Jisoo menghembuskan nafasnya, sedikit berjalan lebih cepat untuk menemui Seokjin. Ia menyodorkan kopi buatannya di depan wajah mantan kekasihnya sehingga Seokjin bisa mencium wangi kopi yang menggelitik hidungnya.
‘’Terimakasih.’’ Seokjin tersenyum tipis kemudian menyesap cairan pekat dalam cangkirnya.
Senyap kembali mengisi ruang diantara mereka, sepertinya dua insan yang pernah terlibat hubungan asmara di masa lalu itu kehabisan kata-kata untuk memulai sebuah obrolan, beberapa menit mereka habiskan untuk menjerumuskan diri masing-masing dalam kebisuan.
‘’Terimakasih Jisoo dan maaf untuk perilaku kasarku kemarin,’’ kata Seokjin sendu, raut wajah rupawannya dihiasi mendung yang tak kunjung hilang.
‘’Bukan kau yang salah, tapi aku. Seharusnya aku tidak mengucapkan kata-kata yang bisa memancing emosimu,’’ balas Jisoo sembari tersenyum, dia kembali menyesap minuman rendah gulanya sembari memandang kolam.
Lagi-lagi Seokjin tersenyum, suasana hatinya sedikit membaik semenjak kedatangan Jisoo, sebesar apapun rasa kecewanya semua hal itu akan hilang saat melihat senyuman tulus Jisoo yang mengarah padanya. Entah sihir apa yang telah dipakai gadis itu untuknya.
‘’Jisoo, bisakah aku …’’
‘’Okay, aku akan membuat pasta yang lezat sebagai pengganti sarapan kita yang tertunda,’’ potong Jisoo cepat.
Seokjin tersenyum kecil melihat Jisoo menjauh, lagi dan lagi perasaan nyaman menghinggapi hatinya. ‘’Jisoo!’’
Mendengar namanya dipanggil membuat Jisoo menghentikan langkahnya dan menoleh untuk memenuhi panggilan Seokjin, alisnya sedikit terangkat membuat gesture bertanya.
‘’Bisakah kau menunggu sebentar lagi? Aku janji akan berusaha melepasmu.’’
Deg
Jisoo tersentak mendengar ucapan Seokjin, hatinya seolah merasakan perasaan asing yang berusaha mendobrak masuk, dulu ia memang menginginkan hal itu, namun kenapa saat pria itu akhirnya mengatakannya… kenapa ia malah merasa tak terima. Bibirnya pun melengkung keatas berusaha mencetak senyuman tulus, lalu melangkah menjauh setelah memberi senyuman yang menghangatkan sekaligus menyakiti hati mantan kekasihnya itu.
Seokjin mengusap wajahnya kasar, dia tak ingin menangisi kesepian dan kehilangan yang sudah menantinya dari dulu. Mau tidak mau ia harus menerima spasi yang dengan angkuhnya memisahkan mereka. Jarak yang dibuat hatinya untuk tetap mengurung Jisoo.
Hidup tak pernah menunggu siapapun, dunia juga tidak peduli dan tidak akan pernah peduli terhadap perasaan dan hatinya yang terus berteriak lelah. Ia dan Jisoo tidak pernah ditakdirkan bersama, meski sudah sekuat tenaga ia kerahkan untuk membuat keadaan berpihak padanya. Namun kenyataan pahit harus kembali ia terima saat Jisoo tetap tak bisa ia miliki.
Dunia seolah membuangnya, mengasingkannya sebagai hukuman atas apa yang diperbuatnya, ia telah jatuh cinta, hanya pada seorang yang juga mencintai orang lain. Dan sekarang dia harus berlari, berlari sejauh mungkin tanpa berhenti dan tanpa menoleh sekalipun.
Dia memang tidak bisa meramalkan masa depan, tapi ia berpikir bahwa perasaannya terhadap Jisoo akan memudar seiring berjalannya waktu, bukanya justru malah bertambah. Awalnya dia pikir mencintai seseorang ada batasnya, ia rasa hatinya mungkin saja akan penuh, tapi ternyata selalu ada ruang bagi cintanya untuk terus tumbuh. Saat ia pikir bahwa sudah tak bisa mencintai Jisoo lebih dari ini, gadis itu justru malah membuatnya jatuh berkali-kali.
Drett..drrtt..
Suara getar ponsel disaku celananya membuat Seokjin mengerjabkan mata, sebuah pesan yang berasal dari pria bernama CHOI MINHO membuatnya kebingungan sekaligus senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]
RomanceIrene awalnya tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Korea akan mengubah banyak hal. Rencana pernikahan Jisoo dan mantan kekasihnya membuat Irene menemui babak baru dalam kehidupannya yang semakin rumit. Ia pikir waktu sudah membawanya berlaya...