untuk skripsi itu membuatnya terkadang ingin meneteskan air mata.

Padahal dia sudah berjanji untuk menjadi orang kuat agar dia bisa menghadiahkan sang mama gelar sarjananya. memang naif, tapi begitulah kenyataanya. ia semangat berkuliah agar ia bisa menghadiahkan sang mama dengan gelar sarjananya nanti.

Namun mimpi itu harus jerina kubur dalam-dalam untuk saat ini, mengingat bahwa lulus dalam waktu cepat seperti mimpinya adalah hal yang tak akan jerina dapatkan.

Haruskah jerina menelpon sang mama dan mengutarakan perasaan sedihnya? Asal kalian tau mama jerinalah yang membuat jerina terjun ke jurusan ini, walapun menjalankan dengan setengah hati tapi jerina berusaha agar ia dapat mempersembahkan gelar ini kepada sang mama.

Mana ada seorang anak yang ingin membuat susah orang tuanya? dan jerina pun demikian ia hanya ingin membuat sang mama bangga.

Hanya itu yang dapat jerina lakukan untuk membuat sang mama senang, ia bahkan sudah tak tega menambah beban pikiran sang mama. sudah harus fokus dengan kemotrafinya apakah jerina juga harus mengatakan hal seperti ini pada mamanya?  Rasanya tidak, itu malah akan membuat sang mama bertambah sakit dan jerina tidak mau itu.

" kamu nangis?" tanya seseorang membuat jerina menoleh dan menemukan pak langga yang sedang melihat ke arahnya.

" enggak pak kelilipan aja!?" ujar jerina berusaha menghapus air mata yang mengalir di pipinya. padahal ia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi namun matanya seakan mengkhianatinya.

" saya juga bisa bedain mana air mata karena kesedihan mana air mata karena kelilipan!" pak langga duduk di sebelah jerina sedikit menbatasi dirinya dengan buku yang dia pegang tadi.

" kamu kenapa? Ada masalah sama revan lagi? " tanya pak langga seperti sudah hafal masalah yang terus menghampiri jerina saat ini. siapa lagi? kalo bukan revan, sang dosen yang notabene adalah pembimbingnya sendiri.

" enggak ada pak, hubungan saya sama pak revan baik-baik aja kok tadi cuman kelilipan debu aja pak! " jerina tersenyum sungkan, mana mau dia mengatakan kebenarannya bahwa ia menangis karena sudah menyerah dengan dirinya sendiri.

skripsi resignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang