14. "Stuck On Two Choices"

796 124 27
                                    

Sudah cukup bagi Jisoo untuk memahami semuanya, semenjak Irene dan Suho bertemu ada beberapa hal yang mengganjal pikirannya, gerak-gerik Suho terlalu mencurigakan dan jelas di matanya. Dengan bukti-bukti yang ia kumpulkan selama ini dan puncaknya pada saat Irene menginap di rumahnya sudah menjawab kecurigaannya selama ini.

Sakit.

Itu yang ia rasakan saat mengejar Suho dan mendamba cinta tulus milik pria itu kurang lebih 2 tahun, namun apa sekarang? Pria itu malah menunjukkan ketertarikannya pada Irene sepupunya sendiri.

Ia ingin marah, ingin menangis, dan ingin menyalahkan. Tapi siapa? Siapa yang akan ia marahi? Siapa yang akan ia tangisi? Dan kepada siapa dia akan menyalahkan?

Semuanya seolah pergi menghianati, meninggalkan dengan luka yang terasa perih. Jisoo memejamkan matanya merutuki kebodohannya dalam hati saat mengingat bagaimana ia bersikeras mengusir dan meminta kepergian Seokjin dari hidupnya? Lalu bagaimana sekarang? Haruskah semuanya hancur? Pernikahannya? Dan impian hidup bersama Suho?

Ia kemudian membuka matanya perlahan takut untuk menerawang terlalu jauh, memandang kearah Irene yang duduk di depannya. Ya sekarang dia bersama Irene, menghubungi dan meminta bertemu wanita itu saat semua terasa jelas.

‘’Aku mengetahui semuanya.’’

‘’Apa maksudmu?’’ Irene menatap Jisoo yang sedang duduk di hadapannya, jarak mereka hanya dibatasi oleh sebuah meja. Mereka saat ini sedang duduk di meja salah satu Café yang terletak di kawasan kota Seoul.

‘’Kau dan Suho, aku tahu kalian dekat,’’ ucap Jisoo sembari masih mencoba tersenyum.

‘’Kami hanya beberapa kali bertemu di Berlin secara kebetulan.’’ Balas Irene.

Jisoo menggelengkan kepalanya, merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan Irene. Dia bukan anak remaja labil yang dengan mudah dibohongi dan dengan mudahnya juga akan percaya. Dia wanita berusia 25 tahun yang sebentar lagi akan menyandang status seorang isteri jika prosesnya lancar.

‘’Jujurlah padaku, kalian saling menyukai bukan?’’

Irene membolakan kedua matanya, segera menatap Jisoo dan memusatkan atensinya pada gadis itu.

‘’Tidak, kau pasti salah. Aku tahu Suho menyukaimu.’’ Dengan sekuat tenaga Irene menyangkal dan mencoba tersenyum, namun sekali lagi Jisoo nampak menggeleng tak setuju.

‘’Aku mengetahui semuanya, tentang kalian, kau dan Suho, aku sudah tahu.’’

Irene kini benar-benar merasa seperti orang jahat, dengan lancangnya berada di tengah-tengah hubungan orang lain.

‘’Beberapa hari lalu setelah kau menginap, saat membersihkan kamar Suho aku tidak sengaja menemukan sebuah album yang berisikan moment kalian berdua, awalnya aku hanya mengira kalau kalian itu hanya sebatas teman tapi semuanya terjawab saat aku menemukan sebuah surat yang Suho tulis untukmu.’’

‘’Ini tidak seperti yang kau pikirkan Jisoo.’’ Irene lagi-lagi mencoba untuk menyangkal tak ingin mendapatkan perasaan benci dari Jisoo.

‘’Saat pertama kali bertemu dulu, Suho di mataku seperti sosok yang sangat lemah, tubuh dan hatinya sudah lelah namun tekadnya masih kokoh itu semua terpancar dari sorot matanya, aku berpikir apa yang membuatnya seperti itu, hingga dia datang dan melamarku tiba-tiba namun masih dengan sorot mata itu.’’ Jisoo menjeda ucapannya, tangannya meraih cangkir tehnya dan menyesapnya, merasakan nikmat teh itu yang menghanyutkan jiwa, namun tidak dengan jiwanya. Semuanya terasa kompleks saat dirinya mencintai Suho dan Seokjin dan saat Suho malah mencintai wanita lain.

Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang