28. "Desire And Responsibility"

834 120 22
                                    






‘’Korea gempar! Kim Seokjin dan Choi Tzuyu akan gelar pernikahan dua minggu lagi.’’


Jisoo merasa tersentak dengan apa yang baru saja ia temukan pada ponselnya pagi ini, hampir semua laman utama berita merilis artikel yang sama dengan isi yang sama pula. Tentang pernikahan Kim Seokjin dan puteri Perdana Menteri yang sangat tiba-tiba, bahkan Jisoo sulit untuk percaya.


‘’Ibu tidak menyangka Seokjin akan menikah secepat itu.’’


Jisoo menoleh saat Ibunya tiba-tiba datang dengan satu piring penuh buah dan duduk di sampingnya, wanita paruh baya itu tampak mengambil sebilah pisau untuk mengupas kulit salah satu apel yang ia bawa.


‘’Ibu bahkan tidak tahu kalau Seokjin dekat dengan puteri Perdana Menteri,’’ ujar Nyonya Kim lagi.


‘’Bukankah itu lebih baik? Usia Seokjin juga sudah matang untuk sebuah pernikahan.’’ Jisoo berusaha tersenyum tipis sembari membalas ucapan Ibunya barusan.


Nyonya Kim tersenyum, ‘’Padahal saat ditanyai oleh Ayahmu tentang pernikahan, Seokjin selalu mengelak dari topik itu.’’


‘’Mengelak bukan berarti tidak kan Bu?’’


Nyonya Kim mengedikkan bahunya, kemudian menyerahkan apel yang tadi dikupasnya pada Jisoo. ‘’Makanlah,’’ ujarnya.


Jisoo lantas menerima apel tersebut dan mulai memakannya, ‘’Lagipula bukankah Seokjin juga sudah matang untuk sebuah pernikahan?’’ tanya Jisoo kemudian.


Nyonya Kim tersenyum kemudian mengangguk, ‘’Rasanya baru kemarin Ibu mengantar kalian ke sekolah,’’ Nyonya Kim mengambil sebuah anggur dan memakannya, ia menoleh pada Jisoo dan kembali tersenyum. ‘’Dan sebentar lagi, kalian akan memiliki rumah tangga masing-masing.’’


Jisoo balas tersenyum, benar ucapan Ibunya. Sebentar lagi dia akan berstatuskan sebagai seorang istri.


‘’Oh ya, sayang. Jangan lupa untuk memeriksa gaunmu di butik, tadi Irene menghubungi Ibu dan bilang kalau kau harus mencoba gaunnya besok.’’


Jisoo tersadar, hampir dia lupa tentang gaunnya. ‘’Baik bu,’’ ujarnya sembari tersenyum.



***


Irene hanya bisa menghembuskan napasnya lelah, di hadapannya kini seorang Kim Suho berdiri sembari menatapnya lurus. Berulang kali ia berikan peringatan pada pria itu untuk berhenti menemuinya, tapi tampaknya semua itu tak digubris oleh Suho.


Irene memilih memalingkan wajah, berusaha untuk memahami sifat keras kepala pria di hadapannya itu. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menatap Suho dengan penuh keyakinan.


‘’Masuklah,’’ ujar Irene sebelum kemudian melangkah menuju ruang tengah dengan Suho mengekor di belakangnya.


Sedari tadi Irene berpikir untuk meyuruh pria itu pergi saja, namun itu tidak akan berhasil. Irene yakin bisa berakhir dengan kacau. Namun, ia tak punya pilihan lain, meski terlihat penuh keyakinan, kenyataannya wanita itu berusaha meredam gentar. Namun sialnya lebih besar dari keberanian yang ia miliki, atau bahkan tidak pernah ia miliki.


Irene mengangkat wajah sejak ditundukkan, pemikirannya goyah. Lelaki itu tetap memiliki pengaruh yang luar biasa terhadapnya.


Kiranya, Irene Irene terlalu banyak berpikir mengikuti cabang-cabang dugaan di kepalanya, hingga ia lupa bahwa ada vas besar di samping sofa ruang tengah. Wanita itu hampir saja menabraknya andai saja tidak ada seseorang yang menahan pergerakannya dari belakang. Entah karena pikirannya yang terlalu terbebani atau karena tubuhnya yang kelelahan hingga untuk berjalan saja rasanya susah.


Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang