38. "Erase This Pain"

1.4K 145 63
                                    


Kemudian Jisoo menubrukkan dirinya dalam rengkuhan lengan kokoh Seokjin. Tetapi ragu itu masih bersarang di sana. Walau porsinya tak banyak, namun itu cukup untuk memengaruhi jiwanya yang masih berusaha menyembuh. Dan seharusnya Jisoo melakukan ini lebih awal, sebab cinta sejatinya tak lain adalah Seokjin sendiri. Pria yang ia tolak berulang kali di masa lalu.

Jisoo terkesiap beberapa saat, karena kemudian pria itu menyentuh perutnya...

Berlutut di hadapan Jisoo, Seokjin menyingkap gaun selutut milik Jisoo hingga menampakkan perut mulusnya yang masih rata itu. Seokjin mencium lama pada perut polos Jisoo, seolah pria itu sedang mencium wujud nyata dari buah hatinya di dalam sana.

''Kau yang membuatnya ada, Seokjin,'' bisik Jisoo pelan.

Dan Seokjin tidak sekalipun mengalak, tidak akan pernah. Pria itu justru mengangguk dengan raut wajah penuh kebahagiaan. Benih yang kini tumbuh di dalam sana ternyata menjadi penyelamat kisah cintanya.

''Lalu dirimu yang menjadi tempat untuk membuatnya menjadi nyata, Sayang.''

Mereka saling berkaitan. Seokjin melakukannya, walau dengan keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, Jisoo menyediakan tempat. Hingga kemudian, hasil dari pergolakan cinta mereka yang pelik kini menjadi hal nyata di dalam perutnya. ''Maafkan aku, Seokjin.''

Seokjin mengeratkan pelukannya pada perut Jisoo, menciumnya berulang kali. Tidak ingin perempuan itu mengatakan hal yang ia rasa tidak perlu. Sebab siapa pun tahu, dan dunia pun pastinya tahu, bahwa Jisoo adalah semesta bagi Seokjin, tempat pria itu untuk menyalurkan semua cinta yang ia miliki.

''Kenapa harus dengan cara sepelik ini untuk menyadarkanku, Seokjin? Berapa banyak hati yang sudah aku sakiti?''

Seokjin menerima semua rintihan keluh kesah dari Jisoo dengan lapang dada. Selapang dadanya untuk mendekap Jisoo. nyeri merambati hati Seokjin tanpa diminta. Ia paham benar apa yang ada dalam pikiran wanita itu. ''Seandainya dengan menggadai waktu dapat membuat jiwa dan raga kita kembali pada masa lalu, '' Seokjin menghela napasnya. ''Aku akan tetap mencintaimu, Sayang. Tidak ada perasaan yang berubah sama sekali.''

Jisoo merasakan pandangan matanya kembali mengabur, tetesan air tampak berkumpul di pelupuk mata perempuan itu. Seokjin sadar, pria itu kemudian berdiri dan menangkup wajah dari belahan jiwanya tersebut.

''Don't cry, aku di sini sayang. Sudah tidak ada lagi yang perlu ditangisi.'' Seokjin menghapus bulir air yang baru saja jatuh dari mata Jisoo, pria itu kemudian menjatuhkan dua kecupan di masing-masing mata Jisoo.

Seokjin memandang tepat pada langit malam perempuan itu. Tatapan mereka bertubrukan, seolah menyalurkan rasa cinta yang menggebu, rasa cinta yang selama ini dikubur karena ego semata. Seokjin menempelkan hidungnya pada hidung Jisoo, nafas mereka yang saling bertubrukan seolah memberi kesan sensual di tengah momen penuh haru.

Jisoo memejamkan matanya, dengan jelas dapat ia rasakan hembusan nafas Seokjin yang menerpa wajahnya. Hingga pria itu mempertemukan bibir mereka, kembali menyalurkan cinta dan hasrat mereka.

Cinta yang sebelumnya berjuang di tengah kepelikan, yang berjuang di tengah gersangnya keegoisan. Dan kini, semuanya menemukan titiknya kembali. Seokjin tidak pernah ingin menyalahkan takdir Tuhan, sebab sepelik apapun kisah cinta, Tuhan akan tetap memiliki caranya untuk menyatukan kedua insan yang sudah ia takdirkan bersama.

***

Suho berlari menyusuri lorong Rumah Sakit, ia tidak perduli dengan beberapa orang yang tak sengaja ditabraknya, ia juga tida peduli dengan hardikan yang ia terima. Sebab fokusnya saat ini, hanya bertemu dengan Irene dan memastikan keadaan perempuan itu.

Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang